"Rhe? Woy Rhe?!"
Suara berisik yang entah darimana ini tiada kapoknya untuk menganggu pendengaran Rhea yang sedang meringkuk menangis dalam diam.
Tetapi ada hal aneh. Rhea merasa dirinya sedang sendirian dan berada di kamar inap rumah sakit yang sunyi. Kenapa tetiba sekali menjadi ramai?
"Hello? Lo gapapa?" Ucap seseorang yang nampaknya merupakan suara dari lelaki, dan tanpa ijin menepuk bahu Rhea yang masih saja kebingungan.
Rhea mulai mendongak, melihat sekeliling dan ia pun terkejut. Banyak orang berseragam tak asing di mata Rhea yang memandang Rhea dengan tatapan aneh.
"Hei?"
Rhea mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Ah, seorang lelaki--- tunggu, siswa?!
"Kenapa gue bisa di lingkungan sekolah gue gini?!" Batin Rhea bertanya pada dirinya sendiri. Tentu ia heran, ia sekarang sudah berumur 22 tahun--- dua bulan lagi 23 tahun, mengapa tetiba ia berada di lingkungan sekolahnya semasa SMA?
"H-hah?" Satu-satunya kalimat yang bisa Rhea ucapkan kali ini. Bagaimana tidak, ia saat ini sangat kebingungan dan tidak mengerti apa apa. Ditambah, ada siswa yang entah mengapa berdiri dihadapannya dan menanyai keadaannya.
Entah apa yang siswa itu inginkan, tetapi dia terlihat menjulurkan tangannya untuk Rhea. Rhea yang kebingungan tentu tak dapat merespon apapun.
"Idih Rhea goblok, pegang itu tangannya! malah plonga plongo lu, ish" Bisik seorang siswi yang Rhea anggap tidak sopan karena mengejeknya 'goblok'.
Tunggu, apa mungkin Rhea dengan tetiba transmigrasi ke tubuh anak SMA? Tapi mengapa memiliki nama yang sama seperti Rhea?
Akhirnya Rhea menerima juluran tangan siswa itu agar tidak memperpanjang waktu.
"Maaf, lain kali gue bakal traktir lo sebagai permintaan maaf." Ucap siswa itu dengan senyum manis diakhir yang lalu segera kembali bertanding basket.
Rhea yang sudah berdiri mulai melihat tubuhnya. Ia mengenakan seragam sekolah menengah atasnya, dan ia terheran ketika melihat tangannya yang tak ada bekas infus sama sekali.
Mungkin, Rhea tertidur saat dirumah sakit dan akhirnya memimpikan semua ini? Ah, benar juga. Ini alasan yang paling masuk akal mengapa ia bisa berasal disini.
"Aihh cie cieee. Udah disenyumin, mana bakalan di traktir sama cowo idaman seisi duniahh lagiii" Ucap teman Rhea dengan nada yang alay dan tambahan kedipan menggoda diakhir.
Tunggu. Ah, siswi ini! Rhea mengingatnya!
"Kanin?" Tanya Rhea memastikan nama siswi tersebut yang merupakan sahabat semasa SMA-nya, jujur saja ia merindukannya. Sedangkan siswi tersebut merespon dengan muka jutek.
"Jangan sok pikun deh, gegara kena bola basket doang, cuih!" Ucap siswi tersebut dengan nada ngambek.
Ah, Rhea paham. Ia terkena bola basket dari siswa tadi dan ia terjatuh hingga menangis? Mengapa hanya karena bola basket ia dapat menangis? Sudahlah, bukan hal penting, semua ini hanya alur mimpinya yang dapat ia kendalikan, lucid dream? Nah, iya.
"Ah, hehe. Bercanda doang gue ah. Gini, otak gue agak sedeng karna kena bola tadi, yaa lupa ingatan sementara lah, lo bisa ceritain kronologis nya ga?" Tanya serta rayu Rhea kepada temannya, sebut saja Kanin.
Kanin merenung sejenak karena merasa heran dengan Rhea. Kanin berfikir jika sifat Rhea tetiba berubah, padahal biasanya Rhea berbicara dan bersifat sangat kalem dan anggunly, tetapi setelah terkena bola ia seperti berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To 2017 | Jangkku
FanfictionTime traveler? Rhea menganggap itu hanyalah khayalan semata, namun kali ini ia benar-benar mengalaminya. "Lawak, mana mesin waktu lo? Ngaku dari masa depan tapi ga bawa mobil terbang." -Sanubara Atharel Rhea Danera, ialah gadis malang yang mengalam...