"Aku merindukan mu, mengungkapkan nya seperti ini membuatku makin merindukan mu, merindukan mu meski saat aku tengah melihat fotomu, waktu begitu kejam, aku membenci kita, sekarang untuk kita bertemu saja sangatlah sulit."
- BTS : Spring day
📜📜📜
"Kami menemukan semua bukti itu di tempat kejadian"
"Dan kemungkinan ada seorang saksi di tempat kejadian, dilihat dari ukuran sepatunya sih, sepertinya perempuan"
"Saksi?" Beo Avera
"Iya, beberapa dari kami menemukan sidik jari yang menempel pada dinding tempat kejadian, namun sidik jari itu sepertinya tak menyentuh mendiang, kami juga menemukan ukuran sepatu yang berbeda dari pelaku"
"Ukuran sepatu itu dan sidik jarinya bersamaan menempel pada sebuah dinding rooftop, sepertinya saksi sedang sembunyi dan jejak sepatunya pun hanya berjalan sampai satu meter di depan mendiang"
"Berbeda dengan pelaku yang berjalan sampai satu cm di depan mendiang dan sidik jari pelaku menempel di bagian kerah mendiang, sepertinya si pelaku sempat mencekik leher mendiang sebelum mendorongnya kebawah, sudah jelas mendiang di dorong oleh pelaku, saya yakin satu orang lagi yang berada di tempat kejadian hanyalah seorang saksi"
Baskara terdiam, diam diam tangannya mengepal erat, dia benar benar kesal pada seseorang yang melakukan hal itu kepada saudara sepupunya, Avera menggeleng pelan mendengar ucapan seorang polisi tadi
Apa? Di cekik? Pasti sakit sekali, pikirnya
"Sebagai saudara sepupunya, apakah anda tahu siapa teman dekat mendiang yang selalu bersamanya?"
Baskara mengangguk cepat "saya tahu, seorang siswi dari kelas sebelah"
"Kelas sebelah?" Ucap Avera
Baskara mengangguk lagi sembari menatap Avera yang berdiri di sebelahnya "Iya, dari kelas 11 IPA 2, sekretaris osis, sebagai ketua osis pastinya lo tau"
"Bianca?"
"Kau benar" tatapannya mengarah pada seorang polisi di hadapannya "teman dekatnya bernama Bianca dari kelas 11 IPA 2"
"Baiklah, esok hari kami akan memanggil Bianca ke ruang guru, untuk di tanyai perihal kesaksiannya"
"Besok tidak libur?"
"Tidak" polisi itu menggeleng "kegiatan belajar mengajar akan tetap seperti biasanya dan kami esok hari masih akan berada di sekolah ini untuk menyusut kasus sampai selesai tanpa mengganggu kegiatan belajar semua siswa siswi"
"Dan kau Baskara, saya minta tolong untuk menelepon wali dari mendiang Elmira, apakah kedua orang tuanya sudah mengetahui kasus perihal anaknya ini?"
"Belum pak, kedua orangtua Elmira jarang sekali berada di rumah, sudah pasti tidak mengetahui kasus ini"
"Kasihan sekali, tolong ya beritahu kedua orangtua mendiang, karena bagaimanapun juga kedua orangtuanya wajib tahu mengenai keadaan Elmira yang sebenarnya"
Baskara mengangguk mengiyakan ucapan seorang polisi di hadapannya ini
"Kalian boleh kembali ke rumah masing masing karena urusan dengan kami sudah selesai, namun jika menemukan hal bukti atau janggal cepat bilang pada kami"
"Baik pak, kalau begitu kami pergi dahulu" mereka berdua melangkahkan kaki menuju koridor sekolah
"Kasihan sekali ya, orang tua Elmira jarang pulang sekalinya pulang anaknya sudah tiada, pasti mereka sangat sedih" ucap Avera
Baskara mengangguki ucapan teman sekelasnya itu, rasanya masih sulit menerima kabar bahwa sepupu terdekatnya itu kini sudah tiada
"Baskara"
Baskara hanya menoleh pada Avera tanpa menyahuti panggilannya
"Gue mau jenguk Velicia, lo mau ikut?"
"Hm, entahlah sepertinya tidak bisa Ver, gue mau menghubungi kedua orangtua Elmira dan setelah itu pulang ke rumah, karena ibu tidak ada di rumah"
"Seperti itu ya? Baiklah, kalau begitu gue duluan ya Bas" Baskara lagi lagi hanya mengangguki ucapan Avera, tatapan matanya tidak lepas menatap Avera yang sudah memasuki mobilnya sampai mobilnya itu melaju cukup cepat menuju gerbang utama sekolah
Dia memilih duduk di salah satu kursi yang terletak di depan kelas, menatap salah satu foto yang mana menampilkan ia dan Elmira sedang tersenyum menghadap kamera yang memotret mereka dengan baju wisuda dan toga yang menghiasi kepala mereka
Bibirnya sedikit terangkat untuk tersenyum, namun sangat tipis, mengingat seseorang yang bersamanya di foto itu telah tiada
Dengan gerakan lesu, pemuda berkacamata minus itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dimana mobilnya terparkir, lalu menjalankannya menuju gerbang utama sekolah
Setelah sepuluh menit lamanya, Baskara sampai di rumahnya yang sedikit besar nan sepi itu, dia menghempaskan tubuhnya ke sofa, sungguh, dia masih belum mempercayai iniTangannya yang sedang menggenggam ponsel itu, menatap sebuah kontak yang menampilkan sederet nama ibu dari Elmira yang juga tantenya Baskara
Revalina.
Sekian lama ia berpikir, ia akhirnya menekan tombol menghubungi kontak, tak lama panggilan telepon pun di angkat, pemuda berkacamata minus itu menarik napas lalu menghembuskannya sesaat sebelum mendengar suara tantenya dari seberang
"Halo? Ada apa Baskara? Tumben telepon tante, ada apa?"
"Ini tentang Elmira tante"
"Elmira kenapa? Dia baik baik saja kan?"
📜📜📜
Di rumah sakit..
"Velicia, ada salah satu temanmu yang datang untuk menjengukmu"
"Siapa?"
"Tunggu saja, nanti juga datang, ayah keluar dulu sebentar"
Tak lama seseorang yang di maksud oleh Nata memasuki ruangan inap Velicia, pemegang ranking satu bertahan itu sedikit tidak percaya bahwa ketua osis di sekolahnya yang datang menjenguknya
"Gimana Veli? Udah mendingan?"
"Ya, begitulah, besok juga udah boleh pulang Ver" Velicia tersenyum tipis mengatakannya
"Kalau belum kuat jangan di paksain biar masuk ke sekolah Veli"
"Iya, mungkin besok gue masih izin, btw katanya di sekolah ada kasus?"
"Iya, tau darimana lo? Baru juga sehari gak masuk, udah tau aja berita Bangsa High School" Avera terkekeh
"Gak sengaja denger sih di teleponnya ayah gue, yang mana polisi bilang kalau ada kasus bunuh diri tadi pagi, benar kan?"
"Bukan bunuh diri sih, lebih tepatnya di bunuh"
"Apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Gelap Sekolah Bergengsi
Teen Fiction"Aku ingin mendapat apa yang ku mau" Memecahkan misteri tentang siapa pembunuh seorang siswi di salah satu sekolah elit Tentang Kekurangan dan sisi kelam sekolah elit yang menjadi impian semua pelajar Lantas, jika sebuah sekolah yang memiliki banya...