Mengunjungi kafe

5 1 0
                                    

"Seorang pendengar pun ingin di dengar, sebagian besar pendengar memiliki masalah yang lebih rumit dan berat dari orang yang ia dengar"

- sisi gelap sekolah bergengsi

                                📜📜📜

Suara tapakan pada lapangan utama yang bisa di bilang sangat luas itu memenuhi sepinya lapangan

Azila. Dia berjalan di lapangan utama sekolah menengah atas putri yang termasuk jajaran sekolah elit, namun juga jajaran sekolah paling mengerikan walaupun elit

Sebab tempat ia menuntut ilmu selama dua tahun ini adalah sekolah dengan kasus perundungan yang paling tinggi di kotanya

Tak sedikit siswi siswi di sini adalah korban perundungan, tapi anehnya, tak sedikit juga pelajar menengah pertama yang baru lulus mengidam idamkan masuk ke sekolah menengah atas putri ini

Walapun mereka tahu, sekolah ini adalah sekolah dengan kasus perundungan yang paling tinggi di kota mereka

Tapakan sepatu mahal yang baru saja di berikan seorang pemuda padanya semalam, berhenti saat matanya tak sengaja menatap siluet orang yang sangat ia kenali

Barra, pemuda itu celingukan sambil melongokan kepalanya melalui kaca mobil di depan gerbang utama, mungkin dia bingung mengapa keadaan sekolah sudah sangat sepi

Pemuda itu juga yang memberikan sepasang sepatu mahal untuk Azila bersekolah

"Loh? Kak Barra...?"

Mata kedua insan itu bertatapan, Barra melambaikan tangannya melalui kaca mobil  dan memberi kode agar gadis yang ia tatap ini segera berjalan kemari menghampirinya

Tanpa banyak tanya Azila pun langsung berlari cepat menuju gerbang utama, deru napasnya terengah engah saat sampai di hadapan pemuda itu

"Ayo masuk" ucapnya, saat Azila berdiri di samping kaca mobilnya

Azila mengangguk, gadis itu segera membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang, setelah itu mobil di jalankan dengan kecepatan sedang

"Kukira kau sudah pulang" kekehnya, semakin lama kenal pemuda itu berubah bicaranya dengan bahasa baku pada Azila, berbeda sekali saat pertama bertemu dengan gadis itu, menggunakan bahasa non baku

"Kau pulang lebih lama dari kemarin hari ini, apa ada masalah?" Lanjutnya, pemuda itu sudah sangat hapal dengan jam pulang sekolah adik perempuannya itu

"Tidak ada" sahut Azila

"Benarkah? Seperti..? Jujur saja lah padaku, Azila" pemuda itu menatap ekspresi Azila yang jelas seperti sedang menyembunyikan sesuatu lewat kaca mobil di atas kemudinya

"Sebenarnya..  aku mendapat hukuman tadi oleh guru BK, tadi adalah latihan dan aku selesai lebih dulu dari yang lain, namun guru BK memberiku hukuman dengan membersihkan ruangan yang sangat sangat kotor sendirian"

"A-apa?"

Ckittt

"Aduh!"

Barra mengerem mendadak membuat kepala Azila terhantuk kursi di depannya

"Astaga! Maafkan aku berhenti mendadak, tapi, kau di hukum kenapa? Melakukan kesalahan?" Tanyanya bertubi tubi menatap Azila yang kini sedang mengusap pelan dahinya

Gadis itu menghela napas lelah "ceritanya panjang, kak"

"Oke, ceritakan di lain waktu secara lengkap!" Sepertinya Barra tahu dari ekspresi Azila yang terlihat enggan menjelaskan sekarang

"Oke! Tapi dengan syarat..."

"Apa itu?" Pemuda yang sedang menyetir itu mengerutkan dahinya bingung

"Ceritakan juga dari awal, bagaimana Kak Barra bisa mengenalku, padahal seingat ku kita belum pernah bertemu sebelumnya!"

Barra meneguk salivanya susah susah, agar tersinggung saat Azila mengatakan 'kita belum pernah bertemu sebelumnya' namun Barra memaklumi, karena Azila mengalami amnesia saat kecil dan melupakan semua tentang ia dan keluarganya

"M-maaf kalau itu, aku belum bisa ceritakan dalam waktu yang dekat Azila"

"Hm... tapi, kalau tetap menceritakan dalam waktu yang lama bisa kan?"

"Mungkin bisa, tapi aku tidak tahu kapan itu"

"Oh iya!" Barra sedikit tersentak dengan ucapan Azila barusan, takut takut adiknya itu akan menuntut pertanyaan lagi

"Kenapa semenjak kakak kenal aku, kakak belakangan ini selalu bilang, kalau aku tidak usah kerja paruh waktu dan istirahat saja di kosan?"

Memang benar adanya, semenjak Azila bertemu dengan Barra, Barra selalu mengatakan secara langsung atau menghubunginya dan mengatakan 'kau tidak usah pergi bekerja paruh waktu hari ini, istirahat saja di rumah'

"Huuuh.." Barra menghela napas lelah saat tak sengaja bertatapan dengan Azila lewat kaca kecil di atas kemudinya

"Apa jangan jangan... kakak yang menggantikan posisi ku paruh waktu?"

Ckittt

Kedua kali, Barra dengan reflek mengerem mendadak saat mendengar pertanyaan yang sangat menengangkan baginya, sungguh, ia merasa di interogasi oleh adik perempuannya hari ini

"B-bukan begitu"

"Lalu?"

"Kau ingin tau yang sebenarnya? Azila?" Barra berbalik menatap Azila yang terduduk santai di kursi penumpang

"Itu tau kak"

Lagi lagi pemuda itu menghela napas "aku anak dari pemilik kafe tempat kau bekerja, kalau kau mau tahu"

"APA?!"

Barra mendengus, benarkan dugaannya? pasti Azila sangat terkejut mendengar ucapannya

"Iya, ibu ku selalu merasa iba padamu yang terpaksa meluangkan waktu sepulang sekolah untuk bekerja paruh waktu di kafe milik ibuku, maka dari itu ia selalu menyuruhku untuk menghubungimu dan mengatakan bahwa kau tidak perlu pergi bekerja hari ini"

"Aku kenal denganmu, itu karena ibuku yang menyuruhku mendatangi sekolahmu dan berkenalan denganmu"

"Alasannya?"

"Aku tidak bisa memberi tahu, tolong maklumi aku yang tidak bisa memberitahu pertanyaanmu dua kali dalam waktu dekat, mungkin pertanyaan ini kau bisa tanyakan langsung pada ibuku agar kau tidak tenggelam dengan rasa penasaran, kau pasti penasaran kan?"

Diam diam Azila mengangguk setuju dengan ucapan Barra, tangan pemuda itu beralih menyalakan mesin dan melajukan kembali mobil miliknya menuju kosan Azila, untuk mengantarnya pulang ke rumah

"Untuk hari ini?"

"Apa?"

"Aku pergi bekerja paruh waktu?"

"Istirahat lah dahulu, jangan pergi bekerja"

"Jika aku tetap pergi kak?"

"Aku bisa di marahi ibuku jika tidak melarangmu pergi bekerja hari ini"

"Oh, gitu ya?"

"Ya"

Tak lama mereka terdiam, akhirnya kedua insan itu sampai di sebuah kosan berlantai dua, Azila segera turun dari mobil Barra

"Istirahat lah, jika ibuku sudah memperbolehkanmu untuk kembali bekerja  di kafe milik ibuku, aku akan mengabari mu"

"Baik, terimakasih tumpangannya hari ini ya kak!" Ucapnya pada Barra yang sedang melajukan mobil, terlihat Barra tersenyum pada kaca mobil sebagai respon

                                  📜📜📜

"Lumayan mewah juga ya kafenya, bagus juga, betah nih gue"

"Iya, kebanyakan pelajar yang mampir ke sini" gadis yang duduk di hadapannya itu berbisik

Sisi Gelap Sekolah Bergengsi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang