Velinda Citra

4 1 0
                                    

"Mengeluh itu bukan solusi, tapi malah mempersulit keadaan"

- sisi gelap sekolah bergengsi

                             📜📜📜

"Sudah bu, tapi tadi aku izin tidak mengikuti jam pelajaran sehabis istirahat sampai jam pelajaran pulang sekolah, karena aku langsung pergi ke sekolah Azila untuk membayar biaya SPPnya " sahut Barra menjelaskan sambil mengacak rambutnya pelan

"Oh, tapi kau sudah bertemu dengan Azila saat ke sekolahnya?" Tanya Velinda lagi di mejanya

"Sudah, aku awalnya sudah bertemu dengan Azila saat dia di cafetaria sedang di rundung temannya, lauk favorit Azila sedang di siram soda oleh salah seorang temannya dan kepala Azila juga di dorong oleh mereka mengenai makanan yang sedang di makan Azila, semua temannya tak ada yang menolongnya hanya menertawakan saja"

"Tega sekali teman temannya itu, apakah saat itu Azila menangis?"

"Tidak, Azila hanya diam saja diperlakukan begitu tapi Azila langsung pergi ke luar cafetaria dengan wajah lesu, aku mengikutinya sampai langkah kakiku berhenti di taman belakang gedung sekolah, kulihat Azila sedang duduk sendiri di sebuah bangku panjang"

"Kasihan sekali dia" iba Velinda sambil melamun memikirkan nasib Azila

Barra mengangguk setuju

"Kau antar dia pulang ke kosannya tadi?"  Tanyanya sambil menyeruput secangkir teh dengan santai

"Sudah, aku izin dia pulang duluan karena  kelas dia sedang jam kosong, baru saja tadi aku habis mengantarnya ke kosan"

"Berapa total biaya SPP Azila yang kau bayar?"

"Gratis, aku tidak tau kenapa kepala sekolah itu ternyata tau kalau aku anak kandung Pak Virendra dan Bu Aulia"

"Apa? Kok bisa?" Kaget Velinda langsung menggeser duduknya agar bisa lebih dekat dengan Barra

"Entah, tiba tiba kepala sekolah itu mengetahui asal usul keluarga kandung Barra dan bahkan tadi saja SPP Azila di gratiskan karna  alasan semasa hidup Pak Virendra selalu membantu dana pembangunan sekolah itu, jadilah tadi SPP Azila di gratiskan" jelas Barra panjang lebar sambil memijit pelipisnya

"Memang benar nak, Pak Virendra adalah donatur besar sekolah itu, semasa hidupnya, makanya ibu geram saat mengetahui Azila selalu di rundung murid murid dan guru guru" lanjutnya dengan ekspresi kesal

Barra hanya mengangguk mengiyakan

"Bu, apakah ayah dan ibuku saat masih hidup mereka terkenal?" Tanya Barra setelah terdiam sejenak

"Terkenal banget nak, bahkan ayah dan ibumu CEO besar yang sukses dan kaya raya, mereka selalu mondar mandir di acara televisi pada saat karir mereka sedang naik daunnya, ayah dan ibumu selalu di kejar kejar wartawan"

"Kok, ibu bisa tau persis ceritanya semasa hidupnya?"

Velinda senyum sejenak lalu berkata

"Dulu ibu adalah penjual kopi biasa di warung kopi dan saat itu ibumu adalah pengusaha yang sukses puluhan tahun sejak usia muda, dan sejak ibu masih sekolah menengah atas ibu sudah mengidolakan ibumu, ibumu juga pernah bercerita di salah satu  acara televisi yang ibu tonton, dia menceritakan tentang jerih payah dan perjuangannya saat masih sekolah menengah dasar yang hidup serba paspasan tapi karena ibu Aulia orang yang pantang menyerah dia selalu mencoba tak peduli sudah berapa kali gagal tetap berusaha sampai sukses dan mempunyai bisnis dimana mana, setelah sukses  dinikahkan oleh Pak Virendra yang notabenenya seorang pewaris utama perusahaan terlahir dari keluarga bangsawan dan ibu termotivasi, jadi saat itu walau ibu gagal, salah dan jatuh ibu tetap berusaha sampai akhirnya ibu jadi pengusaha muda yang sukses dari usia 21 tahun dan ibu tak menyangka di umur 22 tahun entah kebetulan atau apa, ibu bisa mengadopsi dan membesarkan salah satu anak idola ibu"

Barra hanya tercengang mendengar cerita itu, ia tak menyangka Velinda mengidolakan ibunya, dan tau semua cerita semasa hidup ibu kandungnya, Barra terdiam sejenak lalu berkata

"Yaudah bu, aku mau keluar dulu" ucap Barra sambil beranjak berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke luar ruangan pribadi Velinda

                           📜📜📜

Mobil Velicia berhenti di depan restoran milik Velinda ibu angkatnya Barra, ya Velinda Citra

Mereka berdua memasuki restoran itu dan duduk di salah satu kursi yang ada di restoran itu, setelah memesan dua makanan dan dua minuman, mereka berdua melanjutkan pembicaraannya

"Ceritain ke gue, Veli"

"Ceritain apa?" Velicia menatap Avera bingung

Tuhkan ngeleg.

"Alasan lo-"

Tiba tiba ada yang mengantar pesanan mereka, tapi bukan pelayan yang tadi membuat Avera dan Velicia terheran heran melihatnya "ini pesanannya ya"

"Loh, Barra? Lo lagi disini? Kenapa lo yang anter pesanannya?"

Barra hanya tersenyum seperti biasa "wkwk gue liat pelayan mau anter pesanan kalian, akhirnya gue minta gue aja yang nganter karena pelayannya lagi layanin banyak pelanggan lagian gue juga gak ada kerjaan kok paling habis ini gue langsung pulang, btw kalian tumben ke kafe berdua?"

"Oh? ini kita mau ngobrol ngobrol santai aja kok, ehehe"

"Oke, kalau gitu gue pamit mau pulang dulu ya"

"Yaudah sono, hus hus"

"Dih?!"

Setelah melihat Barra yang sudah berjalan keluar kafe, Avera kembali melanjutkan pembicaraannya yang sempat terpotong tadi

"Ceritain apa yang lo lakuin sore itu di ujung rooftop"

"Oh itu..."

Velicia POV

Saat itu bel pulang berbunyi semua siswa siswi beramai ramai berjalan di koridor untuk pulang, begitu juga dengan aku tapi saat baru saja aku berjalan ke luar kelas ada bunyi dering telpon di sakuku

Aku langsung mengeluarkan ponsel dari sakuku tertera nama ayahku 'Nata Ryder' di layar ponsel 

Aku segera mengangkat telepon itu "Halo Pah" ucapku saat telepon sudah tersambung 

Lalu ayahku menjawab "Velicia, kamu jangan lupa datang ke tempat les hari ini!"

Mendengar penegasan ayahku, aku menghela nafas lelah  "heuh.. selalu saja begitu" gumamku berwajah lesu 

"Nanti aku datang"

"Bagus, jangan lupa nanti jam 7 malam dan sekarang masih jam 4 sore kamu bisa manfaatkan waktu kamu untuk belajar dan baca buku pelajaran"

'Belajar terus titahannya, emang ga ada yang lain apa selain belajar dan baca buku?' Gumam aku heran kenapa ayahku sangat menuntut?

"Iya pah, tenang aja" jawabku lemas 

Panggilan pun di tutup, aku pergi ke perpustakaan untuk menuruti titah ayahku yang barusan mentitah belajar dan baca buku 

Sisi Gelap Sekolah Bergengsi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang