Kasus yang rumit

2 0 0
                                    

Varo menghela napas panjang, lalu meletakkan tangannya di bahu Barra "gue tau perasaan lo sekarang, gue juga udah liat beritanya kok"

"Namanya berita, pasti tayang di mana mana. Entah itu website atau di saluran televisi" sahut Barra acuh tak acuh, mendadak mood nya jelek

Keponakan kepala sekolah itu menatap sekeliling kelas mereka yang mulai berbisik bisik, bahkan di koridor pun terlihat pelajar dari kelas lain berkumpul sembari melihat  ponsel

"Kayanya semua pelajar di sini udah tau tentang berita itu" bisiknya yang membuat Barra mengalihkan atensinya pada sekitar

Sekarang adalah jam pelajaran kedua, yang mana sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. Guru mata pelajaran yang mengajar di jam pelajaran kedua ini berhalangan hadir, sehingga waktu kosong dan sebagian besar pelajar berada di luar kelas

Kenzo dan Alvin datang berlari kecil menghampiri Barra dan Varo di tempat mereka

"Barra! Lo liat ini deh!" Kenzo menunjukkan  layar ponselnya pada Barra

Pemuda itu menoleh, setelah mendapati apa yang ia Kenzo maksud. Barulah pemuda itu kembali menatap kedepan, sesuai dugaannya. Kenzo menunjukkan website berita perihal Velinda yang melaporkan kedua perundung sekolah menengah atas putri Nusa Abadi

"Gue udah tau, udah liat juga"

"Oh?"

"Itu beneran ibu lo yang laporin?" Tanya Alvin yang hanya di balas deheman oleh Barra

"Gue mendadak khawatir sama Azila" batinnya

Di barisan lain, Velicia menatap Barra dan antek anteknya dengan tatapan yang sulit di artikan. Tangannya memegang ponsel yang menampilkan website berita yang sedang hangat dibicarakan pelajar Bangsa High School. Sebab, sebagian besar pelajar mengenal seorang pebisnis wanita paruh baya itu

                                  📜📜📜

Sudah selesai semua kak. Beritanya juga sudah tersebar ke kota lain, aku yakin pasti para pelajar dan para penduduk di kota ini pasti sudah melihat berita ini"

"Bagus. Terimakasih banyak Ana, sebagai tanda terimakasih, apa yang perlu ku berikan padamu?"

"Traktir aku makan dan minum sepuasnya di kafe milikmu yang akan di buka lusa"

"Deal" telepon di matikan sepihak, kini Velinda sedang berdiri di dekat jendela ruang pribadinya yang berada di kafe

"Semoga kau baik baik saja, Azila. Maafkan ibu yang harus memakai cara ini" Gumamnya

Drttt drrttt

Velinda menatap deretan nama orang yang meneleponnya, seketika senyuman miring terpatri di wajahnya "sudah ku duga"

"Ratna"

Jarinya menggeser layar untuk mengangkat panggilan telepon itu

"Halo? Tumben sekali kau menelepon, ada perlu apa?" Tanyanya

"Tidak usah berbasa basi Linda! Apa maksudmu melaporkan anak didikku ke polisi, hah?!"

"Masih mengaku anak didik setelah di tangkap polisi dan merundung banyak pelajar di sekolahnya? bukankah sudah jelas juga kalau aku melaporkannya karena dia sempat merundung dan menganiaya anak asuhku?"

"Itu dulu! Lagipula anak itu sudah pindah sekolah kan? Seharusnya kau jangan sampai melaporkannya seperti itu! Biarkan saja! Repot repot sekali menolong anak yang sudah sebatang kara itu!"

Sisi Gelap Sekolah Bergengsi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang