Azila memasuki kamarnya dengan pikiran yang bercabang, terutama teringat bertukar pesan dengan ketua kelasnya tadi
Ia berdiri di depan cermin, yang mana cermin itu menampakkan dirinya dari kepala sampai ujung kaki
Bibirnya sedikit tersenyum saat menatap dirinya yang sedang memakai seragam sekolahnya. Terasa mimpi ia bisa memakai seragam sekolah yang selama ini ia idam idamkan
Ia berniat mengambil beberapa foto dirinya di cermin
Setelah puas dengan hasil beberapa foto yang ia ambil, kaki gadis itu melangkah keluar pintu kamarnya
Ceklek
Lagi lagi dia menoleh pada pintu kamar sebelahnya yang tertutup rapat, Apa Barra masih bersiap siap?
Tapi ia merasa cukup lama berada di dalam kamar, akhirnya gadis itu memilih untuk menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai satu
Matanya menyipit kala melihat seorang yang memakai seragam yang sama dengan dirinya sedang duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan ponsel
Cepat sekali bersiapnya, dia kira masih berada di kamar tadi
"Kak! Sudah siap?"
Pemuda itu mengalihkan atensinya pada Azila yang sedang berjalan ke arahnya
"Sudah, ayo" ia bangkit dari tempat duduknya saat Azila berdiri di hadapannya
"Lama menunggu ya kak?"
"Tidak. Aku baru beberapa menit duduk di sini"
"Kita tidak berpamitan dulu dengan ibu?" Tanyanya saat menatap Barra yang sudah melangkah mendahuluinya
"Ibu? Ibu sudah berangkat kerja saat kau pergi duluan ke kamar"
"Ah, begitu ya? Ya sudah. Ayo kalau begitu"
Mereka berjalan beriringan menuju garasi dimana mobil milik Barra di parkirkan
"Ini" Barra menyodorkan dua lembar uang nominal besar pada Azila yang baru saja memasuki mobil
"Apa?"
"Ini, untukmu"
"Uang?"
"Ya"
"Untuk apa?"
"Untuk sekolah, ini uang saku pemberian ibu. Terimalah"
Alih alih menerima, Azila justru hanya menatap bingung dua lembar uang nominal besar yang sedang di pegang Barra
"Untukku? Kapan ibu memberinya?"
"Saat hendak berangkat kerja. Ini untukmu"
Gadis itu menerima uang saku pemberian Velinda dengan ragu ragu
"Ini uang saku untuk berapa hari?"
"Untuk 2 hari"
"2 hari?! Berarti setelah uang ini habis, akan di beri lagi?"
"Tentu" Azila terperangah, uang nominal besar ini untuk 2 hari? 2 lembar pula
"Ada apa? Apa uangnya kurang? Mau ku tambah?" Barra mengeluarkan dompetnya, berniat memberikan tambahan uang saku Azila
"Ah! Tidak usah! Tidak apa apa. Ini cukup kok!"
"Beneran? Tidak apa kok kalau kau mau tambahan. Lagipula uang ku masih banyak"
"Tidak apa apa, simpan saja kak!" Azila mendorong kembali uang yang hendak di beri Barra untuknya
"Begitu ya?" Tangan pemuda itu terulur memasukkan kembali ke dalam dompet "jika uangmu kurang, bilang saja aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Gelap Sekolah Bergengsi
Teen Fiction"Aku ingin mendapat apa yang ku mau" Memecahkan misteri tentang siapa pembunuh seorang siswi di salah satu sekolah elit Tentang Kekurangan dan sisi kelam sekolah elit yang menjadi impian semua pelajar Lantas, jika sebuah sekolah yang memiliki banya...