"Sam jangan lupakan tugasmu!" Peringat Papanya melihatnya yang begitu bersemangat pergi keluar.
"Iya, Papa," katanya dengan senang. "Akan kuselesaikan lebih cepat," kata Samudra dengan enteng, ia pergi tanpa beban.
Seseorang kembali mendekat ke arahnya. Pria muda berusia tiga puluhan yang merupakan orang kepercayaannya. "Benar Tuan, akhir-akhir ini tuan muda jarang menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Beliau lebih sering di rumah, mengerjakan tugas yang anda berikan. Selain itu, beliau tidak pernah lagi bolos sekolah dan terlibat masalah."
Arya menggulung kemejanya menjadi setengah lengan, ia duduk di sofa sambil memeriksa dokumen lewat tabletnya. "Lalu bagaimana dengan gadis itu?"
"Sepertinya dialah yang membuat tuan muda bersemangat di sekolah. Saya dengar dari teman-temannya, tuan muda memang sedang gencar mendekatinya."
Arya mengalihkan tatapannya dari tablet, rautnya nampak tidak senang. "Terus awasi mereka."
Pria itu menunduk patuh. "Baik Tuan."
Arya kembali menatap dokumennya, ia beberapa kali membuat coretan dan lingkaran menggunakan stylus pen-nya yang bergerak lincah di layar. Jika sedang fokus, pria itu bisa terlihat makin dingin.
"Bagaimana dengan Gio, kudengar dia sempat masuk rumah sakit?"
"Benar Tuan, tapi sekarang dia sudah keluar."
Arya menekan pelipisnya dengan stylus pen. "Siapa yang melakukannya?"
Pria itu sempat diam sebentar sebelum menguarkan kalimatnya. "Keponakan anda, Aiden."
•••
Sky sampai kesulitan tidur semalaman hanya karena akan pergi berdua dengan Samudra. Itu terasa aneh, tapi ia sendiri tidak tahu kenapa dirinya seperti itu, mungkin karena ini pertama kalinya ia pergi keluar bersama seorang laki-laki.
Sky meminta Samudra untuk tidak menjemputnya di rumah, untung saja laki-laki itu mau melakukannya tanpa banyak bertanya. Samudra menunggu sambil bersadar di mobilnya, ia menyunggingkan senyum begitu melihat Sky datang. Entah kenapa setiap langkah yang Sky ambil membuat perasaannya berdebar tidak karuan, itu karena tatapan Samudra yang telah menanti kedatangannya.
Tanpa banyak bicara, Samudra membukakan pintu mobilnya. Sky masuk setelah mengucapkan terima kasih.
Sementara tanpa mereka sadari, Flora melihat mereka berdua sambil mengepalkan tangannya. Ia membenci Sky yang tidak mengindahkan peringatannya.
Samudra kembali mengambil alih ketika akan memasangkan seatbelt, Sky nampak kaku dalam posisinya, ia tidak tahu kenapa setiap hal yang Samudra lakukan berpengaruh pada dirinya.
Begitu sampai, Sky mengikuti Samudra dari belakang sambil celingak-celinguk memperhatikan tempat yang baru dia kunjungi sambil mengeratkan pegangannya pada tas selempang yang ia bawa. Di luar dugaan, ternyata tempatnya sepi atau memang seperti kolam renang yang tidak akan didatangi banyak orang sekaligus, seperti kolam renang privat.
"Kenapa di sini sangat sepi?"
Samudra baru saja menyimpan tasnya, ia menoleh dan tersenyum tipis menanggapi kebingungan diwajahnya. "Tentu saja, karena hanya ada kita berdua."
Kaget, tentu saja, Sky tidak menyangka Samudra akan menghabiskan banyak uang hanya untuk mengajarinya berenang, padahal di kolam biasa saja bisa, tidak yang terlalu mewah seperti ini. Ya, meskipun ia kurang nyaman dengan kolam yang banyak orangnya, tapi jika berdua saja, itu akan terasa aneh dan canggung.
Sky telah siap dengan pakaian seadanya, ia hanya mengganti roknya dengan celana kemudian blouse-nya dengan sebuah kaos. Gadis itu sempat bingung akan memakai apa, ia tidak punya baju yang pas untuk renang, sekalipun ada, ia akan merasa malu jika memakainya di depan Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Gray [On Going]
Teen Fiction(Mental issues, bullying, anxiety) Sky tidak pernah membayangkan kalau pertemuannya dengan lelaki bernama Samudra itu berhasil membawanya pada dunia dengan warna yang baru. Saat itu, ia sedang berada dalam suatu kondisi terburuk dari serangan panikn...