Sky baru saja duduk di salah satu bangku penonton untuk menyaksikan Samudra bermain basket. Gadis itu melambaikan tangannya sambil tersenyum hingga membuat Samudra yang pada awalnya berekspresi datar juga ikut tersenyum.
Kenapa Sky baru menyadarinya sekarang, tentang betapa menganggumkannya seorang Samudra ketika berada di lapangan. Rasanya sangat wajar ketika banyak perempuan yang menyukainya, termasuk Flora yang menatap Samudra dengan pandangan penuh damba.
Begitu pertandingannya selesai, Samudra menepikan dirinya. Ia meneguk air di botol hingga sisa setengah, kemudian tatapannya mengunci ke tempat dimana Sky berada.
Lagi, jantungnya berdebar tidak karuan akan setiap langkah yang laki-laki itu ambil dengan hanya menatap ke arahnya. Suara langkah kaki itu seolah terdengar jelas dalam kepala, menggantikan suara riuh orang-orang yang berubah samar. Waktu tetap berjalan, tapi seperti begitu ringan dan lambat.
Samudra mengulurkan tangan di hadapannya, Sky menerimanya. Ia mengikuti langkahnya tanpa tahu akan dibawa kemana.
"Jangan dulu ada yang masuk ke ruang ganti," kata Atlas pada rekan setimnya yang sedang beristirahat di sisi lapangan.
Skala melemparkan sebotol minuman padanya, mereka saling melempar senyum penuh arti. Sementara Aiden tersenyum kecut.
"Aku tunggu di luar." Sky melepaskan genggaman tangannya begitu sampai di depan pintu.
"Masuk aja, gak ada siapa-siapa."
Sky melongokkan kepalanya ke dalam, ia merasa canggung karena harus memasuki tempat yang digunakan lelaki untuk berganti pakaian.
Sky duduk di sebuah kursi panjang yang berada di tengah ruangan, sementara Samudra membuka lokernya dan mengambil bajunya disana. Gadis itu memalingkan wajah saat Samudra membuka jersey-nya.
"Kamu tidak menyukainya?"
"Menyukai apa?"
"Tubuhku."
"Huh?" Sky merasa otaknya mendadak blank mendapat pertanyaan seperti itu.
"Banyak perempuan di luar sana menyukainya. Ketika aku membuka pakaian di lapangan, mereka berteriak histeris, sementara pacarku sendiri malah memalingkan wajahnya."
Sky dengan perlahan memutar kepalanya, ia melihat Samudra tengah bersandar di loker sambil melipat tangan yang menunjukkan otot bisepnya yang mengencang. Tubuhnya berkilau karena keringat dan perut kotak-kotaknya itu terlalu sulit untuk tidak menarik perhatian.
Sky menggelengkan kepalanya karena pikirannya sendiri. "Tubuhmu sangat bagus, wajar jika mereka menyukainya."
"Kalau kamu suka nggak?"
"Kurasa semua orang---"
"Aku bertanya tentang dirimu, Langit, bukan orang lain." Samudra sudah berada di depannya ketika mengatakan itu, ia menunduk untuk menatap langsung wajahnya dari dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Gray [On Going]
Novela Juvenil(Mental issues, bullying, anxiety) Sky tidak pernah membayangkan kalau pertemuannya dengan lelaki bernama Samudra itu berhasil membawanya pada dunia dengan warna yang baru. Saat itu, ia sedang berada dalam suatu kondisi terburuk dari serangan panikn...