"AYO MASUK, NADYA!" suara pak Ali terdengar begitu lembut dan sangat memabukkan. Nada rendah itu membuat telinga Nadya merasa geli.
Nadya terpaku. Tatapannya beralih pada tangan pak Ali yang masih meremas dan sesekali mengelus tangannya. Nadya sadar betul bahwa situasi ini tidak baik untuknya, namun ... dia seperti terhipnotis oleh tatapan teduh itu.
"K-kenapa saya harus masuk?" Nadya melontarkan sebuah pertanyaan bodoh. Sebuah pertanyaan yang sejatinya memberi celah pada pak Ali untuk melancarkan tipu muslihatnya.
Pak Ali tersenyum. "Kamu bisa memantu saya meng-input nilai ke data base. Nanti saya memeriksanya dan kamu yang input ke laptopnya."
Nadya menatap bingung.
"Ayolah ...!" bujuk pak Ali lagi.
Nadya termangu beberapa saat, tapi kemudian dia tersadar dan langsung menarik tangannya dari genggaman pak Ali.
"S-saya harus segera pulang!" Nadya menolak.
Pak Ali tampak kecewa. Nadya berbalik hendak pergi, namun saat itu juga tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Membuat Nadya tercengang dan menatap tak percaya. Butiran hujan itu turun teramat deras mengempas bumi disertai juga dengan embusan angin yang kencang. Apa-apaan ini? kenapa tiba-tiba bisa hujan badai seperti ini?
Nadya ternganga menatap langit yang sudah gelap.
Percikan hujan yang terbawa angin pun mulai membasahi tubuhnya. Karena memang teras depan rumah susun itu tak begitu luas. Nadya menatap panik. Sementara pak Ali yang berdiri di belakangnya mengulum senyum.
"Sepertinya langit pun tidak membiarkan kamu pulang." suara lelaki itu terdengar samar karena bercampur dengan suara hujan.
Nadya menatapnya. "Sebentar lagi hujannya juga akan reda."
"Sebaiknya kamu masuk saja."
"Tidak usah."
"Ayolah... apa kamu takut kepada saya?"
Nadya meneguk ludah. Jelas dia takut, tapi dia juga tidak mau menunjukkan perasaan takut itu secara gamblang.
"Tidak. Apa yang harus saya takutkan," bantah Nadya.
Pak Ali menyeringai. "Kalau begitu kenapa kamu menolak?"
"Karena bagaimana pun juga itu tidak benar. Bagaimana bisa saya masuk ke rumah seorang laki-laki dan kita hanya berdua di dalamnya," jawab Nadya.
Pak Ali mengangguk. "Baiklah kalau begitu."
Nadya mengernyit. Sempat mengira bahwa lelaki itu akan berusaha lagi membujuknya, namun ternyata tidak. Pak Ali melenggang masuk ke dalam rumah itu, lalu menutup pintu. Meninggalkan Nadya yang berdiri dengan wajah bodohnya.
"Cih ...," Nadya berdecak kesal.
Waktu pun berlalu...
Nadya tak henti henti menatap langit yang kelam, padahal ini masih sore. Hujan itu tak kunjung teduh, malahan bertambah deras saja. Percikan air hujan juga semakin menjadi-jadi membasahi tubuhnya. Desau angin yang dingin mulai terasa menembus tulang. Nadya terjebak dan kebingungan.
"Apa aku terobos saja?" lirihnya.
Nadya menatap ragu. Tepat beberapa saat kemudian, petir tiba-tiba menyambar dengan suara yang keras. Nadya ketakutan dan langsung beringsut mundur. Detak jantungnya berpacu karena terkejut.
Pintu di belakangnya terbuka. Terlihat sosok pak Ali menatap cemas.
"Ayo masuk! kamu bisa disambar petir jika terus di luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Olahraga Mesum (Pak Ali) 🔞🚫
RomanceSchool Scandal Series #1 AREA DEWASA 🔞 Semua cerita hanyalah fiktif belaka.