Pon giat berlatih untuk konser penggalangan dana. Waktunya tinggal 1 minggu lagi. Pon hampir tidak ada waktu untuk bersantai. Pon juga merindukan Spy. Meski ia bertemu hampir setiap hari, karena Spy juga pelatihnya, ia tidak punya kesempatan untuk bermanja-manja dengan Spy. D day sudah hampir tiba. Spy tidak hanya sibuk mendampinginya berlatih namun juga mengurus hal - hal lain untuk konser. Sebagai ketua tim, ia bertanggung jawab untuk kesuksesan konser itu. Saat ini saja meski satu ruangan, Spy tidak sedikitpun melliriknya. Ia fokus dengan pekerjaannya sebagai ketua tim. Pon hanya bisa memperhatikan Spy dari jauh, mencuri - curi pandang, mengobati kerinduannya.
"Lady Rose akan hadir, beliau tamu VVIP kita", ujar Prof. Spy kepada anggota tim. Spy menjelaskan prosedur penyambutan tamu istimewa itu.
"Semua harus sempurna karena beliau adalah seorang perfeksionis. Beliau juga donatur terbesar di universitas selain Khun Hemmy", sambung Spy.
Khun Hemmy, nama samaran, nama aslinya tidak bersedia dipublikasikan adalah donatur utama di universitas ini. Beliau memang sangat peduli dengan pendidikan terutama musik. Pemilik . Beliau juga tidak pernah menghadiri undangan even - even penting kampus. . Sedangkan Lady Rose, nama samaran juga, namun beliau masih sesekali bekenan hadir dalam acara - acara penting kampus atas undangan.
Pon teringat untuk mengambil jasnya dan juga Spy yang mereka pesan untuk konser nanti di Hazel Tailor, butik langganan keluarga Pon. Ia menulis pesan kepada Spy namun tidak segera dibalas dan sepertinya tidak akan dibalas dalam waktu yang lama. Ia masih sibuk berdiskusi dengan timnya. Ia lalu menelpon Benz. Ia ingin mengambilnya dengan Benz saja. Ia melirik Spy, masih sibuk lalu meninggalkan tempat duduknya tanpa berpamitan.
"Phi Benz, bisakah menemaniku mengambil jas? Aku ga bawa mobil, nih" tanya Pon sambil berjalan menuju parkiran.
"Ok. Kapan?" tanya Benz.
"Sekarang bisa kan, Phi, aku sudah janjian sama tailornya. Jemput di parkiran kampus ya", sambung Pon.
"Siap bosku", jawab Benz terkekeh lalu menutup telepon.
Akhirnya Pon menulis pesan lagi kepada Spy kalau ia pulang duluan mengambil jas dan akan menunggunya di rumahnya. Benz menjemput Pon di parkiran. Dengan wajah cerianya tersenyum gokil kepada Pon. Pon hanya nyengir lalu masuk ke dalam mobil dan disambut dengan sapaan sayang khas phi Benz. "Pooon....My Nong!!!" Pon bisa merasakan nada gembira di suara Benz ketika berbicara dengannya. Tentu saja Benz sangat senang Pon akan menjadi salah satu solo yang tampil di konser. Ben adalah support systmenya selama ini tentu saja ikut senang dengan pencapaian Pon. Benz juga tahu Lady Rose, donatur terbesar kedua di kampus mereka akan hadir juga.
Pon dan Benz tiba di Hazel Tailor. Jaz hitam favorit Pon pesanannya tampak pas di tubuhnya. Benz memperhatikan Pon saat ia sedang fitting. Benz semakin sadar jika Pon sekarang menjadi semakin tampan dan sekaligus cantik. Tiba-tiba darah Benz berdesir. Mengapa ia sangat bahagia jika melihat Pon? Apakah ia jatuh cinta pada sahabatnya? Ia segera menepis pikirannya itu. Ia tidak ingin hal ini akan merusak persahabatan Phi Nong mereka.
Pon sekalian mengambil jas Spy yang juga mereka pesan waktu itu. Desain jas mereka memang seperti pasangan. Desain yang mirip meski tidak sama persis supaya tidak menimbulkan kecurigaan pihak lain di kampus namun warna sama hitam dengan kemeja dalam putih. Pon membayangkan penampilan mereka yang sangat serasi pada malam konser nanti. Tanpa sadar Pon tersenyum.
"Pon, kamu pesan 2 set?", tanya Benz sedikit heran karena konsernya hanya 1 hari.
"Eh..anu...eh..ini milik Prof. Spy, tadi beliau nitip diambilkan sekalian", jawab Pon berbohong. Pon lupa jika hubungannya dengan Prof. Spy mereka rahasiakan, bahkan Pon tidak memberitahu Benz maupun Phi Jomnya. Pon sedikit gugup. Benz memperhatikan kejanggalan itu. Ia merasa Pon menyembunyikan sesuatu.
Selama perjalanan pulang Pon tidak banyak bicara. Ia takut kelepasan ngomong. Benz merasakan perubahan sikap Pon akhir - akhir ini. Selama ini ia hanya mencoba positif thinking. Pon sibuk latihan untuk konser, titik. Namun semakin hari Pon semakin aneh. Seperti menjaga jarak dengannya.
"Pon, kamu sibuk sekali ya akhir - akhir ini", tanya Benz memecah kesunyian.
"Iya, Phi. Latihannya berat. Aku ingin tampil maksimal di konser nanti, Phi", jawab Pon tak berani menatap Benz.
Benz menghentikan mobilnya di depan rumah Pon. Pon melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil lalu turun.
"Phi, terimakasih ya udah mengantarku", kata Pon.
"Maaf phi aku ga nawarin phi mampir, aku harus istirahat untuk besok", sambug Pon.
"Ok, Nong. Istirahat ya. Good luck untuk besok", jawab Benz kecewa. Lalu ia melambaikan tangan dan menstater mobilnya meninggalkan Pon yang masih melambaikan tangannya.
Pon menghela napas lega. Ia takut jika kelamaan bersama Benz akan kelepasan bicara tentang hubungannya dengan Spy. Ia merasa Benz curiga dengan perubahan sikapnya. Dulu mereka sangat sering pergi bersama namun setelah Pon bersama Spy, waktunya hanya ia habiskan untuk kuliah, latihan dan berduaan dengan Spy. Spy adalah dunianya sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Buat Pon
FanfictionPon Thanapon, seorang mahasiswa jurusan musik spesialisasi piano di sebuah universitas ternama di Thailand jatuh cinta kepada dosennya, Prof. Spy Hemmawich yang terkenal killer. Mampukah Pon meraih hati sang professor?