Sesampainya di lantai dua Pon menunjukkan pianonya yang menurut Spy bukan piano biasa. Itu sebuah piano yang sangat elegan dan pastinya mahal. Desainnya klasik namun berkelas. Sebagai penggemar piano, Spy menafsir harga piano itu mencapai 1 juta dollar lebih. Tidak heran karena Papa Pon memang konglomerat kaya.
"Phi, apakah ingin bermain? Meski saya sudah sering melihat phi bermain namun....", Pon menutup mulutnya. Ia tersadar jika sudah kelepasan berbicara. Spy hanya memandang Pon sambil tersenyum penuh arti.
"Aku tahu itu kamu, Pon?"
"Maaf, Phi?", tanya Pon bingung.
"Pon!", panggil Spy sambil mengangkat dagu Pon, menatap Pon dalam - dalam. Ia tersenyum lagi.
"Pon, aku tahu kamu pemuda tampan dan cantik yang selalu berdiri di depanku saat bermain di teras Le Bronze. Tapi Sabtu kemarin kamu tidak hadir. Itu pertama kalinya kamu tidak hadir. Biasanya kamu hadir" kata Spy masih menatap Pon.
Mata Pon mengerjap indah. Spy lagi - lagi terpesona. Spy berkata dalam hati mengapa makhluk ciptaan Tuhan di depannya ini begitu indah.
"Aku datang, Phi. Di dalam kafe. Aku melihatmu datang, memakai kacamata dan masker tapi begitu kau buka maskermu aku terlalu terkejut karena itu kau, dosenku. Aku tidak lkaluar karena terlalu gugup untuk melihat penampilanmu."
"Pon. Kamu tahu? Aku jatuh cinta padamu ketika pertama kali aku melihatmu, di sana. Aku selalu memikirkanmu. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana mendekatimu. Sungguh aku merasa beruntung karena ternyata kamu mahasiswaku. Di kampus aku selalu mengawasimu. Aku juga mengawasimu saat bersama Benz dan aku tidak suka", Spy berbicara tanpa melepas pandangannya dari Pon. Ia tidak akan membuang waktu lagi. Pon harus jadi miliknya atau ia akan gila.
"Phi. Aku sudah menyukaimu sejak pertama melihat permainan pianomu. Meski aku tidak bisa melihat wajahmu, aku tidak peduli. Aku tetap akan meyukaimu bagaimana wajahmu nanti jika akhirnya aku tahu. Aku sangat menyukai permainanmu, mengagumimu meski belum pernah bertemu denganmu. Ketika aku mengambil kelasmu pun aku belum tahu jika itu kamu, Phi." Pon berkata sambil memandang Spy dalam. Ia tidak peduli jika Spy adalah dosennya dan selisih umurnya cukup jauh. Ia tidak peduli. Ia hanya ingin Spy.
Spy merengkuh Pon ke dalam pelukannya. Memeluknya erat dan mengecup singkat bibir Pon yang lembut dan basah. Spy lalu mendaratkan ciuman lembutnya ke leher Pon yang putih jenjang. Pon merinding tapi ia menikmatinya. Pon mendesah pelan. Hembusan nafas Spy membuat bulu kuduknya meremang. Pon pasrah dalam pelukan Spy.
Spy beralih ke wajah Pon yang putih, halus tanpa cacat dengan mata, hidung, dan bibir yang sempurna. Tampan, cantik, semuanya. Spy selalu ingin mencium bibir Pon. Ia mengecup bibir basah Pon lagi dan lagi, lalu memagutnya perlahan. Pagutan lembut itu menjadi lumatan berulang yang perlahan namun mampu membakar tubuh keduanya. Pon melingkarkan kedua tangannya di leher Spy. Ia membalas lumatan demi lumatan dengan lembut. Spy menggila, lumatannya menjadi semakin cepat, semakin menuntut. Mereka terbakar.
Spy menuntun Pon ke sofa dan menidurkannya dia atas sofa panjang. Pon terlentang dan menerima tubuh Spy yang berbobot. Pon memejamkan matanya, menikmati tiap sentuhan Spy. Aliran darahnya berputar - putar kencang dan ia menggelinjang saat Spy membuka kaos atasnya, melemparnya ke lantai dan selanjutnya adalah petualangan panjang Spy dan Pon di setiap ruangan di lantai atas.
Pon mengerang nikmat. Spy melucuti pakain Pon dan juga pakainnya. Sekarang merka benar - benar polos. Pon awalnya malu, namun Spy mengisyaratkan untuk tidak perlu malu padanya. Spy mulai meluncurkan serangan-serangan mematikan. Pon melenguh tertahan namun Spy berbisik di telinga Pon.
"Jangan ditahan. Berteriaklah jika kau ingin. Bukankah disini tidak ada siapa - siapa?" bisik Spy dengan deep voicenya. Pon menegang. Ia berteriak, menjambak rambut Spy. Pon orgasme...yang pertama.
Mereka melakukan kegiatan panas itu selama lebih dari 2 jam dengan berkali - kali orgasme. Keduanya menjadi sangat liar ketika bercinta. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Mereka berpetualang di seluruh ruangan, berpindah dari sofa, ke sudut ruangan, diatas piano, dan akhirnya ke tempat paling lazim, kasur di kamar Pon, kamar mandi, dan kasur lagi. Spy ternyata memiliki libido tinggi. Spy tak terbendung. Ia seperti tak ingin berhenti dan kecanduan aroma tubuh Pon. Pon agak kewalahan karena bagaimanapun ini yang pertama baginya. Akhirnya mereka kelalahan. Keduanya tertidur dan ketika bangun, jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Spy menginap di rumah Pon. Mereka tidur lagi berpelukan, tak pernah mau melepaskan pelukan satu sama lain.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/367035739-288-k35119.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Buat Pon
Hayran KurguPon Thanapon, seorang mahasiswa jurusan musik spesialisasi piano di sebuah universitas ternama di Thailand jatuh cinta kepada dosennya, Prof. Spy Hemmawich yang terkenal killer. Mampukah Pon meraih hati sang professor?