72. IGNITES >>Kepastian<<

10.4K 756 47
                                    


Jerome hanya bisa terdiam saat melihat Celine yang kini berkeringat dingin dengan wajah ketakutan.

Pemuda itu tidak bisa melakukan apa-apa, karena tidak tahu cara menenangkan seseorang yang sedang mengalami trauma.

Tapi jari-jarinya mengepal kuat, mengingat trauma itu dibuat oleh seseorang yang katanya mencintai gadis itu.

"Gue nggak apa-apa," kata Celine, berbohong. Dia tahu Jerome khawatir terhadapnya.

"Hukum sedang diproses. Jadi lo nggak perlu khawatir. Orang itu nggak bakal berkeliaran di dekat lo lagi," Jerome mendekat, lalu menyentuh bahu Celine.

"Ada gue di sini. Lo nggak perlu takut."

Celine mendongak, menatap Jerome yang kini sedang menatapnya dengan mata jernihnya.

"Gue ... butuh pelukan."

Jerome mengerjap beberapa kali, lalu mendekat dan mendekap Celine tanpa banyak basa-basi.

"Jangan pernah lepas dari pengawasan gue," kata pemuda itu.

Suara pintu terbuka membuat keduanya kompak menoleh. Sesil berlari menghampiri Celine yang kini mulai mengeluarkan air mata.

"It's okay," bisik Sesil sembari memeluk sahabatnya itu. "Don't cry. It's okay."

"Dia pasang kamera lagi buat ngawasin gue, Sil......"

"Itu yang terakhir kali. Selanjutnya dia nggak akan bisa pasang begituan lagi."

Sesil mendongak, menatap Jerome yang hanya diam di tempatnya.

"Thanks lo selalu ada di dekat Celine," ucap Sesil.

Jerome hanya mengangguk singkat, lalu keluar dari ruangan itu.

Ruangan tempat Gani diinterogasi oleh geng Oscar.

Cukup lama Celine menangis di pelukan Sesil. Bahkan Hery dan Jerome hanya bisa terdiam melihat dua gadis yang kini saling memeluk itu.

Mereka tidak menyangka, Celine yang terlihat kuat ternyata bisa selemah itu.

Trauma yang membuatnya takut akan kamera benar-benar mengganggu.

Bahkan gadis itu sudah tidak pernah lagi mengambil foto meskipun hanya lewat ponsel saja.

Suara tawa kuntilanak membuat kedua gadis itu terkejut bukan main.

Hery, ponselnya berdering dan membuat orang-orang yang mendengar jadi kaget dan kesal.

"Bisa ganti nada dering nggak? Bikin jantungan aja," protes Jerome.

Hery menyengir kuda, lalu berpindah ke tempat yang lebih sepi untuk menerima telepon dari Raga.

"Gani udah beres."

"Bukan itu yang mau gue tanyain."

"Apaan emang?"

"Lo tau Jaglion pergi ke mana? Apartemennya sepi. Dia bawa tas ransel sama beberapa pakaian. Mobilnya juga nggak ada. Dia bawa 3 sepatu, juga jaket tebal. Tapi dia nggak bawa obatnya."

Hery mengerutkan kening. Dia tahu Raga memang sangat teliti. Tapi dia baru tahu kalau Raga juga teliti soal barang milik sahabatnya.

Benar-benar keren!

"Dia nggak ada ngomong apa-apa sama gue. Tadi pagi bilang mau ke markas dan dijemput si Nino."

"Nomornya nggak aktif, b*ngs*t! Jangan-jangan dia kabur nyari Wilona."

"Jangan ngadi-ngadi. Gue tau Jaglion gila, tapi itu nggak mungkin. Soalnya Wilona terbang ke Kanada."

Hery tertegun sebentar.

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang