Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
UPDATE UPDATE🔔🔔🔔
Mengingatkan kembali, bahwa cerita ini MURNI hasil pemikiran ku sendiri. Jika ada kesamaan, sudah pasti ketidak sengajaan!
Tandai jika ada typo!!
Jangan sungkan untuk bantu koreksi bila ada kesalahan dalam penulisan aku, ya!!Sebelum baca, harap untuk VOTE terlebih dahulu.
UNTUK PARA PLAGIAT, SILAHKAN MINGGAT.
HAPPY READING 🤍
•
•“Sejauh apapun mulut mu bercerita, nyatanya tak akan mampu membuat mereka mengerti sepenuhnya. Maka, berhentilah menuntut dimengerti selain pada Tuhan dan dirimu sendiri.”
~•••[SATERIA J.A.]•••~
Lelaki dengan jaket berwarna navy itu menatap dengan penuhnya rasa percaya diri. Tentu pada sekumpulan wartawan yang terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar berita panas pagi ini.
Dengan senyum tipisnya yang menawan, ia kembali berucap lugas, “Kami sudah terlalu lelah menangani nya. Bahkan sebelum malam itu terjadi, kami sempat bertengkar hebat sebab papa saya melarangnya pergi untuk menemui teman-teman nya. Beliau khawatir melihat keadaan adik saya yang kurang sehat.”
Sejenak mulut lelaki itu terhenti. Matanya jelas menyiratkan rasa sendu yang menggebu. Namun sesiapa tak ada yang tahu, perihal pancaran yang hanya sandiwara mengelabui mereka.
“Lalu, mengapa identitas adik bungsu anda tetap dirahasiakan sampai saat ini? Dan bagaimana kondisi korban? Apakah adik anda akan mempertanggungjawabkan perbuatan nya?” Wanita dengan rambut pendek tipis itu bertanya dengan rasa penasarannya. Diri bersiap merekam jawaban sang terdakwa menggunakan ponsel yang ia sodorkan penuh di hadapan Jamian. Tentu guna bukti laporannya hari ini.
Jamian yang hendak menjawab itu sesaat menghela nafas pelan. Sebab diri mulai lelah berbicara omong kosong demi memperbaiki nama baiknya. Namun apa pula daya, hanya beginilah jalan satu-satunya. Jamian tak siap jika harus menerima pukulan dari sang ayah.
Maka, hanya modal tekad yang kuat untuk menyelesaikan ini semua, tentu demi ketenangan nya jua.
“Keluarga saya sengaja menutupi identitasnya. Kami tahu, bahwa papa saya mempunyai banyak sekali pesaing bisnis di luar sana. Adik saya belum pandai menjaga diri, dan papa saya takut sasaran musuhnya justru melibatkan keselamatan adik saya. Maka dari itu, beliau dengan teguh merahasiakan identitasnya, demi keselamatan adik saya sendiri,” tegasnya dengan senyuman, meyakinkan media seolah-olah sang ayah adalah pahlawan terbaik bagi anak-anaknya.
“Ah, ya. Untuk korban, syukurnya luka beliau tidak terlalu parah. Tenang saja, kami sudah bertanggung jawab atas segalanya. Kami juga sudah berdamai secara kekeluargaan,” lanjutnya, kembali rasa percaya diri itu memenuhi rongga dada.
Sejenak kemudian, Jamian memandang kamera. Masih dengan senyum tentunya. Ia berharap sang ayah juga adik nya itu mendengar semua ucapan racun milik mulutnya. Yang kebetulan, terpampang jelas di layar televisi secara langsung.
“Tenang saja, Pah. Namamu akan saya harumkan kembali. Dan untukmu adik, selamat menerima caci-maki dari netizen indonesia.” Lelaki itu membatin, rasa puas menggerogoti hati nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATERIA J.A [ON GOING]
RandomSeluruh aksara di dalam sini, hanyalah susunan luka yang dikelabui oleh kepingan tawa palsu. Karena pada ujungnya, semua rasa kembali pada hukum semesta yang memang semestinya. Seluruh manusia terluka. Dan ini, adalah sepenggal kisah dari banyaknya...