Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
UPDATE UPDATE🔔🔔🔔
Mengingatkan kembali, bahwa cerita ini MURNI hasil pemikiran ku sendiri. Jika ada kesamaan, sudah pasti ketidak sengajaan!
Tandai jika ada typo!!
Jangan sungkan untuk bantu koreksi bila ada kesalahan dalam penulisan aku, ya!!Sebelum baca, harap untuk VOTE terlebih dahulu.
UNTUK PARA PLAGIAT, SILAHKAN MINGGAT.
HAPPY READING 🤍
•
•"Keluarga tak harus dihitung berdasar hubungan darah. Tak harus dihitung dari siapa yang satu atap bersama. Sebab kadangkala, diri mendapati Harsa di tempat yang tak satu atap, yang tak satu darah, namun mampu menjadi rumah sesungguhnya."
~•••[SATERIA J.A.]•••~
Lelaki itu tampak tak bosan-bosan menyunggingkan senyuman. Aroma makanan khas Kota Bandung menguar dalam tiap-tiap ceruk ruangan. Mega di atas sana cukup penuh menutupi birunya langit, dengan semilir angin sejuk memenuhi udara pagi ini.
Restaurant yang namanya harum di mata masyarakat Bandung menjadi pilihan Sateria tuk mengisi perutnya yang keroncongan. Tentu sebelum pulang pada rumahnya yang jauh dari kata nyaman. Sebab, setelah perdebatan yang panjang, akhirnya Sateria diperbolehkan pulang. Bukan atas izin dokter, melainkan Hadres dengan keras kepala miliknya itu.
Sejujurnya, ia tak munafik. Berada di atas kasur empuk rumah sakit serta diselimuti suasana harmoni jelas betul mencipta euphoria pada dada Sateria macam burung lepas kandang. Terbang bebas, begitu menyenangkan. Tak ada caci-maki, pukulan pada tubuh, maupun ancaman dengan segala tekanan. Hal yang tak luput menjadikan Sateria sungguhan terlena dibuatnya.
Namun dibalik itu, Sateria mesti sadar diri tentunya. Sebab mestinya, Sateria yang berstatus sebagai adik sekaligus bahan taruhan Jamian pada Hadres menjadi cikal-bakal pembalasan dendam atau pelampiasan amarah, bukan? Tapi agaknya salah. Sebab yang didapati olehnya yakni perbuatan baik dari lelaki itu.
Sateria tak paham, akankah benar-benar ada manusia baik macam Hadres yang suka-rela membawanya ke rumah sakit sekaligus membiayai segalanya? Namun apapun itu, ia hanya mampu bersyukur pada yang Maha Kuasa. Berterimakasih sebab mengizinkan semesta membawa dirinya pada nasib bagus yang menyelimutinya belakangan ini.
Sateria berdoa, semoga saja, Hadres mendapat ganjaran manis akan kebaikannya selama ini.
"Bang, terimakasih banyak, ya." Satu suapan besar potongan ikan-dengan bumbu memabukkan itu-mendarat sempurna selepas ucapan terimakasih Sateria layangkan untuk kesekian kalinya.
Hadres yang semula akan menyeruput mesra kopi miliknya itu lantas tertunda. "Lo udah bilang itu lebih dari lima puluh kali!" Dengan hembusan nafas panjang, pria tampan itu menatap jengkel bocah ingusan yang terduduk di seberangnya.
Dari tuntasnya masalah kepulangan kala itu, Sateria tak henti-henti menucapkan terimakasih padanya. Kian pening saja mendengarnya.
Sateria menggaruk tengkuk, lantas memasang senyum tak berdosa miliknya. "Ya maaf, Bang. Lagian lo aneh, sih!"
Berhenti sejenak guna menelan makanan, Sateria kembali berucap kala wajah Hadres tampak menuntut tanya.
"Harusnya gue jadi bahan balas dendam lo, secara,'kan, gue adiknya si jamian bangsat itu. Biar kayak di film-film, Bang," terang Sateria mengingat adegan film yang ditontonnya terakhir kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATERIA J.A [ON GOING]
AcakSeluruh aksara di dalam sini, hanyalah susunan luka yang dikelabui oleh kepingan tawa palsu. Karena pada ujungnya, semua rasa kembali pada hukum semesta yang memang semestinya. Seluruh manusia terluka. Dan ini, adalah sepenggal kisah dari banyaknya...