BAGIAN 8. Kalah; Larung Dalam Lara

21 5 4
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

UPDATE UPDATE🔔🔔🔔

Mengingatkan kembali, bahwa cerita ini MURNI hasil pemikiran ku sendiri. Jika ada kesamaan, sudah pasti ketidak sengajaan!

Tandai jika ada typo!!
Jangan sungkan untuk bantu koreksi bila ada kesalahan dalam penulisan aku, ya!!

Sebelum baca, harap untuk VOTE terlebih dahulu.

UNTUK PARA PLAGIAT, SILAHKAN MINGGAT.

HAPPY READING 🤍


“Nggak apa-apa. Lelah nya sekarang, akan terbayar di masa yang akan datang..”

~•••[SATERIA J.A.]•••~


Waktu menunjukan hampir pukul sepuluh malam. Bulan bersinar dengan taburan bintang sebagai pelengkap dalam gelapnya malam. Angin berhembus perlahan, daun-daun silih berganti menjatuhkan diri, memeluk tanah. Suasana tentram, hadiah atas lelahnya para manusia tadi siang.

Di atas rerumputan dengan daun kering yang berserakan, sosok lelaki berdiri dengan mata terpejam. Helaian rambut menari-nari, berdansa bersama sang pawana. Raut wajah yang tenang itu sungguh mengelabui. Karena nyatanya, jantung dari sosok itu berdegup dengan dahsyat. Angin malam tak mampu mengalihkan fokusnya saat ini. Ketakutan itu, kembali menggerogoti.

“Cepet naik!” seru lelaki jangkung yang kini telah berada di atas kuda besi.

Tak membantah, sosok yang masih berperang dengan ketakutan itu melangkah, mendekati kuda besi yang ditumpangi sang kakak. Hembusan nafas tuk menenangkan tak juga membantu, sebab ketakutan itu tak menemui jalan pulang selain mengikuti apa yang diperintahkan.

Selesai. Sosok dengan hoodie dan celana jeans itu telah terduduk di kuda besinya sang kakak. Kendaraan roda dua itu mulai melesat, membelah jalanan tanpa perasaan. Kecepatan yang mematikan. Angin terpental, daun daun terangkat, dan jantung dari lelaki yang dibonceng kian terasa menyengat.

Perjalanan yang menempuh waktu hampir satu jam itu, kini berubah hanya dengan hitungan menit. Layaknya terbang, lelaki dan kakaknya itu telah tiba di tujuan. Riuh-piuh terdengar di telinga lelaki itu. Sateria, ia membuka mata setelah sekian menit sengaja ditutup akibat takut. Pandangannya menyendu. Tempat ini, musuhnya Sateria.

“Selalu tepat waktu.” Suara bariton itu dikeluarkan oleh lelaki yang kini menghampiri Sateria dam Jamian. Helm full face digenggamnya, senyuman manis namun tersirat sinis itu ditujukan pada Sateria.

Jamian terkekeh. Meski suara kekehan itu samar akibat teriakan dari para wanita, namun Sateria tahu, kekehan itu menandakan sebuah peperangan. Lelaki rapuh itu hanya bisa berdiam di belakang Jamian. Karena nyatanya, meski seluruh bahaya datang dari sang kakak, namun seluruh tenang juga datang darinya. Sebesar apapun kejahatan Jamian, Sateria merasa bahwa sang kakak masih bisa diandalkan, tak se-menakutkan kejahatan dari manusia lainnya.

“Dan akan selalu menang,” balas Jamian dengan sorot mata penuh ancaman. Seakan tombak menyerang lawan, lelaki di hadapan Jamian tampak menatap penuh dendam.

SATERIA J.A   [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang