'"Bajingan ini, aapa kau tuli hah?!!"Teriakan itu menyadarkan kaelan dan menariknya paksa dari dalam lamunan. Ia menatap segerombolan pria dan wanita yang mengelilinginya. Seakan sengaja berkumpul untuk menonton hal menarik.
Ia mengangkat kepala. Menatap tepat di wajah pria tinggi yang menggertaknya hanya karena tak sengaja tersenggol bahu kaelan. Bagaiamanapun suasana di kantin ramai di jam istirahat. Apa perlu mencari perhatian sampai seperti ini?
"Maaf" ucap kaelan lagi.
'Iya, aku hanya perlu minta maaf berkali kali. Maka masalah akan selesai'
Namun apa yang dipikirkannya ternyata tak berlaku. Hidup ini tak seperti kehidupan dulu.
Jika dulu ia tak sengaja menyenggol orang, atau sengaja menabrak mereka untuk kesenangan. Hanya 1 kata maaf membuat mereka tak berani berkata tinggi padanya. Tentu saja berbeda. Karena saat itu, mereka berpikir 'ahh..nasibnya buruk. Jangan terlalu terlibat jika tidak ingin tertular nasib jelek'
Pria yang marah hingga wajahnya merah itu menatap kembali ke arah pria di depannya yang menunduk entah menatap apa. Karena kesal, dengan tenaga mendotong keras bahu kanan kaelan yang tidak siap dan membuat nya jatuh kebelakang. Semua orang menghindar seakan menyisihkan tempat bagi kaelan untuk jatuh namun mereka tak juga beranjak dari sana.
"Bajingan. Jangan sampai aku melihatmu lagi"
Pria itu kemudian pergi dengan mendumal. Menendang beberapa meja di kantin hingga menyisakan suasana canggung sepi sebelum kemudian siswa lain kembali sibuk dengan aktivitas masing masing. Mengabaikan kaelan dalam kondisi baju basah oleh kuah bakso panas.
Merasa pertunjukan berakhir, gerombolan mulai memencar. Begitupun dengan kaelan. Alih-alih pergi dari sana, ia kembali mengantri. Siswa yang melihat itu menjauh dari kaelan karena seragamnya yang kotor, memudahkan dirinya untuk langsung maju membeli sepotong roti dengan kismis kecil di tengah dan susu coklat lalu segera pergi dari sana.
Sebagaimanapun dirinya berusaha tidak perduli dan abai. Ada rasa kecewa terhadap situasi yang ia alami.
2 minggu lalu
Suasana di ruang kamar rawat inap lucian sangat tegang. Alat rumah sakit berdenging menampilkan monitor angka dan garis yang dinamik. Para dokter berusaha yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa anak muda yang baru merayakan ulangtahun ke 20 2 hari lalu.
Lucian namanya. Sejak umur 7 tahun, rumah sakit menjadi rumah utamanya. Orang tuanya menghilang setelah kanker nya berjalan 5 tahun membuatnya bergantung pada uang donasi rumah sakit dan orang orang dermawan. Awalnya ia berjuang melawan penyakit ini sebelum menyadari bahwa takdir bukanlah hal yang bisa ia lawan sekuat apapun usaha seorang individu. Setelah ulang tahun ke 15, lucian mencoba akrab dengan rumah sakit.
Ia akrab dengan para staff, dokter hingga pembersih kamar mandi. Wajahnya juga pernah terpampang di salah satu pemberhentian bus di depan rumah sakit dengan slogan 'Donasi untuk masa depan anak bangsa'.
Walau terkekang dalam ruang berukuran 3 x 3. Lucian tidak ingin hanya menjadi beban bagi kantung orang lain. Ia belajar mandiri dan berhasil menerbitkan buku inspiratif motivasi. Niat baiknya ditujukan untuk orang yang masih memiliki kesempatan, tidak seperti dirinya.
Namun siapa sangka hal ini justru menjadi boomerang lain untuknya. Orang tuanya atau lebih tepatnya ayahnya datang mengunjungi. Beromomg kosong tentang bayaran publikasi dan penerbitan. Menuntut biaya hidup pada anak yang bahkan bernafas terasa seperti menghirup air.
Hingga puncaknya pada hari ini. Kondisi lucian sudah buruk sejak pagi. Tanda kehidupan dirinya semakin meredup sejak kedatangan ayahnya yang bahkan tega memukulinya di lingkup rumah sakit. Membuat lucian tak sadarkan diri dan dengan perjuangan dokterpun, nyawanya tetap meninggalkan raga.
![](https://img.wattpad.com/cover/371332482-288-k788820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Yang Ternyata Korban [BL]
Genç KurguAku bertransmigrasi ke dalam novel remaja erotis setelah 20 tahun berjuang melawan kanker di ranjang rumah sakit. Menjadi seorang penjahat yang di takdirkan mati di tangan pemeran utama pria. Klise. Meski begitu aku tidak memiliki keinginan untuk m...