Tingkah kaget orang di hadapanku jauh lebih tidak bisa diprediksi. Aku hanya menatapnya datar, tetapi ekspresinya melebihi ekspektasiku. Pasalnya, ia sampai melompat hampir terjun dari lantai ini.
"Kau?!" serunya sangat terkejut.
Aku hanya menelengkan kepala bingung. Dia mengenalku? Aku ingat wanita ini. Dia orang yang sama dengan wanita di gazebo pantai beberapa waktu lalu. Tapi, kenapa dia seolah begitu mengenalku? Padahal kami belum pernah berkenalan sama sekali.
"Iya?" sahutku enteng.
"Kenapa kau ada di sini?" tanyanya sedikit menyentak.
Aku menggeser arah pandangku. Bagaimana aku menjawabnya, ya?
"Aku diminta datang?" jawabku tak kalah bingung sebenarnya.
Wanita itu menautkan kedua alisnya. Tampak curiga. Apa pun yang dia lakukan, aku hanya menatapnya datar.
"Di mana Adam?" tanya melirik ke dalam.
Perlahan aku sedikit menggeser tubuhku, memberi ruang pada wanita ini untuk melihat dan mempersilakannya masuk.
"Dia sedang ke minimarket. Kau bisa menunggunya di dalam."
Wanita itu masuk perlahan dan melihat-lihat keadaan.
"Kau suka teh?" tanyaku menuju pantry.
Sebenernya aku juga sudah cukup terbiasa dengan tempat ini. Jadi, sedikit banyak aku sudah hafal dengan basement ini.
"Tidak. Aku hanya bisa minum jus," sahutnya tanpa melepas pandangannya.
Aku melihat ke sekeliling. Mustahil Adam punya jus. Pria itu tidak suka buah. Aku merogoh ponselku untuk mengrim pesan pada sang pemilik basement.
'Belikan jus!'. Pesan terkirim. Tak menunggu lama pesanku terbalas.
'Jus apa?'
'Terserah.' Pesan terkirim.
Aku seger beralih menghampiri kopiku dan duduk di kursi kerjanya. Sedangkan wanita itu _yang belum kuketahui namanya_ duduk di sofa yang ada di tengah ruangan.
"Maaf. Sepertinya kita harus menunggu pemilik basement ini pulang," ujarku sembari membereskan kertas yang berserakan. Bisa jadi masalah kalau kopiku mengenai kertas-kertas ini.
Entah kenapa aku mulai bertanya-tanya, siapa wanita ini? Pasalnya, sewaktu pria waktu itu mencarinya. Dia menunjukkan foto wanita ini dengan Adam. Apa dia kekasih Adam atau malah salah satu anggota keluarganya? Tetapi, melihat sikapnya sepertinya dia baru pertama kali ke sini.
"Kalau aku boleh tau, kau siapa?" tanya wanita itu akhirnya.
Aku memutar kursi yang kududuki menghadap wanita itu untuk beberapa saat.
"Aku Kayda Zale, rekan kerja Adam."
Wanita itu bersandar. "Ternyata benar kau orangnya."
"Aku? Kenapa?"
"Tidak ada. Aku Haelyn Elmer."
Coklat? Itulah yang terpikirkan di kepalaku saat mendengar namanya. Bukan apa-apa, aku hanya ingat beberapa merk coklat dengan nama tersebut.
"Aku dengar kau ikut membantu kasus beberapa hari lalu." Aku menelengkan kepala sebagai respon.
"Kasus?"
"Penembakan seorang gadis bernama Iara. Benar?" Aku terdiam sejenak. Benar. Gadis itu bernama Iara Arcelin. Aku mengetahuinya saat di rumah sakit.
"Apa kau tau, kau berpotensi akan terlibat dengan kasus ini." Haelyn mengimbuhi sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Terlihat dia mengetahui sesuatu, tapi gaya bicaranya ... tidak enak didengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Corner
General FictionHari itu, sudah kesekian kalinya Adam membujuk Kay untuk keluar kamar. Akhirnya membuahkan hasil. Tetapi, siapa sangka itu malah membuat Kay terseret sebuah kasus di sebuah simpang jalan. "Kenapa rasanya ada yang janggal, ya?"