SCRIPT 08

13 1 1
                                    

[UNEDITED]










[UNEDITED]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Gubrak'

"Huft. kurasa ini yang terakhir. Bagaimana denganmu, pendek?"

Perempat imajiner muncul di wajah pria bertopi tersebut. Menghiraukan perkataan dari wanita itu sebelum menatap sekumpulan pria yang tak sadarkan diri di hadapannya dengan tajam.

"Aku juga sudah selesai. Sepertinya mereka tidak akan sadar lagi."

Sweatdrop. Itulah yang Shinra berikan. Ia menatap Chuuya yang dimana sekitarnya sudah sangat kacau. Bagaimana pria-pria itu masih sadar kalau sedari tadi Chuuya menghajar mereka tanpa ampun sedikit pun?

Shinra menghela nafasnya sebelum mengubah scythe miliknya menjadi sebuah kunci hitam. Ia berkacak pinggang dengan tangan kirinya sebelum melihat pria yang baru ia lawan masih dapat menggerakkan tangannya.

Dengan ringannya, Shinra menginjak tangan pria tersebut. Meloloskan jeritan kencang dari bibir sang pria. Shinra memperdalam injakan kakinya pada sang pria. Sedikit menundukkan tubuhnya untuk melihat wajah kesakitan pria tersebut.

Itu tak lama sebelum Chuuya menghentikan langkahnya di sisi Shinra. Menatap bagaimana wanita itu menginjak tangan sang pria tanpa ampun. Bahkan sampai pria itu mencengkram pergelangan kaki Shinra. Seolah-olah meminta ampun. Namun sama sekali tidak Shinra pedulikan.

"Apa kamu ingin membawanya ke hadapan boss-mu? Dia salah satu informan yang kalian cari juga loh." Ucap Shinra.

"Hah? Bukannya kalian membutuhkan dia juga?" Tanya Chuuya.

Sebelum menjawab, Shinra sempatkan diri untuk menendang wajah pria yang tangannya ia injak sedari tadi. Membuatnya tak sadarkan diri, "aku sudah mendapatkan informasi yang kubutuhkan tadi. Jadi, ambil saja kalau mau."

Mendengar itu, Chuuya mendengus pelan. Menatap wanita yang sudah melangkah pergi sembari menyalakan rokok terakhirnya. Pria bersurai oranye itu mengalihkan pandangannya pada informan yang Shinra siksa sebelumnya. Menghela nafasnya pelan sebelum memanggil anak buahnya untuk membawa pria tersebut.

Chuuya pun langsung menyusul Shinra yang tengah menikmati rokoknya sembari menatap Kota Yokohama ketika malam hari. Bergabung dengan wanita itu dan berdiri tepat di sisi kirinya.

Shinra menghisap rokoknya dalam sebelum menghembuskan asapnya dengan perlahan. Menatap asap tidak menyehatkan itu terbang terbawa angin menuju gelapnya malam. Kedua matanya mulai menatap pemandangan indah di hadapannya dengan datar.

"Hey, pendek."

Perempat imajiner muncul di wajah Chuuya, "berhenti panggil aku pendek—"

Dan tepat ketika Chuuya menoleh ke arah Shinra, bibirnya merasakan sesuatu yang sangat familiar. Menatap bagaimana rokok yang sedang Shinra hisap sedari tadi kini berada di bibirnya.

ärcǎņẽTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang