Untitled // MarkMin

83 8 0
                                    

Kota Pahlawan. Oktober, 2022

.
.

Sesak.

Padahal Jaemin sudah puluhan kali menghadiri acara cosplay tahunan seperti ini, tapi tetap saja rasanya sesak ketika puncak acara dengan bintang tamu yang mengundang masa.

Puluhan kali ya... Jaemin terus merapal tiga kata itu dalam hati sembari mencari sudut yang sepi untuk menepi sejenak dari keramaian.

Ia tidak datang sendiri. Seharusnya ia bersama Jeno dan Haechan. Tapi dua orang itu tiba-tiba menghilang saat Haechan bercelutuk ingin mencoba jajanan khas negara matahari timur. Jaemin tidak mempermasalahkan. Toh, dia bisa menepi sejenak sembari mengabari posisinya di grup chat.

Hanya saja rasanya aneh.

Dia sudah sempat rehat untuk menghadiri acara seperti ini; cosplay dan pekan budaya Jepang. Sudah dua tahun lebih dan baru ini ia datang lagi. Kalau bukan ajakan Haechan karena rindu dengan kampusnya (mereka sudah lulus tahun kemarin, sekedar informasi), ia tidak akan mau menginjakkan kaki di acara seperti ini.

Memangnya kenapa? Padahal Jaemin sudah puluhan kali datang ke acara ini, terhitung saat ia masih duduk di bangku 12 SMA -yang artinya itu enam tahun yang lalu.

Jaemin tidak suka keramaian. Sekali lagi -apa alasan Jaemin puluhan kali datang di acara yang penuh orang-orang mengekspresikan sisi lain mereka?

Mengapa? Apa alasannya?

Bahkan dirinya sendiri hampir lupa untuk apa ia datang puluhan acara seperti ini sejak enam tahun lalu. Ia tidak terlalu suka -kecuali untuk beberapa yang sudah terlanjur ngetrend seperti Naruto, Pokemon, takoyaki, dan sebagainya.

Betul saat ia bilang dia hampir lupa walau tidak benar-benar lupa.

Jaemin hampir lupa hati yang selalu ia jadikan alasan.

Dan hatinya adalah seseorang yang ia harap untuk bisa ia temui di acara seperti ini. Kelihatannya bodoh dan mustahil; Jaemin saat itu berusia tujuh belas tahun mengharapkan keajaiban seperti yang Tuhan pernah berikan padanya.

Sayangnya, ia serakah. Selagi ia berharap, ia juga memohon belas kasih Tuhan agar setidaknya ia menemui orang tersebut. Setidaknya sekali -ia hanya ingin bilang kalau dirinya begitu memuja dan mendamba sebelum akhirnya ia ragu sendiri dengan hatinya.

Perlahan, hatinya tidak semendebarkan dulu.

Perlahan, ia hampir lupa wajah orang itu untuk ia harapkan jadi bunga tidur.

Sadar dengan lamunnya, Jaemin terkekeh pelan dan mencoba mengusir ingatan masa remajanya yang cinta gila hingga membuatnya terlihat seperti orang bodoh.

Selagi menunggu Haechan dan Jeno datang, Jaemin cek kembali kamera yang ia tenteng. Sayang sekali kalau tidak diabadikan. Jaemin penikmat momen yang semu tuk selamanya -alias potret. Lensa ia arahkan ke arah kerumunan.

Kerumunan satu komunitas yang berkumpul dan berbagi topik untuk dibicarakan. Bahkan ada sepasang kekasih (sepertinya) sadar akan bidikan lensa milik Jaemin, mereka melakukan beberapa pose sebelum akhirnya pamit.

Beberapa kali Jaemin arahkan lensanya secara random. Bidik sana, bidik sini.

Hingga lensa Jaemin terhenti pada satu arah.

Di antara kerumunan, tapi seolah jantungnya berhenti saat itu juga. Dengan tangan gemetar, Jaemin menekan tombol shutternya.

Lensa kamera ia turunkan. Agar ia benar-benar mempercayai mata kepalanya sendiri.

Setelah enam tahun, pada akhirnya mereka dipertemukan.

Jaemin dan pujaannya di kerumunan.

Ia hanya terpaku. Mengawasi gerak orang tersebut hingga hilang dari arah pandangan.

Angin berhembus membawa beberapa kelopak bunga tabebuya yang gugur. Aroma bunga tabebuya ini... mengingatkan Jaemin pada enam tahun lalu.

"Lalu kamu mau apa?"



Ingat! Akhirnya Jaemin ingat jelas!


Kakinya ia hentikan mengejar orang itu. Ya, orang itu! Orang itu pasti marah seperti waktu itu Jaemin menghampirinya.

Dering ponsel lagi-lagi menyadarkan Jaemin. Nama Jeno tertera jelas.

/'Jaem, kamu pasti ga bakal percaya -IHH TADI ADA KAK MARK!!!'/

Suara Jeno bersahutan dengan Haechan, tapi bisa ia cerna dengan jelas.

"Udah ketemu, kok."
/'Kamu udah nyamperin, Jaem?'/
"Buat apa?"
/'Untuk enam tahun kamu?'/

Jaemin tersenyum masam.

Enam tahun ya...

... butuh enam tahun sampai ia kembali bernostalgia (atau memang masih) tentang perasaan ini.

Tahun 2016, debaran jantung, bunga tabebuya, dan.... Kak Mark.

Lalu malam ini, berbekal jepretan lensanya yang bisa ia harapkan jadi bunga tidurnya.

.
.

|| end ||

P.S: Aku kangen MarkMin. Cerita ini jg pernah dipost dj akun X aku @/hiraethinjun

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRIDESCENT  [a NCT ONESHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang