Summer Flu // NoRen

1.5K 71 11
                                    

warn!: GS for uke

Renjun mengerjapkan sebentar kelopaknya sebelum disadarkan sepenuhnya oleh dering ponsel yang berbunyi nyaring. Gadis itu sedikit meringkuk, lengannya yang putih dan kurus menggapai nakas meja. Sebuah panggilan dari Jung Jeno membuatnya sedikit bernafas lega.

"Ya, halo?"

__________________________________

Renjun kembali mengaduh kesakitan saat ia terbangun malah sakit kepala menyerang dengan ganas pada kepalanya. Gadis itu kembali mengurut pelan keningnya sembari bergumam, "Jangan sakit lagi~" lalu detik berikutnya bersin hebat menyerang tubuhnya.

Tenggorokannya terasa perih dan tidak merasa nyaman dengan hidung yang tersumbat. Apalagi suhu tubuhnya meningkat beberapa derajat tadi pagi.

Melirik ponsel sebentar. Ada beberapa panggilan misscall dari Ibunya dan pesan yang tidak terbaca. Tanpa panjang pikir, Renjun langsung menelepon sang Ibu.

"Halo, Ibu? Aku baik-baik saja, tidak usah khawatir. Kalau Ibu khawatir justru Paman dan Bibi disana ikut panik." ujarnya saat panggilan tersebut dijawab oleh sapaan cemas sang Ibu.

\'Bagaimana aku tidak khawatir; putriku sendirian di rumah dan sedang sakit, Ibu malah disini bersenang-senang bersama saudara lain!'/ Renjun tersenyum tipis, ia merasa beruntung punya Ibu seperti Nakamoto Sicheng.

"Aku sudah minum obatku, aku sudah...." Renjun melirik jam dinding sebentar, "...tidur 3 jam tadi. Jaemin juga sudah mampir membuatkanku bubur dan memakaikan kompres untukku. Tenanglah,"

Sang Ibu tidak bisa membantah kalau puterinya berkata 'tenanglah'.

\'Ibu akan pulang besok siang. Pastikan dirimu baik-baik saja, oke?'/

Dan panggilan tersebut terputus oleh pihak Renjun. Gadis itu mengerang kembali karena rasa pening masih menghampirinya.

Dengan langkah yang terhuyung-huyung, dia melangkah keluar kamar menuju ruang tengah. Sofa panjang dan empuk menantinya untuk diterjang.

Pikiran Renjun melayang pada satu nama yang terlintas; Jung Jeno.

__________________________________

"Renjun! Kau dimana?" suara berat terdengar nyaring dari depan pintu. Renjun membuka kelopak mata yang sebelumnya sudah terlelap nyenyak. Ingin menyahuti seruan sang kekasih, tapi apa daya hidungnya terlalu mampet jadinya untuk mengeluarkan suara sedikit pun terdengar aneh.

"Ya Tuhan!" Jeno –kekasih Renjun– menemukan gadisnya tengah meringkuk menderita di atas sofa. Buru-buru laki-laki berkulit pucat ini melepas sandal rumah dan melesat menuju sofa. "Kau sakit kenapa tidur di sofa? Ayo, kugendong biar bisa tidur di kamarmu."

Lengan Jeno baru akan menyentuh punggung Renjun, tetapi ditepis gadis itu. Kekasihnya itu sama sekali tidak pengertian. "Tidak mau! Aku bosan di kamar. Coba kau singkirkan sofa ini ke ujung sana lalu gelar kasur lipat disini. Aku mau nonton televisi." manja Renjun dan Jeno hanya menuruti saja. Renjun tipe manja dan egois jika sudah sakit. Semua harus sesuai permintaannya. Tetapi bukan itu yang Jeno khawatirkan. Keadaan Renjun yang tengah sakit serta tidak ada anggota keluarga yang bisa merawat itulah yang Jeno cemaskan.

Selesai menggelar kasur lipat dan Renjun berbaring nyaman diatasnya, Jeno lebih berkutat di dapur.

"Jeno-ya, kau buat apa?"

"Teh lemon hangat dengan madu; mau?"

Renjun menggeleng lemah walaupun tahu Jeno tidak bisa melihat. "Tidak!" suaranya mengecil. Renjun rasa, hidungnya benar-benar tersumbat. Ia sampai kesulitan bernafas.

IRIDESCENT  [a NCT ONESHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang