ICY - 01

696 74 1
                                    

"Sial, jadi saat itu kamu ditolak?"

Gadis yang mendapat pertanyaan dari adiknya itu hanya mengangguk lemah.

"Bahkan saat itu semua orang menyaksikan?"

Untuk kedua kalinya, gadis itu kembali mengangguk.

"Cih! memang setampan apa pria itu sampai berani menolak gadis secantik mu?!"

Mity, gadis itu merasa sangat kesal dan begitu marah saat mendengar kisah sang kakak yang ditolak mentah-mentah oleh seorang pria lima tahun lalu.

"Sangat tampan.."

"Lihat saja. Jika nanti aku bertemu dengannya, aku akan mencakar wajah tampannya itu!" Kesal Mity, ia tak terima jika kakaknya diperlakukan seperti itu. Kakaknya itu kan sangat cantik, dan tidak ada satu pun pria yang akan bisa menolak pesonanya.

"Sudahlah Mity, lagi pula itu sudah lama. Kamu juga tidak akan bisa bertemu dengannya disini." Ucap Liana, seraya merapihkan tempat tidurnya yang berantakan karena ulah mereka berdua.

Sebenarnya Liana sangat malas mengungkit masa lalu suram itu. Setiap mengingat kejadian itu, ia pasti akan menyendiri dan menyesali kebodohannya.

"Aku penasaran dengan wajah pria itu. Dia membuatmu tidak bisa move on, bahkan selama ini kamu tidak pernah berpacaran. Apa jangan-jangan.. kamu masih mencintainya?"

Pertanyaan itu mampu membuat tubuh Liana terdiam membeku, ia kemudian menatap tajam adiknya itu.

Tapi tunggu! mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak sangat cepat.

Ya, Mity memang benar, mungkin Liana masih mencintai pria yang telah mempermalukannya itu. Tetapi itu memang kesalahannya, dan Liana sangat benci itu.

Seberapa keras Liana mencoba untuk melupakan pria itu, semakin susah juga untuk menghilangkan rasa cintanya. Bahkan sudah hampir lima tahun berlalu, Liana tetap enggan membuang potret pria yang ia benci itu.

"Apa? Tidak, tidak mungkin aku masih mencintainya!" Kesal Liana yang sedikit berteriak. Bibir tipisnya mungkin berkata demikian, tapi tidak dengan hatinya yang selalu berharap.

"Wow, santai saja aku hanya menebak." Mity terkekeh melihat respon yang diberikan kakaknya itu.

"Oh Iyaa.. apa kamu ingat sesuatu?" Tanya Mity tiba-tiba, gadis itu ingin mengganti topik pembicaran supaya mood Liana kembali membaik.

"Apa!" Liana menjawab dengan nada ketusnya, sepertinya ia masih kesal pada Mity.

"Hari ini kita akan kedatangan tamu dari Amerika! Yeay!!!" Senang Mity yang lalu mencium cepat pipi kakaknya itu. Liana yang tak terima hanya menatap sinis Mity yang malah berbaring di tempat tidurnya yang baru saja ia rapihkan.

"Lalu kenapa? mereka masih orang Indonesia, kan?"

"Eum, tapi ibu bilang mereka sangat kaya raya Liana!" Mity terbangun dan menatap wajah kakaknya yang masih terlihat murung.

"Sudah lupakan saja!"

"Apa?" Liana yang tidak mengerti bertanya.

"Lupakan pria itu!"

"Aku sudah melupakannya lima tahun yang lalu, tapi kamu malah mengingatkannya kembali!" Kesal Liana, gadis itu bangun dari duduknya lalu berjalan ke arah kamar mandi.

"Liana tunggu!" Mity berlari menyusul kakaknya.

"Ada apa?"

"Aku juga ingin mandi bersamamu." Ucap
Mity yang membuat Liana membulatkan mata.

"Kamu gila?!"

Liana tak percaya, bisa-bisanya Mity ingin mandi bersama. Memang mereka sesama wanita, tapi mereka sudah dewasa dan berumur 23 tahun. Akan terasa sangat aneh jika mereka sampai mandi bersama, bukan? membayangkannya saja sudah membuat Liana merasa geli.

"Ayolah kita sering mandi bersama saat masih kecil." Pinta Mity dengan polos.

"Tapi sekarang kita sudah besar! Apa kamu mau aku memukul punyamu itu, hah?" Geram Liana seraya menunjuk dada Mity yang terlihat berukuran sedang.

"Ouyy!!" Mity menjauh seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Ia merasa takut dengan ancaman kakaknya itu.

"Apa masih ingin mandi bersamaku, eoh?" Goda Liana dengan senyum anehnya, dan itu benar-benar membuat Mity ketakutan.

"Ishh dasar gadis mesum!" Kesal Mity yang berlari keluar dari kamar Liana.

"Kau yang memulai!" Balas Liana seraya tertawa penuh kemenangan. Menjahili adiknya adalah hal yang paling ia sukai.

Namun, saat Liana akan menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba Mity kembali lagi.

"Cepat mandinya! Ibu bilang orang amerika itu akan segera datang!!" Teriak gadis itu yang segera menghilang.

"Sekarang juga?" Liana bergumam.. tiba-tiba gadis itu menyentuh dadanya sendiri, entah mengapa ia merasa tidak enak hati sekarang.

-----

Beberapa jam kemudian..

"Astaga, kamu mau kemana tuan putri?" Liana bertanya saat melihat penampilan sang adik yang sudah berias seperti akan pergi berpesta saja.

"Hei, kita harus merias wajah kita sacantik mungkin, Liana." Ucap Mity seraya mencolek dagu Liana.

Liana segera menjauh dan menghempaskan tangan Mity dari dagunya. "Tapi tidak usah berlebihan seperti ini juga."

"Memangnya kenapa? Ini gayaku, kamu iri ya?"

"Hah~ terserah kau saja."

"Anak-anak cepat! mereka sudah datang!" Yuna tiba-tiba berteriak histeris saat menghampiri kedua putrinya itu.

"Ibu tenanglah.."

"Kau tidak merias wajahmu?" Tanya Yuna saat melihat penampilan putri angkatnya itu yang terlihat biasa saja.

"Memangnya harus?" Tanya Liana acuh.

Yuna memukul pantat Liana seperti biasa saat ia memarahi gadis itu.

"Ibu itu sakit!"

"Mereka itu tamu terhormat. Mereka dari amerika, kau tau itu?"

"Aku tahu ibu.. tapi kenapa harus merias wajahku segala, dengan pakaian yang rapih seperti ini kan sudah cukup."

"Kau ini susah untuk dikalahkan. Yasudah, sekarang kita harus menyambut mereka." Ucap Yuna yang kemudian keluar dari kamar Mity. Kedua putrinya itu hanya mengikutinya dari belakang.

Mity berjalan di depan, sedangkan Liana berjalan di belakang Mity seraya memainkan ponselnya.

"Nah itu mereka, kedua purtiku yang sangat cantik-cantik." Ucap Ricky saat mereka sampai di ruang tamu.

"Wah mereka sangat cantik sepertimu, Yuna." Puji Rossa yang sebenarnya tidak melihat wajah Liana karena terhalang oleh Mity.

"Tentu saja." balas Yuna merasa bangga.

"Putraku juga sangat tampan." Pria tua bernama Sean itu pun ikut berucap.

"Eh iya! aku lupa bertanya, siapa nama putra kalian?" Yuna bertanya kepada sepasang suami istri yang tengah duduk diantara putra mereka.

"Liana lihat pria itu! tampan sekali.." Ucap Mity kegirangan. Tangannya yang tidak bisa diam menarik-narik ujung baju Liana.

"Tunggu dulu, aku sedang membalas pesan." Liana merasa tidak peduli dengan pria yang dimaksud oleh Mity.

"Astaga sampai lupa.. Putraku ini adalah CEO baru di salah satu perusahan kami yang berada di Jakarta." Beritahu Sean yang membuat Mity membulatkan matanya kagum.

"Woah kamu dengar itu, dia seorang CEO.." Bisik Mity tepat di telinga Liana. Namun, Liana tetap tidak peduli dan malah bersembunyi dibalik punggung Mity, gadis itu masih sibuk membalas pesan dari temannya.

"Namanya Rion Kenzo, dia putra kedua kami."



- Tbc. -
Vote n komennya 😊

I Choose You (Rion Kenzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang