ICY - 02

361 58 1
                                    

"Namanya Rion Kenzo, dia putra kedua kami."

Seketika tubuh Liana membeku saat mendengar nama itu disebutkan. Apa Liana tidak salah dengar?

Dengan ragu Liana mengintip dari balik punggung Mity. Liana merasa penasaran dengan wajah pria yang bernama Rion itu.

"Astaga!"

Liana membulatkan mata tak percaya. Tiba-tiba banyangan lima tahun mulai teringat kembali. Kedua mata Liana terasa begitu panas saat melihat pria bernama Rion itu tengah menatapnya datar.

"Kamu lihat Liana, dia melihat kita!" Ucap Mity senang, namun berbeda dengan Liana yang terlihat mulai pucat. Perlahan gadis itu berjalan mundur dan segera berlari menuju kamarnya.

Liana menutup pintu kamar rapat-rapat, seperti takut jika akan ada orang yang masuk ke dalam. Perlahan Liana berjalan ke arah ranjang dan mendudukan tubuhnya disana.

Tangannya meremas sprai kuat-kuat, melampiaskan rasa sakit yang tiba-tiba saja menyerang hatinya. Jantung gadis itu juga terasa berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Apa ini? Kenapa dia? Kenapa dia kembali lagi?"

Tanpa sadar air mata mulai mengalir membasahi wajah cantik Liana. Hanya dengan melihat wajah pria itu, Liana kembali mengingat kejadian lima tahun lalu, dimana hari itu adalah yang hari paling menyakitkan bagi Liana.

Tidak, Liana tidak ingin kenangan buruk itu kembali terulang. Selama lima tahun ini Liana sudah berusaha untuk melupakan pria itu, dan sekarang, dengan mudah pria itu malah kembali dipertemukan dengannya.

"Tidak, ini tidak mungkin nyata, aku pasti sudah salah lihat. Dia pasti bukan-"

"Liana!!"

Liana mengusap air matanya cepat saat mendengar suara sang ibu yang memanggilnya dari luar. Gadis itu segera berdiri dan merapihkan pakaiannya.

"I-iya ibu?"

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Yuna setelah membuka pintu kamar.

"I-itu, tadi temanku menelpon ibu. Jadi aku pergi ke kamar untuk menjawabnya." Ucap Liana berbohong, dan ibunya itu hanya mengangguk percaya.

"Nak, bisa kau buatkan mereka minum? Kau tahu bukan jika Mity tidak bisa melakukannya."

Liana dengan cepat mengangguk. "i-iya akan aku buatkan sekarang."

Liana segera berjalan dengan tergesa-gesa menuju dapur. Yuna yang melihat tingkah aneh putri angkatnya itu tidak merasa curiga sama sekali.

Setelah tiga menit menunggu, Liana akhirnya membawa nampan berisi minuman serta beberapa makanan ringan menuju ruang tamu.

"Itu dia, minuman kita sudah datang." Ucap Ricky membuat semua orang menengok ke arah Liana yang berjalan dengan sangat gugup.

Perlahan Liana menaruh minuman serta makanan ringan ke atas meja. Sial, lagi-lagi jantungnya berdetak tidak karuan saat menaruh cangkir teh panas untuk pria bernama Rion itu.

"Yang ini putrimu juga?" Tanya Rossa saat melihat wajah pucat Liana.

"Dia putri temanku, tapi aku sudah menganggapnya seperti putriku sendiri." Jawab Yuna yang segera dimengerti oleh Rossa.

"Uhh-"

"Apa kopinya tidak enak paman?" Tanya Liana ragu saat melihat Sean yang menjauhkan bibirnya dari cangkir kopi.

"Tidak nak bukan itu. Kopinya sangat enak, tapi panas." Jawab Sean seraya meniup-niup kopinya.

"Oh ya, anak-anak.. mereka akan menginap di rumah kita sebelum pulang ke Jakarta." Beritahu Ricky tiba-tiba.

Liana yang mendengar itu melemah.

"Wah... pasti akan sangat menyenangkan." Senang Mity tanpa mengalihkan pandanganya dari Rion.

"Benarkan Liana?" Lanjutnya seraya menyenggol lengan Liana yang sudah tak bertenaga.

"I-iyaa."

Tidak, ini tidak akan menyenagkan - Liana

-----

Beberapa jam kemudian...

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, dan kedua keluarga itu masih saja asik berkumpul di ruang tamu. Dimana saat ini para orangtua sedang mengobrol dengan serius. Kemudian dua gadis yang tengah asik menonton acara televisi kesukaan mereka. Yang satunya terlihat ceria, dan yang satu lagi terlihat sangat canggung.

Disisi lain ada juga Rion, pria tampan berhati dingin itu hanya diam seraya memainkan ponselnya di sofa yang jauh dari mereka semua.

"Ini sudah larut, apa kalian tidak mengantuk?" Ucap Ricky yang kemudian menguap lebar merasakan rasa kantuk yang begitu berat.

"Tentu saja kami sangat mengantuk, benar kan sayang?" Balas Sean seraya merangkul pundak sang istri yang hanya mengangguk lemah.

"Aku sudah mengantuk sedari tadi." Rossa menggelengkan kepalanya tidak tahan.

"Baiklah, semua sudah diputuskan, dan kita akan memberitahu anak-anak besok." Ucap Yuna yang segera diangguki oleh para orangtua itu.

"Okey, waktunya untuk tidur!" Ricky berteriak seraya mematikan televisi yang tengah ditonton oleh Mity dan Liana.

"Ayah!" Mity yang kesal menghampiri ayahnya untuk mengambil remote TV yang entah sejak kapan sudah ada ditangan ayahnya itu.

"Ini sudah malam sayang-" Beritau Ricky seraya menjauhkan remot TV yang hampir saja diraih Mity.

"Ayah tidak asik!"

"Mity untuk sementara ini kamu tidur di kamar kakakmu, ya." Potong Yuna tiba-tiba. Mity yang mendengar itu menatap cepat ibunya dan melupakan acara berebut remote dengan ayahnya.

"Ahh why mom?" Tanya gadis itu tidak senang.

"Karena Rion akan tidur di kamarmu. Kamu tahu bukan hanya ada satu kamar kosong di rumah kita, dan itu akan ditempati oleh ibu dan ayah Rion." Jawab Yuna yang berharap jika putrinya itu akan mengerti.

"Aku tidak mau ibu!" Dan itulah yang Mity ucapkan, gadis itu menolak.

"Sayang.. masa Rion akan tidur bersama orang tuanya." Ricky memberikan remot TV kepada Liana yang hanya diam sedari tadi.

"Kenapa harus kamarku? Kenapa tidak kamar Liana saja?" Protes Mity kesal.

"Apa? Tidak, tidak, kamarku banyak rahasianya." Kaget Liana yang akhirnya menolak. Yang benar saja dia akan membiarkan pria itu tidur di kamarnya.

"Memangnya kamarku tidak ada rahasianya?" Mity menatap kesal kakaknya itu.

"Hey! kenapa kau menatapku seperti itu?!" Geram Liana yang juga tak terima.

Rion yang mendengarkan pertengkaran mereka hanya terkekeh seraya menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa, aku akan mencari penginapan." Ucap pria itu akhirnya.

"Tidak nak kau akan tidur dirumah kami." Larang Yuna yang merasa tidak enak membiarkan tamunya tidur diluar.

"Lia! tolong mengalah.. apa kau akan membiarkan tamu kita tidur di luar?" Ucap Yuna yang terlihat sangat marah.

Liana yang melihat kemarahan ibunya merasa sangat tidak adil. Mau tidak mau gadis itu pun harus mengalah, dan membiarkan pria bernama Rion itu tidur di kamarnya.




- Tbc. -
Vote n komennya 😊

I Choose You (Rion Kenzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang