ICY - 10

644 80 13
                                    

"Jadi, ada masalah apa?" Tanya Liana pada Makoto. Gadis itu sedikit merasa tidak nyaman karena Makoto terus menggenggam tangannya.

"Aku kabur dari rumah-" Jawab Makoto seraya menatap kosong jalanan yang tengah mereka lewati.

Saat ini mereka berdua sedang berjalan-jalan dipinggiran jalan yang sepi seraya mendinginkan pikiran masing-masing.

Makoto sempat menawarkan Liana untuk pergi mengunakan mobilnya saja. Tetapi gadis itu menolak dan berkata jika sedang ingin berjalan kaki.

"Sudah aku duga, tidak mungkin kau kembali ke sini hanya untuk sebuah urusan."

"Ayahku ingin aku meneruskan perusahaannya, Liana."

"Itu bagus.. kau akan menjadi pekerja kantoran nanti."

"Tidak Liana, aku tidak menginginkan itu. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, menjadi seorang petani!" Kesal Makoto yang tidak bisa menahan emosinya.

Liana yang mendengar itu sedikit terkejut, namun di waktu yang bersamaan ia juga ingin tertawa.

"Pft- maaf aku tidak tahu.."

"Aku ingin menjadi petani seperti kakek ku dulu." Lanjut Makoto, wajah tampan itu terlihat sedih sekarang.

Seketika Liana terdiam, gadis itu baru ingat jika Makoto sangat menyayangi kakeknya yang sudah lama telah meninggal. Dulu Makoto juga pernah memberitahu Liana, jika kakeknya itu sangat ingin melihat Makoto menjadi seorang petani sukses seperti beliau.

Liana akhirnya tersenyum menyadari kepolosan Makoto yang sangat kekanak-kanakan itu.. Dari dulu pria itu tidak pernah berubah, selalu memprioritaskan mendiang kakeknya.

"Tapi menurutku.. menjadi seorang pengusaha juga tidak ada salahnya."

"Apa maksudmu?" Tanya Makoto tidak senang.

"Aku tahu kau sangat ingin menjadi seorang petani seperti kakek mu dulu, Makoto. Tapi sebelum itu kau juga harus perhatikan kondisi ayahmu saat ini. Dia sudah sangat tua jika harus terus bekerja di kantor setiap hari."

Makoto yang mendengar itu sedikit merasa kesal pada Liana yang menurutnya malah berpihak pada sang ayah.

"Mako, kau itu yang paling tua diantara para saudara mu yang lain. Kau satu-satunya harapan ayahmu yang mungkin bisa meneruskan bisnis kerjanya."

"Aku tahu kau mungkin sangat menyayangi kakek mu, tapi apa kau yakin dia akan bahagia disana? dengan melihat sikap egois mu seperti ini?"

Liana melirik Makoto yang kini sedang menatapnya serius.

"Ayahmu sudah berjuang sampai menjadi sukses seperti sekarang.. dan kau harusnya tahu, itu semua demi dirimu, Mako. Ayahmu tidak ingin kau hidup susah nantinya."

Makoto terdiam menyadari sesuatu, ia merasa yang dikatakan Liana itu ada benarnya.. dan tanpa Makoto sadari, ia sudah kabur dari tanggung jawabnya sebagai anak tertua di keluarganya.

"Kau benar Liana, kenapa aku tidak memikirkan itu sebelumnya."

"Tidak apa, sekarang kau sudah tahu, bukan? Jadi pergilah dan banggakan ayahmu."

"Em, aku akan mencobanya.."

"Itu bagus.."

Liana memberikan senyum hangatnya pada Makoto, membuat pria itu kembali merasa tenang dan melupakan masalahnya begitu saja.

"Terima kasih, Liana.." Makoto segera memeluk tubuh Liana dengan begitu hangat.

"Sama-sama.." Liana membalas pelukan Makoto, lalu menepuk kuat punggung Makoto beberapa kali yang membuat pria itu terkekeh senang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Choose You (Rion Kenzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang