Ch. 7 - Kemarahan Erman

4 0 0
                                    

Jantung Alan berdebar kencang, adrenalin mengalir deras di seluruh tubuhnya. Dia tahu ini adalah jebakan, tapi ia tidak punya pilihan lain. Dia harus membawa kembali Anastasia yang diculik oleh kelompok mafia ini.

Tepat saat dia melihat ke sekitar, segerombolan pria kekar dengan tato menghiasi tubuh mereka muncul dari balik bayangan—jumlah musuhnya bertambah. Sorot mata mereka penuh niat jahat dan raut wajah mereka dipenuhi oleh kemarahan.

Mereka kemudian memutari Alan dan membuat pria itu menjadi pusatnya. Tidak ada celah lagi untuk melarikan diri.

“Aku tidak menyangka kamu berani bermain-main denganku, Alan.” 

Kehadiran suara tersebut diiringi dengan sosok yang memecah barisan menjadi sebuah jalan. Di sana, pria yang Alan kenal berdiri dengan raut wajah masam. Ia menyesap rokoknya sekali, kemudian membuangnya dan menginjaknya dengan geram.

“Berani sekali kamu membuatku mengalami kerugian!” lanjut Erman.

“Aku tidak mengerti maksudmu.”

“Berhenti berpura-pura bodoh! Aku kehilangan semua uangku karenamu, brengsek!” bentak Erman.

Erman tidak salah dalam menilai situasi dan rencana orang lain. Ia hanya sedikit terlambat untuk menyadarinya dan berakhir di genggaman tangan orang lain. Tetapi situasi kali ini berubah.

Alan memang dalang di balik semua ini. Kerugian Erman yang mencapai dua puluh miliar itu memang merupakan bagian dari rencananya. Ia tersenyum pahit mengetahui rencananya berhasil, namun tidak menyangka kalau pria tua itu akan menggunakan seluruh uangnya.

Pantas ia sampai semarah ini.

“Katakan apa yang kamu inginkan. Aku akan memberikan uang sebanyak yang kamu inginkan.” Alan membalas tatapan mata Erman dengan tajam. Ia mengepal tangannya erat. Keinginan untuk menghajar pria itu sangatlah besar hingga sulit untuk dibendung. 

“Kamu cepat memahami situasi,” puji Erman, dagu pria tersebut sedikit terangkat. Ia mengusap tangannya dengan kemeja yang ia kenakan, kemudian memberikan arahan pada bawahannya untuk membawakan sebuah kursi.

Erman duduk di sana. Ia melanjutkan, “Sayang sekali. Ini tidak akan selesai hanya dengan uang. Aku menginginkan tontonan menarik,” lanjutnya dengan senyuman tipis.

“Apa maksudmu?” 

Alan mengerutkan alis. Dalam hitungan detik, pertanyaannya barusan terjawab oleh tindakan Erman yang memanggil salah satu bawahannya. Situasi di sana juga mirip seperti berada di tengah colosseum, yang mana para penonton melingkarinya.

“Pertarungan satu lawan satu, huh?” lirih Alan.

“Jika kamu bisa menang melawan bawahan terbaikku, Ron, maka aku akan membiarkanmu bebas. Tentu … dengan wanita itu.”

**

Alan meneguk ludah, keringat mulai membasahi keningnya. Ia segera mengetahui niat terselubung mafia tersebut.

Erman tidak pernah berniat untuk membiarkannya lepas dari sana, begitu pula dengan Anastasia, dengan mengadu dombakan Alan dan Ron. 

Ron, bawahan yang selalu mendatangi Alan, bukanlah sembarangan orang. Semasa sekolah, Ron telah menjadi ketua geng dan membawahi banyak murid di sekolah tersebut. Dikenal sebagai yang tak tertandingi sebelum bergabung dengan Erman. Dia sadis dan kuat.

Bertarung satu lawan satu sama dengan mati.

Ia terus menerus menelan ludah, memikirkan rencana terbaik untuk keluar dari masalah tersebut.

“Apa kamu takut?” tanya Ron dengan nada merendahkan.

Alan bersiap, memasang kuda-kuda untuk melawan Ron. Tangan pemuda itu mengepal kuat dan memasang pertahanan. Sementara itu, para bawahan Erman terkekeh menyaksikan tindakan bodoh yang dilakukannya.  

Pewaris Sepuluh MiliarWhere stories live. Discover now