안녕하세요 친구!
Happy Reading!⑅꒰✧◝•ᴗ•◜✧꒱⑅
Caca menatap dirinya di pantulan cermin, melihat kantung matanya yang sedikit menghitam. Pinggangnya terasa sangat pegal, baru beberapa minggu saja pinggangnya sudah terasa pegal. Bagaimana jika kandungannya memasuki usia 8 bulan? 9 bulan? Ah, Caca tidak bisa membayangkannya.
Beberapa waktu ini, Caca merasakan perutnya yang sedikit nyeri. Tidak terlalu sakit, tapi tetap saja membuat Caca cemas dan khawatir. Ia mencari tahu di internet, dan pemicu terjadinya nyeri saat awal kehamilan memang banyak. Salah satunya adalah peningkatan ukuran rahim, walaupun hal yang wajar pada usia awal-awal kehamilan, tapi tetap saja membuat Caca tidak tenang.
Masa putih abu-abunya, yang seharusnya ia habiskan dengan bersenang-senang dan menjadi masa yang paling indah. Sekarang hanya berisi kesedihan dan rasa penyesalan saja. Cita-citanya yang ingin menjadi seorang dokter, harus ia hilangkan karna mungkin 1 atau 2 bulan lagi ia tidak akan bisa melanjutkan sekolahnya.
⑅꒰✧◝•ᴗ•◜✧꒱⑅
"Jadi?" Maveen menautkan kedua alisnya saat mendengar pertanyaan Juardha.
Ah, Maveen paham apa yang Juardha tanyakan. "Belum tau, nanti Maveen pikirin lagi. Sekarang Maveen lagi gamau mikirin apa-apa, Dad. Maveen capek." keluh Maveen saat tau ucapan Juardha tadi, mengarah pada tanggung jawabnya pada Haneesha.
Sepasang ayah dan anak itu sudah berbaikan tadi malam, setelah berperang dingin seharian akhirnya mereka saling meminta maaf dan memaafkan. 2 hari sakit Maveen tak kunjung sembuh, bahkan sekarang selang infus tertancap dipunggung tangannya karena tubuhnya yang sudah sangat lemas.
Sekarang keduanya sedang duduk dihalaman belakang rumah mereka, menikmati udara pagi sebelum Juardha pergi bekerja. Athayya yang sedang menyiapkan sarapan dan ketiga anaknya yang sedang bersiap untuk sekolah. Duduk disalah satu kursi yang menghadap kolam renang, sekalian Maveen yang berjemur di bawah matahari pagi.
"Kak, diluar sana itu banyak orang-orang yang udah menikah bertahun-tahun, tapi belum dikasih keturunan. Sedangkan kamu? Ya walaupun caranya sangat salah, tapi kamu beruntung. Harusnya kamu bersyukur. Anak kamu, darah daging kamu itu berhak lahir ke dunia ini." tutur Juardha yang membuat Maveen mengulum bibirnya kedalam, saat mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Juardha.
Tidak akan pernah bosan, Juardha akan terus membicarakan tentang ini sampai membuat Maveen bertanggung jawab.
"Putusin Rora, dan secepatnya tanggung jawab. Daddy mandi dulu, ya."
"Dad."
Panggilan dari Maveen membuat Juardha yang akan membuka pintu kaca, dan langsung terhubung dengan dapur terhenti. Ia menunggu Maveen melanjutkan ucapannya, hening selama beberapa detik akhirnya Maveen kembali melanjutkan ucapannya.
"Maveen mau tanggung jawab!" pungkas Maveen yakin. Juardha menyunggingkan senyum tipis, ia berbalik dan menghampiri Maveen.
"Kamu yakin?" tanya Juardha dan Maveen mengangguk mantap.
"Kalo kamu tanggung jawab atas dasar keterpaksaan, mendingan tunggu dulu sampai kamu bener-bener yakin. Kamu cuma bakal nyakitin Caca aja."
"Maveen yakin." ucap Maveen yang masih terdengar ragu.
"Tapi kasih waktu buat Maveen putusin Rora, Maveen gamau buat Rora sakit." pinta Maveen.
![](https://img.wattpad.com/cover/368647499-288-k738506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Novela JuvenilTentang seorang perempuan yang berusaha melakukan yang terbaik untuk janin yang ada didalam rahimnya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat, atau kemiripan alur cerita mohon dimaafkan ya!💗 Masih banyak kesalahan di penulisan cerita ini jadi mohon d...