HAPPY READING
🤍
🤍"Masih ingat rumah? Kenapa gak sekalian minggat dari sini?" Langkah Kaiser terhenti di anak tangga. Niat nya yang ingin masuk ke kamar harus ia urungkan sebentar. "Tumben papa peduli? Masih inget sama anaknya?" Sudut bibirnya kini tersenyum. "Berani sekali kamu! Saya ini papa kamu! Jangan mentang-mentang papa gak pernah urus kamu, jadi kamu bisa seenaknya ngomong gini ke orang tua!!"
Kaiser mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Bacot." Decaknya sebal. BILANG APA KAMU TADI??!!!" Nada bicara, Danang mulai meninggi.
"Budek, lo? Gue bilang lo kebanyakan bacot."
"KAISER!!!"
"Gak usah, BENTAK!! GUE GAK BUDEK!! udah tua banyak bacot!!"
"Maksudnya kamu apa?!!! Saya ini papa kamu!!!"
Danang yang sedang duduk diruang tengah sembari meletakkan minuman nya dan kemudian berjalan menghampiri Kaiser. "Apa?! Mau mukul gue lagi?? Sini, sini, pukul pipi gue sampai lo puas!" Kaiser menepuk-nepuk pipinya kasar.
"Apa?! Gak berani? Atau lo merasa bersalah?" Suara Kaiser meninggi membuat satu tamparan mendarat tepat di pipinya. Hingga membuat bibir cowok itu berdarah dan pipinya berdenyut nyeri.
Sekali lagi, cowok itu tersenyum miring seraya mengusap bagian bibir bawahnya yang berdarah. "Huh. Segini doang? Biasanya aja lebih."
"KAISER!!!"
"APA?!!! MAU NYIKSA GUE?? ATAU KALAU PERLU SEKALIAN BUNUH GUE AJA."
"Kamu ini kenapa?!! Papa cuman pengen kamu bisa seperti anak teman papa. Sukses diusia muda. Cuman itu. Tapi kamu malah keluyuran gak jelas. Sia-sia papa sekolahin kamu tinggi-tinggi, kalau ujungnya kamu jadi seperti ini."
"CUKUP, PA!! KAISER MUAK SAMA OMONGAN PAPA! TIAP HARI SELALU AJA DIBANDINGIN SAMA ANAK TEMEN PAPA ITU. YANG DISURUH GINI LAH HARUS KAYAK GITU LAH. KAISER MUAK!!"
"Satu lagi. Yang buat gue jadi gini itu lo."
Danang terdiam. Dia mulai berjalan mundur tiga langkah seraya manarik rambutnya frustasi. "Kenapa lo diem aja? Udah sadar letak kesalahan lo? Atau perlu gue kasih tau detailnya sekalian?"
"Coba lo pikir dulu. Siapa tau lo sadar di mana kesalahan lo itu." Imbuhnya yang mulai naik keatas. Kaiser membanting pintu kamarnya lalu menguncinya dari dalam.
Cowok itu melempar tas ransel nya ke kasur. Kaiser mengacak-acak rambutnya frustasi. Nafasnya serasa sesak. Seakan oksigen di dunia mulai menghabis.
Ting!
Itu suara bunyi notifikasi pesan Kaiser. Cowok itu segera mengambil ponsel di dalam saku ranselnya. Ternyata itu dari Kaena.
Kaena:
KAMU SEDANG MEMBACA
crime scene
Teen Fiction⚠️ BIASAKAN VOTE AND KOMEN SETELAH MEMBACA ⚠️ DILARANG PLAGIAT!!