09. kasus

34 6 0
                                    

Hallowww lejaa update nih^∆^ Maaf ya, kalau update nya agak lama😁 maklum si paling sibuk. Wkwkwk😁

Jangan lupa votement yaa! Biasakan vote setelah baca! Satu vote kalian ini sangat berharga loh buat aku🤍🤍

Oh iya, mulai sekarang panggil aku dengan sebutan, lejaa🤍 not author, not mimin!

Selamat menikmati readers🤍🤍





~•HAPPY READING•~•

Derap langkah kaki membuat seorang gadis yang berjalan sendirian itu, sedikit ketakutan. Nafasnya tersengal-sengal mencari udara yang bersih. Matanya mengeluarkan setetes air mata. Tangannya bergemetaran seraya memegang ponselnya.

"Siapa?!!" Pekiknya menoleh kebelakang. Dari ruangan yang gelap, muncul bayangan manusia. "Lo siapa?!!!" Teriaknya bergetar ketakutan.

Langkah kaki orang itu semakin mendekati gadis itu. "B-berhenti!! Atau g-gue teriak!!!" Tidak menghiraukan ucapannya gadis itu, orang itu terus berjalan mendekat ke arah gadis itu.

"B-berhenti!!! Atau gue telfon polisi!!!!"

Gadis itu terus berjalan mundur kebelakang. Ia menoleh kesana-kemari mencari seseorang yang lewat. Sungguh sial nasibnya, jalan itu sepi tidak ada orang yang lewat. "T-TOLONG!!!!"

"Cantik, mau kemana sendirian malam-malam, hmm?" Ia tersenyum miring hingga membuat gadis itu merinding ketakutan.

Tangannya yang bergemetaran itu mencoba menelfon seseorang menggunakan ponselnya. "Mau telfon siapa? Sini gue lihat!!" Tangannya mulai merampas ponsel gadis itu. "Sini, ke gue!"

"T-TOLONG!!!!! ARKHHHHHHHHH!!"


***

"Al, hari Sabtu ada jadwal. Jangan lupa itu."

Altan yang tengah bermain ponselnya itu melirik sekilas sang manajer. "Al, nanti sore jangan lupa. Ada fansmeting." Lanjutnya seraya menaruh pakaian yang akan dipakai Altan nanti sore. "Kemarin malam kamu dari mana? Boss tanyain kamu terus."

"Dari luar." Jawab Altan dengan dingin. "Sendirian?? Itu bahaya, Al! Kalau sampai ada sesuatu gimana??!"

"Gue pergi beli minuman doang. Lagian setelah itu gue pulang."

"Susah banget ya atur kamu. Maunya seenaknya aja," cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Gue mau tidur sebentar. Bangunin gue kalau udah siang." Ucapnya seraya berbaring di kasur empuknya.

"Kebiasaan, selalu aja cari alasan." Heran manajernya. Altan tersenyum, "aku keluar dulu." Ucap manajernya yang mulai keluar dari kamar Altan.

Kedua mata Altan terpejam. Rasa lelah yang ia rasakan perlahan hilang.

***

"Va, lo udah denger berita di televisi gak?" Celetuk Runa yang tengah duduk disamping Valeska. Kedua bola mata gadis itu menatap Runa. "Berita apa?" Tanya Valeska yang tidak tahu.

Runa menghela nafas berat. "Jadi lo enggak lihat beritanya?"

Valeska menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Tadi malam ada yang nemuin mayat perempuan. Lo tau, mayat itu ditemuin dimana??"

Valeska kembali menggeleng kepalanya. "Didekat kompleks kita!"

"HAH?!! SERIUS??!!!" Valeska membulatkan matanya dengan sempurna. "Tapi setelah di identifikasi dia bukan orang sini. Kemungkinan si pelaku buang mayatnya di sekitar sini. Mana keadaannya ngenes banget lagi.."

"Ngenes gimana??"

"Mayatnya udah dalam keadaan busuk."

"WTFF!!!" Valeska membulatkan matanya dengan sempurna sekali lagi. Dirinya benar-benar terkejut mendengar ucapan Runa. Bulu-bulu halusnya seketika bergidik merinding. "Si pelaku gimana? Udah ke tangkap??"

"Gue baca di forum masih dalam pencarian. Gue kasihan banget, tega banget tuh orang."

"Kalau gue jadi polisinya dan pelakunya udah ketangkap! Gue tembak jantungnya dua kali, biar mati!" Geramnya.

"Doain aja, semoga pelakunya cepet ketemu."

"Semoga..."

.
.

"Na, lo mau pulang?" Gumam Kaiser yang tengah tidur dipangkuan Kaena. "Nanti aja, gue belum mau pulang." Jawab Kaena seraya memandangi ombak air laut pantai.

"Kalau lo pengen pulang bilang ke gue." Kaena mengangguk pelan seraya membelai rambut cowok itu. "kai, lo tau kenapa gue nyaman di dekat lo?" Entah kenapa perkataan itu muncul begitu saja dari mulutnya.

"Kenapa?"

"Karena lo yang tau semua suka duka gue.."

"Lo juga yang selama ini dukung gue waktu gue kesulitan dapat dukungan. Lo selalu ada saat gue butuhin sandaran. Lo spesial, kai.." lanjutnya

Kaiser menatap mata Kaena yang nanar. "Gak usah nangis, Na. Sebagai sahabat, memang seperti itu kan?"

"Sahabat ya..." Seutas senyuman muncul dibibir nya. "Ada apa, Na. Lo ngomong sesuatu?"

Kaena menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Gadis itu lanjut membelai rambut Kaiser. "Na, biarin gue tidur sebentar. Gue pengen tidur.." lirihnya yang mulai menutup kedua matanya.

"Walau lo anggap gue sebagai sahabat, rasanya sakit kai. Entah kenapa gue ingin meminta lebih dari sahabat.."

















BERSAMBUNG!!!







Disini konfliknya udah muncul ya guys! Siap-siap melewati semua ketegangan!!

Lejaa sengaja bikin part nya sedikit:) biar kalian kepo aja gitu selanjutnya gimana😁

Sekali lagi jangan lupa vote ya guyss🤍🤍

Have fun🤍🤍🤍🤍

🤍🤍See youuuu next chapter🤍🤍

🐇🐇

crime scene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang