Happy reading🤍🤍
Beberapa hari berlalu dengan cepat. Hari ini adalah Minggu yang cerah. Runa dan Zaiden kini tengah pergi ke pantai bersama. Valeska kini tengah pergi sendirian keluar kota beberapa hari. Erzano masih sama dengan rokoknya. Cowok itu sepertinya mulai kecanduan sama seperti Elvano yang kecanduan dengan minuman nya. Kaiser kini tengah mempersiapkan perlombaan balap liarnya. Kaena sendiri tengah pergi ke makam Areksa. Sementara Altan ia masih sama. Sibuk dengan syuting filmnya.
Hari ini semuanya benar-benar sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Markas menjadi sepi, tidak seperti biasanya yang selalu ramai. "Na, lo ngapain sih bawa anak orang?" Decak sebal Zaiden.
"Jangan tanya gue, pliss. Gue terpaksa bawa anak orang."
Zaiden melirik belakang. "Kalau manusia sih gue oke, oke, aja Na. Lah ini, kambing??" Zaiden mengalihkan bola matanya malas.
"Mbekkk" balas kambing itu yang seakan tau dia sedang di bicarakan. "Diem lu! Lo tuh tamu gak diundang ya!"
"Udah, udah. Nanti gue ceburin ke laut. Bereskan?"
"Astaghfirullah, Na. Gak boleh gitu" Zaiden mengelus-elus dadanya seraya tertawa kecil.
"Gak usah takut. Rissa udah gue latih renang. Mana dia tenggelam!" Sanjungnya pada dirinya. "Agak laen"
...
Kaena menatap nanar batu nisan di depannya. Tangannya yang membawa bunga mawar mulai bergerak. Gadis itu meletakkan nya diatas batu nisan tersebut. Seutas senyuman muncul diwajahnya. "Gue jenguk lo lagi..."
"Makasih, udah mau mampir.. sekarang obat gue udah terpenuhi.."
"Lo tau gak, kadang gue bener-bener gak nyangka lo pergi secepat ini. Kadang gue sadar, kalau lo itu gak akan bisa hidup kembali."
"Andai waktu bisa gue ulang. Pasti gue gak akan biarin lo pergi dalam keadaan mabuk.."
"Gue bener-bener rindu lo.." Seutas senyuman manis muncul diwajahnya. "Gue udah ikhlas.." lirihnya dengan nada sendu.
...
Asap rokok menyelimuti kamar Erzano seperti biasanya. Cowok itu tengah menghirup tembakau nya. "Kai, lo kalau kentut pasti bunyi 'oingk" celetuk Elvano dengan kekehan ringannya. Kaiser yang tengah menonton televisi itu sontak menatap tajam ke arah Elvano. "Lo pikir gue babi atau gimana? Seenaknya aja bilang gitu, yang jelas kalau gue kentut bunyi 'handsome" balas nya.
"Pengen gumoh!"
...
"Al, soal jadwal besok, kamu bisa kan?" Kata sang manajer. Altan yang tengah duduk dirias hanya melirik sekilas manajernya. "Pagi-pagi kamu harus udah standby di lokasi film. Jam enam pagi." Lanjutnya seraya mengecek buku tebal yang berisikan jadwal.
"Bisa ka--"
"Gue mau kita batalin syuting filmnya." Potong nya.
"Gak bisa, Al. Ini udah kontrak, kamu juga udah tandatangan. Kalau kamu batalin kamu bisa di denda."
"Tau, tapi gue maksa batalin. Lo tenang aja, urusan denda biar gue yang bayar. Tugas lo cuman batalin kontrak syuting dan tanganin CEO FM."
"Gak bisa gitu, Al. Jangan seenaknya aja. Nanti aku juga dapat masalah."
"Tenang aja. Kalau lo dapet masalah, biar gue yang urus semuanya. Intinya lo harus tanganin dua hal tadi."
"Tap--"
"Gue mohon."
"Oke.." Final nya. Altan tersenyum manis seraya merapikan rambutnya. "Thanks." Ucapnya.
...
Di tengah keheningan malam. Satu kendaraan bermotor dan satu mobil tengah memacu kecepatan mereka. Keduanya memanfaatkan jalanan yang sepi kendaraan.
"NA! BERHENTI!!" Seru Altan dari balik helm-nya. Cowok itu mulai merendahkan kecepatannya dan mulai menepi diikuti oleh Kaena.
Gadis berambut gelombang dengan pakaian serba hitam itu keluar dari dalam mobilnya. "Kenapa, katanya mau balapan?" Tanya Kaena seraya merapikan poni nya yang sedikit berantakan. "Tiba-tiba gue berubah pikiran." Jawabnya seraya melepaskan helm-nya.
"Eh, gue denger-denger lo batalin kontrak film lo yaa..?"
Altan yang tengah melepas sarung tangannya berhenti sejenak. "Jadi, berita itu bener..?"
"Udah nyebar ya? Cepet banget kayak roket." Seutas senyuman muncul diwajahnya. "Kenapa lo lakuin itu? Bukannya ini impian lo? Sejak SMA lo pengen banget main film, sekarang pas udah jadi kenyataan tiba-tiba lo mutusin kontrak nya. Ada masalah apa sih, Al?"
"Gak ada. Gue cuman pengen fokus jadi model." Altan menatap nanar wajah Kaena. "Ah. Bohong. Mata lo itu, mau nangis. Bilang aja, lo ada masalah apa??"
"Gak ada, Na. Gue gak ada masalah apapun."
"Cerita aja, Al. Gunanya punya sahabat buat apa? Buat pajangan?? Apa sahabat lo ini gak penting? Sampai lo gak mau cerita ke gue?"
"Bukan gitu, Na. Gu--"
"Oke. Kalau lo emang gak mau cerita, oke, fine. Gue gak akan maksa. Tapi, kalau lo mau cerita, gue siap dengerin celotehan lo."
...
"Va, ayam gue mana??" Tanya Runa yang sembari tadi mencari piring yang berisikan ayam. "Jangan tanya gue lah. Gue dari tadi duduk manis ya." Jawabnya yang tengah duduk menonton serial kesukaan nya.
"Ch. Padahal gue mau makan tuh ayam." Decaknya sebal. Runa berjalan lemas menghampiri Valeska. Gadis itu mulai duduk disampingnya. "Udah, nanti gue beliin sekalian sama pabrik ayam nya." Ujar Valeska.
"Ap--"
"Na, ayam lo di gondol kuncing!!" Seru Elvano dengan nafas tersengal-sengal. "SERIUS??? KUCING SIAPA????" Runa membulatkan matanya dengan sempurna. Nafas nya mulai memburu. "Kucing nya, Al!!"
"KUCING LONTE!!!!"
Bersambung
Sorry kalau part ya terlalu sedikit:)
Buat kalian yang baca yang lupa votement yaa:) semoga suka🤍
See you🤍🤍
Sorry for typo ⚠️
KAMU SEDANG MEMBACA
crime scene
Teen Fiction⚠️ BIASAKAN VOTE AND KOMEN SETELAH MEMBACA ⚠️ DILARANG PLAGIAT!!