04. secuil cerita

82 26 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







HAPPY READING^=^







Kaena berhenti di depan apartemen miliknya. Gadis itu mulai memarkirkan mobilnya. Ia melihat Kaiser yang tengah duduk menunggu di diatas motornya. Senyum manis terukir di wajah cowok itu.

Kaena mulai turun dari dalam mobil. Ia mulai berjalan menghampiri Kaiser yang tak jauh darinya. "Kenapa lo disini?" Tanya Kaena heran. "Gue sengaja mau jemput lo." Jawab Kaiser disertai senyumannya.

"Tumben banget, pasti lo ada maunya." Kaena memasang wajah sinisnya.

Kaiser terkekeh pelan. Tanpa basa-basi, cowok itu memberikan satu helm untuk Kaena. "Ayo ke markas." Ajaknya.

"Oke!" Serunya.

Dalam perjalanan yang sedikit panjang. Dari tadi telinga Kaiser terus mendengar omelan dari Kaena. Gadis 22 tahun itu terus mengomel tanpa ada hentinya. Sudah hampir 30 menit telinganya mendengar ocehan dari Kaena.

"Na, mulut lo kalau gue jahit gimana??" Ujar Kaiser dari balik helm-nya. "jangan lah anjir! Nanti gue jadi bisu!!"

"Biarin"

"Tega lo sama gue cantik ini??"

.
.

"Loh, katanya ke markas?" Kaena menatap heran wajah Kaiser. "Mampir bentar, Na. Udah lama kita gak kesini." Kaiser membuka helm yang melindungi kepalanya. Cowok itu mulai merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Ngapain sih kesini, kai? Ke markas aja."

"Bentar doang, Na. Lo kayaknya gak suka banget disini,"

"Bukan gitu, tapi gue mau ke markas aja. Lagian tempat ini juga udah lama gak ditinggalin."

"Tapi, ini rumah kedua kita.." Seutas senyuman muncul di wajah cowok itu.

Rumah Harapan, menjadi rumah ke-dua mereka sejak duduk di bangku SMA. Dari sana, mereka belajar banyak hal tentang bangunan itu. Bagaimana cara mendirikannya dan bagaimana cara merobohkannya.

"Kai, gue mau balik ke markas." Gumam Kaena. Gadis itu segera memakai helm-nya kembali. "Ya," jawab Kaiser dengan nada sedikit berat.

"Gue gak mau ingat masa lalu itu lagi, Kai. Bagi gue, rumah ke dua itu gak ada."

.
.

"Na, lo nulis apaan sih? Dari tadi gue liatin serius amat lo nulis." Valeska mengambil duduk disamping Runa. Semenjak dari tadi, Runa terus memegang bolpoin dan terus menulis di buku diary nya.

"Gue mau bikin cerita, Va." Jawab Runa dengan senyumannya. Valeska mengangguk pelan mengerti. "Emang lo bakal kasih judul apa?"

"Let's fly together"

crime scene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang