11. day 3

27 5 1
                                    

Hallowwww lejaa back!!!
Maaf  ya kalau lejaa update nya lama^0^
Mpls membuat lejaa sangat frustasi;)
Silakan kalian tinggalkan jejak dengan cara vote and komennn🤍🐇

Kalian yang baca jangan lupa vote yaaa🤍🤍🤍

Selamat menikmati readers🤍🤍🤍

Typo itu wajar:)












'•HAPPY READING•'•

Runa menatap kita dari balkon kamarnya. Gadis itu terus memikirkan kasus yang terjadi saat ini. Sampai sekarang kasus pembunuhan itu terus berjalan. Jumlah korban terus berjatuhan. Keadaan semakin mencekam. Tiga hari sudah berlalu namun pelaku belum juga ditemukan sampai saat ini. Polisi juga masih menyelidiki tentang kasus ini.

"Na, kita pindah apartemen aja! Gue takut banget di sini! Udah lima korban, Na!!" Seru Valeska yang menghampiri nya.

"Va, gue jadi kepikiran buat cari pelakunya." Runa membalikkan badannya kebelakang. "LO GILA, NA???!! GAK USAH ANEH-ANEH!! PLIS!!!" Valeska membulatkan matanya dengan sempurna. "Va, kasus pembunuhan ini sangat menantang bagi jiwa detektif gue!"

"GAK NA!! GUE NGELARANG LO LAKUAIN HAL BAHAYA INI!!"

"Kenapa, Va? Ini seru! Jiwa detektif gue sudah terlalu ingin tahu kebenaran."

"SERU PALA LU PEA??!! POKOKNYA GUE GAK IZININ LO!! KALAU LO TETEP AJA NGEYEL, GUE BAKAL BILANG INI KE ZAIDEN!!"

Runa tertawa pelan mendengar ancaman Valeska itu. "GUE BENER-BENER BAKAL ADUIN LO KE ZADEIN!! INI BUKAN ANCAMAN!!"

"Iya, Va. Gue gak akan cari tau." Runa membalikkan badannya kembali seperti saat ia berdiri tadi. "Maaf, Va. Ini terlalu seru buat jiwa gue yang selalu penasaran." Runa tersenyum miring seraya memandangi pemandangan dari balkon apartemennya.

.
.

"Berita terkini, polisi menemukan sebuah bukti jika para korban pembunuhan ini sempat terlihat di sebuah bar. Polisi menyakini jika semua korban ini ada hubungan sesuatu dengan pelaku. Saat ini posisi masih terus menyelidiki kasus yang tengah terjadi. Sebelum warga sempat digegerkan dengan penemuan mayat perempuan yang sudah busuk di sekitar komplek elit di jalan ......"

"Zai, keknya mulai sekarang lo harus jagain Runa 24 jam deh." Celetuk Elvano. Cowok itu menatap Zaiden yang tengah duduk disamping Runa. "Bukan cuma Runa aja. Kita juga harus perhatiin Kaena dan Valeska. Apalagi akhir-akhir ini Kaena suka pulang tengah malam sendirian." Timpal Erzano.

"Saran gue gak usah deh."

"Kenapa gitu?"

"Siapa juga yang mau bunuh Mak Lampir kek mereka itu" cibir Elvano disertai kekehan ringannya. Mengedengar ucapan Elvano itu, Runa, Zaiden dan Erzano tertawa secara bersamaan.

Untung saja disana hanya ada mereka berempat saja. Jika disana ada Kaena dan Valeska, entah apa yang akan terjadi pada nasib Elvano saat ini. "Gue cepuin ke mereka ah!!" Ancam Runa yang sudah siap menelpon kedua gadis itu.

Wajah Elvano yang ceria karena bisa mengejek puas kedua gadis itu, sontak berubah menjadi panik. "J-jangan gitu dong, Na! Gue kan bercanda doang.."

"Panik kau dek dek!"  Seru Erzano yang mengundang tawa Runa dan Zaiden.

"Na, kalau pulang jangan malam-malam ya... Gue takut lo kenapa-kenapa.." Bisik Zaiden dengan  suara terdengar bergetar. Di sela-sela candaan mereka ber-empat, ada rasa takut di dalam diri Zaiden.

"Kenapa takut? Gue gak akan kenapa-kenapa selama lo ada disamping gue.." seutas senyuman muncul diwajah gadis itu.

"Kalau gue gak ada di samping lo gimana, Na...?"

"Kenapa perkataan lo itu seperti ada maksudnya? Lo mau ninggalin gue??"

"B-bukan, Na. Gue cuman pengen tau, saat gue gak ada di samping lo dan lo dalam bahaya apa yang bakal lo lakuin tanpa gue.."

Runa terdiam sejenak. "Lo lupa? Gue punya sabuk hitam. Tenang aja, kalau gue dalam bahaya gue bakal lawan. Lo lupa gimana kerennya gue ngalahin anak buah Gio?"

"Mana mungkin gue lupa, gimana hebatnya cewek gue ini nendang selangka musuhnya"

Runa tertawa kecil. "Itu lo inget. Kalau ada yang macam-macam ke gue, tinggal pake jurus andalan gue."

Mendengar perkataan Runa, Zaiden tertawa pelan. Cowok itu kemudian mengusap puncak kepala Runa dengan lembut.

"Eh, eh!! Baru aja gak diperhatiin sebentar udah mesra-mesraan ajaa" cibir Elvano

"Kalau iri bilang cok!" Erzano yang kebetulan duduk disamping Elvano itu dengan mudahnya menonyor belakang kepala cowok itu. "Sakit, cok!! Enteng banget tangan lo ini!!" Pekik Elvano seraya mengusap-usap belakang kepalanya.

"Lambemu luweh lemes soko tangan ku!"

"Biar apa sih ngomong gitu? Emang lo gue bakal maksud?? Gak lah!"


















BERSAMBUNG!!!!














Waduhhh, kalian penasaran sama pembunuhnya gak? kira-kira siapa yaa? Menurut kalian gimana? Siapakah pelakunya itu?? Komen di bawah!!

Sekali lagi jangan lupa vote🤍🤍🤍

HAVE fun 🤍 🤍 🤍

🤍🤍See youuu next chapter🤍🤍

🐇🐇



crime scene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang