10. day 2

30 6 0
                                    

Hallowwwww lejaa it's back!!! Udah lama banget lejaa gak update😁 gimana kabar kalian? Semuanya baik kan? Pasti baik dongg!!

Lejaa mau ngingetin buat selalu vote🤍🤍 jangan sampai hal sepenting ini tertinggal! Hehe^∆^

Selamat membaca readers 🤍 🤍 🤍

Typo itu wajar:)







~•HAPPY READING•~•

Sebuah garis polisi mengelilingi sebuah taman di dekat komplek sekitar apartemen ketiga gadis anggota BlackPiton. Runa dan Valeska yang tengah melintas itu melihat tepat kejadian mengerikan yang terjadi akhir-akhir ini. Total sudah ada 3 korban. Ketiga mayat itu dibuang dalam keadaan sudah membusuk.

"Na, gue pengen pindah apartemen aja deh! Gue merinding banget..!" Valeska merinding ketakutan. Setiap mendengar berita tentang kasus pembunuhan yang terjadi disekitar komplek apartemennya, membuat ingin segara pindah. "Gue heran, kenapa semua mayat yang dibuang itu selalu di tempat yang sama? Dan anehnya, kenapa polisi belum tau si pelaku?" Ujar Runa yang terus memperhatikan TKP terjadinya pembuangan mayat.

"Bukannya takut malah kepo nih anak!" Cibir Valeska yang masih merinding ketakutan. "Selagi bukan kita, gak perlu takut."

"Pliss deh! Dengan lo ngomong gitu malah nambah ketakutan gue bangsat!!"

"Gasusah takut, Va. Ada tuhan yang selalu jaga kita. Kalau kita minta perlindungannya, pasti kita dilindungi. Bahkan kita gak minta pun, tuhan selalu melindungi kita."

"Tetep aja Na. Gue takut!!"

Runa menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Va, itu apaan?" Mata Runa tiba-tiba tertuju pada sesuatu. Gadis itu mulai mendekat untuk mengeceknya. "Lo mau ngapain??" Tanya Valeska yang mulai khawatir.

"Bentar, gue lihat sesuatu." Runa mendekati sebuah pohon besar. Cahaya yang berkilauan itu, menarik perhatian Runa karena pantulan sinar nya. "Ini..."

***

"Altan, saya sudah cukup muak dengan semua perbuatan kamu ini! Sudah berapa kali kamu membuat kekacauan?? Apa kamu sudah lelah menjadi seorang artis??!" Suara dengan nada sedikit tinggi itu terdengar sangat jelas ditelinga Altan. Cowok yang dari tadi terus menurunkan pandangannya itu tidak menjawab apapun.

"Kamu saya beri keringanan, tapi kamu malah menjadi-jadi!! Dan kamu, Tio! Sebagai managernya, kenapa kamu bisa lalai dalam menjaga artis nya?? Harusnya kamu bisa lebih teliti lagi!!"

"Maaf pak, saya akan berusaha lebih baik lagi."

"Kali ini saya kasih kamu satu kesempatan lagi. Jika saya dengar kamu pergi keluar malam-malam dan minum-minum lagi, saya sudah tidak peduli lagi! Paham!!"

"Cepat keluar!! Saya ingin istirahat."

Altan dan manajernya itu pergi meninggalkan ruangan. Tio-manajer Altan. Menarik nafas dalam-dalam. "Maafin gue. Gara-gara gue lo jadi dapat ceramah." Ujar Altan.

"Gapapa, tenang aja. Aku tau kenapa kamu keluar minum-minum. Pasti kamu banyak pikirin kan?"

Altan tersenyum tipis. Cowok itu kemudian memeluk Tio dengan erat. "Makasih lo udah jadi manajer yang paling pengertian.." lirihnya.

"Memang seperti ini tugas ku sebagai manajer." Tio menepuk-nepuk pundak Altan pelan.

"Lo mau makan sesuatu? Gue yang traktir." Altan melepas pelukannya. "Boleh"

***

"Na, lo mikirin apaan sih?" Valeska menatap Runa yang dari tadi terus mondar-mandir tanpa henti. "Gue mikirin sesuatu, Va." Gumam gadis itu. "Mikirin apa sih, Na? Sampai segitunya"

Runa menatap wajah Valeska. Gadis itu mulai berjalan kearahnya lalu mengambil duduk disampingnya. "Va, lo inget gelang ini?" Runa menunjukkan sebuah gelang kepada Valeska. "Ini bukannya punya Altan? Gue sering lihat dia pakai ini." Ucapnya seraya menunjuk-nunjuk gelang ditangan Runa.

"Itu berarti bukan gue doang yang berfikiran kalau ini emang bener gelang Altan."

"Maksud lo gimana, Na? Gue gak ngerti.."

"Ini gelang yang gue temuin tadi. Awalnya gue gak yakin kalau ini milik Altan. Tapi, setelah lo bilang gitu, gue jadi yakin ini bener-bener miliknya."

"Maksud lo dia ada di lokasi kejadian??"

"Gue belum yakin, Va. Gue bingung mau buat kesimpulan seperti apa.."

"Kenapa lo gak tanya orangnya langsung? Biar lebih jelas, ini beneran punya dia atau enggaknya."

"Awalnya gue juga mau tanyain ini ke dia. Tapi gue takut dia salah paham. Makanya gue gak jadi tanya."

"Trus, lo mau apain ini gelang?"

"Nah, maka dari itu, Va. Gue bingung mau apain ini gelang."

"Gimana sih lo, Na. Aneh banget jadi orang!"

"Bawaan dari lahir, Va."

"Gajelas." Valeska menatap sinis wajah Runa. "Gue mau mandi dulu kalau gitu! Badan gue udah bau, mirip ikan di jemur!" Valeska bangun dari tempat duduknya. Gadis itu mulai berjalan ke atas.

"Ini beneran miliknya bukan sih??"
















BERSAMBUNG!!!














Disini permasalahannya udah mulai muncul tipis-tipis nihh😁 kalian mau happy end atau sad end? Kalau lejaa mau...
Ah! Rahasia 😎

Lejaa ingetin buat votement sekali lagi yaa🤍🤍 lejaa gak akan capek ingetin lagian terus, wkwkwk

Have fun🤍🤍🤍🤍

🤍🤍See youuu next chapter🤍🤍

🐇🐇

crime scene Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang