12. Penawar

746 24 0
                                    

Semua ucapan Tuan Theo membuat Luna dilema. Dia, tidak tahu harus bagaimana. Belum lagi rasa panas yang terus menjalari tubuhnya dan membuat dirinya tidak nyaman.

Haruskah dia percaya semua ucapan pria itu yang terdengar sangat meyakinkan di telinganya?

Atau itu hanyalah ucapan seorang lelaki yang tidak ingin ditinggalkan teman tidurnya?

Hingga sepanjang perjalanan sampai mobil Tuan Theo akhirnya masuk ke pekarangan Mansion, Luna hanya menempelkan mulutnya rapat.

Luna berjalan di depan Tuan Theo saat mereka menyusuri lorong di dalam Mansion. Sebelum Tuan Theo memisahkan diri untuk berjalan menuju tangga, ia berbalik. Membuat Luna menghentikan langkah dan menatap pria itu.

"Berjanjilah untuk tidak bertemu pria manapun." Pintanya.

Luna mengedikkan bahu.

"Bagaimana jika aku tidak bisa menepatinya?"

Tuan Theo berjalan mendekat. Mencengkeram lengan Luna. Perlahan, tangannya yang lain beranjak ke atas. Menangkup wajah Luna. Menelusuri rahang Luna dengan ujung jemarinya, lalu pindah ke bibirnya.

Sengatan itu kembali. Padahal Tuan Theo hanya menyentuh ujung bibirnya dengan ibu jarinya. Rasanya semakin menjadi saat Tuan Theo menarik tubuhnya ke dalam dekapan lalu berbisik di depan telinganya.

"Aku takut gelap mata dan menyakiti pria itu."

Itu bukan sebuah ancaman, Luna yakin pria itu benar-benar sanggup menyakiti orang lain.

Sapuan bibir Tuan Theo di cuping telinganya membuat tubuhnya semakin tidak terkendali. Gelenyar aneh membuat bagian bawah tubuhnya terasa gatal. Apalagi saat Tuan Theo mulai mendaratkan kecupan-kecupan kecil di lehernya.

Luna mengepalkan tangannya sendiri, mencoba mengendalikan gairahnya.

Sekarang dia benar-benar ingin menarik pria itu untuk berbaring di kasurnya. Merasakan pria itu di dalam dirinya.

Kenapa dirinya tiba-tiba seperti ini? Dia seperti maniak yang tidak bisa mengendalikan nafsu.

Luna tahu kalau ada yang aneh dalam dirinya. Apapun itu, hal itu menyulut sesuatu dalam dirinya. Membakarnya. Membuatnya membara.

Hanya saja, ada sesuatu antara dia dan Tuan Theo yang belum selesai. Masalah Oliv, apa yang baru saja mereka lakukan tadi, dan semua percakapan mereka sebelumnya, membuat Luna ingin menjauh dari pria itu setidaknya untuk malam ini.

Luna mendorong Tuan Theo menjauh.

"Aku ingin kembali ke kamar."

Luna meninggalkan pria itu tanpa peduli di ijinkan atau tidak. Sekembalinya ke kamar Luna membasuh diri kemudian berusaha memejamkan mata. Mengira semua akan kembali seperti semula. Mungkin saja semua terjadi karena pikirannya yang sedikit kacau.

Namun beberapa saat berlalu, tubuhnya semakin panas. Keringat dingin mulai keluar. Kepalanya mulai pening. Luna sampai melepas semua pakaiannya lagi dan meringkuk di bawah selimut.

Ponselnya tiba-tiba saja bergetar. Ada panggilan dari nomer tidak dikenal di layarnya.

"Halo?" Suara serak Luna menyapa.

"Kau yakin bisa mengatasinya sendiri?"

Kening Luna berkerut mendengar suara Tuan Theo di seberang sana.

"Apa maksud... Tuan Theo?"

"Ada sesuatu yang tidak terkendali di dalam tubuhmu 'kan?"

Luna mengernyit. Jangan-jangan Tuan Theo yang menyebabkannya seperti ini?

(S1) Rahasia Di Mansion Tuan Theo - SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang