18. Genderang Perang

566 17 3
                                    

Luna membaringkan tubuhnya di atas kasur. Memandang kosong ke langit-langit kamar. Sesekali napas berat keluar dari mulutnya.

Berpikir, kapan ia akan keluar dari mansion ini?

Lama kelamaan, rasa gundahnya membuat Luna bangkit. Melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Sudah menjelang pagi, dan dia sama sekali belum bisa beristirahat. Padahal tubuh dan pikirannya sama-sama lelah.

Suara ketukkan mengalihkan perhatian Luna ke arah pintu.

"Siapa?"

"Aku." Suara berat yang akhir-akhir ini jarang Luna dengar, terdengar.

Luna berpikir sejenak sebelum akhirnya mempersilahkan pria itu masuk. Tuan Theo.

Mereka saling pandang selama beberapa detik tanpa bicara. Perhatian Luna lalu teralihkan ke arah tangan kanan pria itu yang di perban.

"Ada apa?" Tanya Luna memecah keheningan. "Apa Tuan ingin memberitahu waktuku untuk pergi?"

Tuan Theo mendekati Luna. Bersimpuh di depan Luna agar bisa melihat wajah Luna yang tertunduk. Tatapan mereka terpaut sekali lagi di udara.

"Katakan padaku. Apa kau benar-benar akan menurut saja jika aku menyuruhmu pergi?"

Jeda.

"Memangnya... apa yang bisa kulakukan?" Sahut Luna putus asa.

"Aku bisa melakukannya."

"Tapi, Tuan akan memiliki perselisihan dengan Nyonya Theo."

"Aku bisa melakukannya, Luna." Ucap Tuan Theo penuh keyakinan. "Aku hanya perlu mendengarnya darimu...."

Tuan Theo memotong ucapannya. terdiam sebentar.

"Mendengar langsung dari mulutmu kalau kau tidak ingin pergi. Aku ingin melihat kau memberikan penolakan. Aku ingin melihat dan mendengar... kau memohon padaku. Dan akan kupastikan kalau apa yang tidak kau inginkan, tidak akan pernah terjadi."

"Kenapa? Kenapa Tuan Theo bersedia melakukannya untukku? Tuan akan menentang Nyonya dan kehilangan kesempatan baik dalam bisnis."

Tuan Theo terdiam.

Hingga ucapannya selanjutnya sanggup menjungkir balikkan hati Luna.

"Karena saat memikirkannya, semua itu tidak sebanding jika aku harus kehilanganmu."

Tuan Theo menundukkan pandangannya sebelum kembali menatap Luna dengan tatapan getir. Ada sebuah ketakutan dalam sorot itu yang tidak pernah Luna lihat sekalipun.

"Karena aku tahu, aku selalu ingin melihatmu dalam hariku selanjutnya. Apakah ini yang dinamakan... jatuh cinta?"

*

Bagi Alex... dia baru merasakan hal itu untuk pertama kalinya.

Wanita itu sudah memunculkan sebuah rasa yang lama terpendam di relungnya.

Membuatnya merasa lebih seperti manusia.

Membuatnya merasakan sebuah kehidupan yang tidak pernah dirasakannya.

Dia tidak ingin kehilangan Luna.

Jadi dia hanya perlu tahu, apakah Luna memiliki perasaan yang sama dengannya. Jika hati wanita itu ternyata tidak berharap bersamanya, dia akan membiarkan wanita itu pergi.

Dia perlu tahu bagaimana perasaan Luna untuk memutuskan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Dan Luna yang tiba-tiba meraih dirinya ke dalam dekapan, sudah cukup memberikan jawaban.

(S1) Rahasia Di Mansion Tuan Theo - SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang