Sekali lagi, Luna mencoba menghubungi Bibi Lili. Tapi dia tetap mendapatkan jawaban yang sama, nomer ponselnya tidak bisa tersambung.
Rasa khawatir tiba-tiba saja menggerogoti tubuhnya. Kakinya gemetar.
Luna takut sesuatu terjadi pada Bibi Lili.
Ponsel di tangannya yang bergetar menyentak Luna. Ada panggilan masuk dari Tuan Theo.
"Kau dimana? Pergi tidak mengabari?"
"Ma-maaf. Aku perlu pergi ke suatu tempat."
Keheningan di seberang panggilan. Pria itu sejenak terdiam mendengar nada lawan bicaranya bergetar.
"Terjadi sesuatu?" Tuan Theo memecah keheningan itu.
"Tidak-" Luna berusaha menormalkan nada bicaranya. "Tidak ada apa-apa."
Pria itu tidak perlu mengetahui sesuatu yang bukan urusannya, putus Luna.
"Luna. Kau ada dimana? Biar aku jemput."
"Tidak usah. Aku masih di rumah Bibi. Aku akan kembali ke mansion."
"Bibi? Bibimu belum pindah?"
Luna mengernyit. Dia tahu?
"Tuan... tahu sesuatu tentang hal ini?"
Hening.
"Tuan. Katakanlah sesuatu."
Masih tidak ada tanggapan
"Tuan masih ingin bungkam? Baik. Kalau begitu aku akan mencari tahu sendiri."
"Mari bicara." Ucap Tuan Theo akhirnya. "Aku akan tiba di sana dalam 10 menit."
*
Luna masuk ke sebuah mobil hitam yang benar-benar datang menyusulnya.
"Apa yang ingin kau tahu?" Tanya Tuan Theo saat mobil mereka menepi di pinggir sebuah danau.
Biasanya banyak orang yang duduk-duduk santai di pinggir danau. Menggelar tikar sambil menikmati pemandangannya yang indah, tapi tidak malam ini. Sepi. Mungkin karena sudah larut malam.
"Seharusnya aku yang bertanya. Apa Tuan Theo tahu tentang kepergian Bibi ku?"
Tuan Theo menoleh ke arah Luna.
"Sudah seharusnya dia melakukan hal itu. Dia harus memutus hubungannya denganmu. Memutus komunikasi kalian dan menyingkir dari kehidupanmu."
Luna mengernyit bingung. "Kenapa?"
Tuan Theo meluruskan tatapannya, menarik napas dalam kemudian mengeluarkan ponselnya. Jari jemarinya sibuk di atas layar ponsel sebelum akhirnya menunjukkan layar ponselnya ke Luna.
"Bacalah. Kedatanganmu di mansion bukan secara cuma-cuma hanya untuk membersihkan toilet, Luna."
Luna membaca dengan seksama susunan kalimat-kalimat di layar. Hingga kesimpulan yang bisa didapatkan adalah, Bibi Lili menerima sejumlah uang yang sangat besar saat Luna datang ke mansion.
Ada juga sebuah perjanjian tertulis kalau setelah itu Bibi Lili akan memutuskan hubungan pada Luna.
"Bibi Lili-" Lidah Luna kelu. Pikirannya mencoba mencerna sekali lagi rangkaian tulisan yang baru saja dibacanya. Berharap dia salah. Tapi tetap saja, semua itu memberitahukan kalau Bibi Lili sudah... menjual dirinya.
"Apa semua pekerja di mansion, memang seperti ini?"
Tuan Theo mengambil ponselnya dari tangan Luna.
"Iya."
Satu kalimat jawaban dari Tuan Theo dan membuat hati Luna mencelos.
"Seperti yang sudah pernah kau lihat. Aku, menyediakan 'barang' untuk orang sinting yang kelebihan harta. Dan kami tidak menerima sembarang orang. Memastikan terlebih dahulu kesehatan mereka. Lalu, penampilan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
(S1) Rahasia Di Mansion Tuan Theo - Selesai
RomanceBekerja di salah satu mansion paling mewah itu merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Luna, sebelum ia tahu kalau memiliki majikan dengan kedisplinan yang menyeramkan. Lalu, seorang pelayan wanita ditemukan bunuh diri dan teman sekamarnya pergi s...