13. Kekuasaan Yang Membelenggu

702 20 0
                                    

Saat dirasa sudah mampu untuk sedikit bergerak, Luna berjengit mundur. Hingga harus terhenti karena punggungnya menabrak sesuatu.

Luna menoleh dan terkejut karena ternyata Tuan Theo duduk di belakangnya. Ternyata dia masih di sini juga. Belum beranjak dari tempat tidur. Bahkan mereka masih di bawah selimut yang sama.

Hal itu membuat ketakutan Luna semakin besar untuk kembali melihat ke arah Nyonya Theo.

Ia menatap pria itu. Berharap sebuah pertolongan.

Namun, Tuan Theo tidak memperlihatkan reaksi apapun. Keberadaan Nyonya Theo seperti bukanlah sesuatu yang mengejutkan baginya.

Bagaimana bisa dia setenang itu?

Akhirnya, beberapa saat kemudian suara pria itu terdengar.

"Jika kau terus seperti itu, mungkin kau akan membuatnya lari, Esme."

Nyonya Theo perlahan beranjak mundur. Menjauhkan dirinya dari Luna sambil cekikikkan. Raut wajah yang terlihat angkuh itu kini hilang. Hanya ada seringai lebar yang membuatnya terlihat lebih mengerikan.

Apakah wanita di hadapannya sekarang benar-benar Nyonya Theo?

"Kuserahkan semuanya padamu, Alex." Setelah mengucapkan hal itu, Nyonya Theo kembali bersenandung. Menari. Keluar dari kamar. Entah pergi ke mana.

Luna masih membeku. Apa yang terjadi, sangat berbeda dari apa yang ada di pikiran Luna.

Ia pikir, Nyonya Theo akan murka. Ia pikir, Tuan Theo akan berusaha menjelaskan sesuatu pada istrinya.

Namun, yang terjadi... ah, dirinya juga tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Ada apa dengan pasangan suami istri di depannya ini?

Dengan pandangan penuh pertanyaan, Luna memandang ke arah Tuan Theo.

"Ya, Luna. Seperti yang kau lihat. Aku menikahi wanita gila." Tuan Theo membuang napas jengah. Merasa miris akan kehidupan pernikahannya.

*

Temui aku di taman tengah.

Begitu pesan Tuan Theo lalu buru-buru pergi untuk bertemu teman bisnisnya. Belum sempat menjelaskan apapun. Meninggalkan Luna sendiri di kamar utama. Lalu Nyonya Theo, juga entah pergi kemana.

Hingga detik ini, Luna belum berpapasan lagi dengan wanita itu. Tapi dia bersyukur karena dia belum siap untuk menghadapi Nyonya Theo lagi. Dia masih tidak tahu apa yang akan ia katakan kepada beliau.

Yang bisa Luna lakukan sekarang hanyalah menunggu Tuan Theo. Ia harap lelaki itu akan menjelaskan sesuatu.

Derap langkah yang semakin mendekat membuat Luna menoleh ke belakang. Akhirnya orang yang sedari tadi ia tunggu pun tiba.

"Ikut aku."

Luna segera mengekori Tuan Theo tanpa bertanya apapun.

Hingga mereka memasuki parkiran basement dan Tuan Theo menyuruh Luna ikut masuk ke mobilnya.

Ia hanya bisa menurut sambil berharap Tuan Theo tidak membawanya ke tempat seperti restoran kemarin itu.

Tapi ternyata memang tidak. Mereka berhenti di parkiran sebuah gedung apartemen. Lalu masuk ke salah satu kamar yang cukup sederhana.

Sederhana untuk ukuran Tuan Theo. Namun cukup mewah bagi Luna.

Suasana di dalam apartemen didominasi warna hitam dan abu-abu. Perabotnya cukup minimalis. Terlihat nyaman tapi kosong. Seakan jarang tersentuh oleh siapapun.

(S1) Rahasia Di Mansion Tuan Theo - SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang