Akhirnya, Luna memilih untuk menceritakan apa yang terjadi dengannya dan Tuan Theo. Tentu saja dengan mengecualikan bagian ketidak-normalannya Nyonya Theo. Luna tidak menceritakan apapun tentang wanita itu.
Oliv menyimak.Namun tidak begitu terkejut saat mendengarnya. Dia seperti sudah menduga apa yang terjadi.
"Lalu, kenapa kau tidak bertanya tentangku pada Tuan Theo?" Oliv mengeluarkan pertanyaan yang membuat Luna terdiam.
"Apa dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepadamu? Atau... dia tidak mau?" Oliv mencoba menebak.
Hening.
"Oh ya, Luna," lanjut Oliv, yang entah kenapa tiba-tiba mengubah arah pembicaraan. "Kau pernah mengatakan kalau kau memiliki seorang Bibi."
"Ya, kenapa?"
"Kau masih sering mengunjunginya?"
"Sudah beberapa pekan terakhir aku tidak sempat mengunjunginya."
Oliv menatap Luna lekat-lekat. memberikan tatapan penuh arti yang tidak bisa Luna artikan.
"Semoga nanti, kau masih bisa mengunjunginya lagi."
*
Luna pulang. Dengan perasaan yang kurang puas. Memang dia bersyukur saat melihat Oliv baik-baik saja. Namun dirinya juga masih penasaran apa yang telah terjadi pada Oliv. Apa yang dirahasiakannya?
Sekali lagi, Luna membaca sederet kata di layar ponsel yang sudah terkirim 5 menit lalu namun belum juga mendapat balasan. Luna ragu apakah memberitahu kedatangannya kemari pada seseorang adalah hal yang tepat.
'Aku ada di apartemen, Tuan.'
Jika 10 menit lagi dia tidak mendapat balasan Luna memutuskan untuk pergi dari sana, namun ternyata ponselnya bergetar tidak lama kemudian.
'Aku akan tiba dalam 10 menit.'
Luna tidak membalas lagi dan Tuan Theo benar-benar menunjukkan batang hidungnya sekitar 10 menit kemudian.
"Kenapa kau di sini?"
Luna mengedikkan bahu lalu tersenyum kecil. Sejujurnya, dia tidak menyangka kalau Tuan Theo benar-benar akan datang.
"Kita naik dulu."
Luna mengikuti Tuan Theo ke apartemennya.
"Aku tidak berharap Tuan benar-benar kemari. Ku kira Tuan sibuk." Jujur Luna.
Begitu pintu apartemen di belakang mereka tertutup, Tuan Theo menarik punggung Luna. Merapatkan tubuh mereka. Lalu mendaratkan ciuman mesra di atas bibir tipis wanita itu.
"Aku kemari, karena aku ingin. Tidak ada yang bisa menghalangiku. Apalagi saat ada kau di sini." bisik Tuan Theo.
"Ijinkan aku mandi dulu." Tuan Theo mengelus bibir halus itu dengan ibu jarinya lalu melumatnya pelan sekali lagi, sebelum menghilang ke dalam bilik kamar mandi.
Luna menarik napas. Kepergian Tuan Theo membuat suasana di sekitarnya tiba-tiba hening.
Ia berjalan ke arah dapur setelah melepas mantelnya. Membuat dua gelas teh hangat. Tuan Theo menyukai kopi di pagi hari. Namun setelah melewati siang hari, pria itu pasti lebih memilih minum teh.
Luna duduk tenang di sofa sampai pria itu keluar dari kamar. Dengan rambut setengah basah dan wangi shampo yang menguar ke mana-mana.
"Kau suka di sini?" tanya Tuan Theo setelah duduk di samping Luna.
"Bukan aku. Tapi, Tuan."
Tuan Theo menaikkan kedua alisnya tidak mengerti.
"Tuan lebih suka di sini 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(S1) Rahasia Di Mansion Tuan Theo - Selesai
RomanceBekerja di salah satu mansion paling mewah itu merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Luna, sebelum ia tahu kalau memiliki majikan dengan kedisplinan yang menyeramkan. Lalu, seorang pelayan wanita ditemukan bunuh diri dan teman sekamarnya pergi s...