17. Wanita Miliknya

992 17 0
                                    

Merasakan suasana di sekitarnya yang tiba-tiba hening, Luna mengangkat pandangan. Ia tidak tahu apa yang terjadi, atau apakah dia sudah melakukan sesuatu yang salah, namun dia memberanikan diri untuk bangkit lalu cepat-cepat pergi dari sana. Tanpa ingin mengetahui kenapa dia tiba-tiba menjadi pusat perhatian orang-orang itu.

Di tengah langkahnya yang menjauh, percakapan para orang di ruang tamu itu masih samar-samar terdengar..

"Come on... aku tahu tentang para wanita di mansion mu ini, Alex."

*

Setelah membersihkan diri dan memakai piyamanya, Luna tidak langsung bergegas naik ke tempat tidur. Dia mengambil bantal dan selimut. Pergi ke luar kamar, lalu mengetuk pintu kamar di sebelahnya.

"Ya?" Terdengar suara Diana.

"Ini aku." Sahut Luna.

Pintu langsung terbuka. Menampakkan sosok Diana.

"Boleh aku tidur bersama kalian malam ini?"

Diana dan Cecyl saling pandang. Bukan karena mau menolak. Mereka tentu akan mempersilahkan Luna masuk. Apalagi mereka tahu kalau Luna saat ini baru saja ditinggal teman sekamarnya. Dia pasti sedang merasa kesepian..

Hanya saja tadi mereka sempat melihat Luna turun dari mobil bersama Tuan Theo. Ada rasa penasaran besar di kepala mereka, namun mereka ragu untuk menanyakannya. Mereka takut Luna akan menganggap mereka terlalu ingin tahu.

"Kau baru pulang?" Tanya Diana setelah mempersilahkan Luna masuk dan menutup pintu.

Luna mengangguk. "Kemana kalian hari ini?" Tanyanya kemudian.

"Biasa. Kami hanya berkeliling."

Luna duduk di samping Cecyl di atas kasur.

"Kalian tidak pernah mengunjungi sanak saudara?"

Suasana tiba-tiba hening.

"I-itu," Luna merasa tidak enak karena pasti telah menyinggung sesuatu, "Jika kalian tidak ingin bercerita juga tidak apa."

"Aku hanya memiliki seorang kakak laki-laki," sahut Diana akhirnya, "yang mungkin tidak akan mengharapkan kedatanganku kembali. Yang ada di pikirannya hanya judi dan mabuk."

"Kau tahu apa yang Ibu ku katakan sebelum aku berangkat ke sini?" Pandangan Cecyl menerawang jauh. "Dia berkata sebaiknya aku tidak kembali sebelum memiliki banyak uang. Dia sudah tidak sanggup mengurusku saat Kakekku yang sakit-sakitan saja sudah cukup banyak menguras uang tabungan Ibu."

Luna benar-benar merasa tidak enak hati sekarang.

"Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud-"

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Kau sendiri bagaimana? Apa yang kau lakukan hari ini?"

Luna terdiam. Banyak sekali yang Luna lakukan hari ini. Sekaligus banyak sekali yang Luna ketahui hari ini. Fisik dan pikirannya cukup lelah untuk hari ini.

Dia... dan mungkin juga orang-orang yang ada di sini, sepertinya memiliki sebuah kesamaan. Ada seseorang yang tidak menginginkan keberadaan mereka. Akhirnya, mereka berakhir di tempat ini karena satu alasan yang sama, karena uang. Walau sekarang Luna masih tidak tahu kenapa Bibi Lili membenci keberadaannya.

Apakah Bibi Lili menyesal telah membesarkannya selama ini?

Luna menatap Diana dan Cecyl bergantian.

"Aku hari ini... bertemu dengan Oliv."

Raut terkejut dan penasaran muncul di wajah keduanya.

"Benarkah?" Tanya Diana tidak percaya.

"Dimana dia?" Tanya Cecyl penasaran.

(S1) Rahasia Di Mansion Tuan Theo - SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang