4. Free

1K 132 16
                                    


Thailand

21.00 pm

Ciize membawa baskom berisikan air es dan handuk kecil.

"Sial, kenapa kamu tidak membalasnya?"

Namtan bersuara, merasa jengkel begitu mengetahui apa yang telah terjadi.

Milk menggeleng pelan, "tidak"

"Tonjok balik, jambak rambutnya, aisshh"

Emy juga meluapkan emosinya. Ia marah melihat pipi Milk merah dan sudut bibir sahabatnya itu berdarah.

Sebenarnya Milk bisa saja membalas, namun tidak.

Pertama, Milk tidak ada hak untuk membela diri, bagaimanapun juga ada perasaan bersalah.

Kedua, Milk bukan siapa-siapa Love, wajar saja Gun marah.

"Sini, biar aku kompres" Ucap Ciize mendekat.

"kamu itu artis, bisa jadi ramai jika seseorang menemukanmu berkelahi"

Lanjutnya sambil memeras handuk kecil yang sudah terendam air es, kemudian menempelkan ke sudut bibir Milk yang berdarah.

Milk memejamkan mata perih, "terima kasih"

Namtan berjalan mondar-mandir sembari mengertakkan giginya.

"Mana ada berkelahi? Milk bahkan tidak membalasnya. Jika aku jadi Milk sudah pasti ku tampar balik" Komentar Namtan.

"Sudah ya kalian, ini memang kesalahan aku. Jadi wajar saja, anggap saja kejadian ini membuatku sadar akan posisiku, mulai hari ini-"

Milk menjeda ucapnya, ia berkata sambil bergetar.

"Aku akan melupakan Love"

Lanjutnya tanpa ia sadari air mata mengalir turun membasahi kedua pipi.

Milk menangis.

Bukan, bukan karena ia merasakan betapa sakitnya tamparan laki-laki itu, namun mengingat Milk harus merelakan cinta nya.

Emy, Namtan, dan Ciize langsung memandang dengan perasaan iba.

Sejauh persahabatan mereka berempat, Milk adalah satu-satunya orang yang tidak pernah atau bahkan jarang menangis.

Tetapi sekarang, di depan teman-temannya, malam ini Milk menunjukkan sisi yang rapuh.

"It's okay, kamu bisa menangis, kamu boleh melampiaskan semua perasaanmu pada kami"

Ciize merangkul pundak Milk lalu menarik ke dalam pelukannya.

Namtan ikut memeluknya dari belakang, di tambah Emy yang memeluknya juga dari sisi yang lain.

Ketiga sahabatnya seolah menyalurkan kekuatan untuk Milk.

Milk menangis dalam diam.

Malam ini.

Malam dimana Milk secara resmi..

Merelakan Love.



~

Hari-hari telah berlalu, professionalitas kerja membuat Milk mau tidak mau harus bertemu dengan Love.

Lagi-lagi untuk jadwal.

"Live produk 5 menit, on air.. jangan buat kesalahan"

P'Fon selaku manager mengarahkan, selesai menoleh ke arah Milk dan Love bergantian dan yakin sudah cantik dengan polesan make up masing-masing.

Penata rias juga memberi aba-aba aman.

Manager mengangguk ke arah kameramen.

"Okay.. 3.. 2.. 1.. on air"

#milklove is real ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang