Part 16

1.9K 151 3
                                    

Setelah makan malam, kini keluarga Dixon sedang duduk sambil berbincang-bincang di ruang keluarga.

"Dek, handphone kamu mana?" Tanya Alden yang tidak melihat benda pipih yang dia beli tadi pagi untuk adiknya, tidak dipegang oleh sang empu.

"Ada di kamar," jawab Erland. Handphone itu bahkan belum dia buka dari tempatnya.

"Bagus HP nya?" Tanya Alden, namun dibalas dengan kedikan bahu oleh sang adik.

"Aku masih belum membukanya," jawab Erland.

"Loh kok belum dibuka sih, sayang? HP nya kurang bagus, ya?" Tanya Dania sedikit merasa heran.

"Bukan gitu, tapi..." Erland menggantung ucapannya, dia ragu apakah dia harus memberitahu mereka semua, atau tidak.

"Tapi kenapa, nak?" Tanya Varen sambil mengusap lembut punggung anaknya karena dia duduk disamping Erland.

"Aku tidak tau cara menggunakan benda itu," mereka semua melongo mendengar penuturan Erland.

"Tidak apa-apa, pergi ambil hp barunya, nanti kakak ajari!" Ucap Alden dengan lembut, dia mengerti mengapa adiknya tidak bisa, kan adiknya amnesia.

Erland mengangguk patuh dan pergi ke kamarnya untuk mengambil benda itu.

"Kasihan sekali adikku, pasti sangat tidak enak hidup dengan tidak mengingat apa-apa," lirih Alden.

"Tidak apa-apa, kita akan membuat kenangan baru bersamanya. Kenangan yang indah, dan pastikan bahwa dia tidak akan melupakannya lagi," ucap Dania dengan suara halusnya. Dia juga sedih dengan keadaan putra bungsunya, namun apa yang bisa dia lakukan?



(⁠。⁠・⁠ω⁠・⁠。⁠)⁠ノ⁠♡




Erland kini sedang berada di taman belakang mansion, sambil duduk diatas rerumputan dan memandang langit malam yang indah.

Dia tidak sendirian disana, sebab ada beberapa pengawal yang sedang bertugas mengawasi bagian belakang mansion.

“Kau adalah anak kesayangan ayah, dengan ratu tercinta ayah. Jika sudah menjadi pemimpin nanti, berjanjilah pada ayah bahwa kau akan menjadi pemimpin yang rendah hati, bertanggung jawab, dan akan melakukan apapun untuk melindungi dan mensejahterakan rakyat mu.”

Erland tersenyum tipis, saat mengingat tengang ayah aslinya yang telah lama tiada.

"Maafkan aku, ayah... Aku tidak bisa menepati janjiku padamu, karena nyatanya aku harus mati ditangan wanita yang aku cintai." Gumamnya dengan nada yang sangat pelan.

“Aku sayang padamu, ayah. Apapun akan ku lakukan demi mewujudkan janjiku padamu!”

“Ayah tidak tau apakah ayah akan bertahan sampai hari itu, atau tidak nak.”

"Aku merindukanmu, ayah..." Erland tidak bisa menahan agar air mata itu tidak mengaliri pipinya.

Dia menundukkan kepalanya, menaruh wajahnya diantara lipatan kedua kakinya.

Sosok berwibawa itu, dia sangat merindukannya. Dia masih kecil saat sosok itu pergi meninggalkannya untuk selamanya bersama dengan wanita pertama yang dia cintai.

Suara isakkan terdengar keluar dari celah bibirnya, dia menggigit pelan bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan isakkan.

Dia merasakan bahwa ada orang yang mendekat, namun dia tidak peduli.

Beberapa detik kemudian..

Hap!

Sebuah selimut tebal menutupi punggung nya, beriringan dengan seorang pria paruh baya yang duduk tepat disampingnya.

♔ Transmigration King ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang