🌹Pacaran, Yuk (1/4)🌹

165 18 0
                                    

Di suatu sudut sekolah, ada seorang laki-laki berseragam sma yang sedang memegangi perutnya, kesakitan. Sementara itu, dia masih harus dihadapkan pada gadis berseragam sama sepertinya tengah menyodorkan surat. Dari amplopnya, dia sudah tahu kalau itu surat cinta.

"Ace, aku suka sama kamu. Kamu boleh baca suratnya nanti, tapi jadi pacarku, ya?"

Ace diam. Tatapannya mengabur lantaran sakit di perutnya kian menjadi. Ingin rasanya pergi dari sini, tapi nggak bisa juga karena tenaganya serasa habis.

"Aku tahu kamu habis putus dari pacar terakhirmu. Jadi, aku berani confess ke kamu hari ini."

"Maaf, aku lagi bosen pacaran sekarang. Aku nggak bisa bales perasaan kamu." Ace berurai senyum manis sembari mengambil surat dari tangan gadis itu.

Bukannya patah hati, gadis itu justru semakin tergila-gila pada perlakuan Ace padanya. "Ka-kalau gitu, lain kali aku boleh nembak kamu lagi?"

Ace mengangguk. "Iya, lain kali. Tapi suratnya aku keep, ya. Makasih udah suka sama aku."

Dengan mata berbinar, gadis itu meninggalkan Ace begitu saja. Dalam hatinya dipenuhi keyakinan bahwa hari di mana dia bergandengan tangan dengan Ace akan tiba.

Sementara Ace sendiri melambaikan tangan hingga sosok gadis yang entah siapa namanya itu menghilang dari pandangan.

Perutnya masih bergejolak, kayaknya dia salah makan tadi di kantin. Beruntung gadis tadi nggak sadar, bisa-bisa hilang muka dia di depan semua perempuan cantik sekolah ini.

Ace lantas menatap surat di tangan, lalu dia lipat dan masukkan ke saku celana. "Oke, sekarang udah mendingan. Balik kelas, ah."

🌹🌹🌹

Di sisi lain, ada seorang lelaki berseragam sma yang tengah berjalan keluar dari ruang kelas. Semua orang mengenalnya karena dia salah satu anggota osis. Meski begitu, dia nggak terlalu ingin beramah tamah pada semua orang. Ada sesuatu yang ingin dilakukannya, lebih tepatnya dia ingin bertemu seseorang.

Kepalanya yang sedari tadi memperhatikan lantai langsung mendongak saat dia temukan orang yang dicarinya. Langkah lelaki itu semakin penuh percaya diri.

"Ace,"

Ace yang merasa dipanggil langsung berhenti. Padahal ruang kelas tinggal beberapa langkah lagi, tapi sayang sekali dia harus menunda keinginannya untuk segera duduk di bangkunya.

"Ya?"

"Boleh bicara sebentar?"

Ace mengangguk. Dia nggak mungkin menolak ajakan bicara dari teman satu kelasnya sendiri. Akan tetapi, kenapa si lelaki yang Ace kenal bernama Sabo ini kelihatan serius banget?

Sabo tanpa pikir panjang menyeret Ace ke atap sekolah. Baginya, itu satu-satunya tempat di gedung ini yang bisa memberinya privasi.

"Ada apa, Sabo?"

Sabo mengepalkan tangannya, berusaha meyakinkan dirinya sebelum mengutarakan sesuatu yang bisa saja jadi bumerang untuknya sendiri. Tapi rasa malu harus disingkirkan dulu untuk sementara waktu.

"Sabo, kenapa diem aja?"

"Ace, gue denger lu abis putus."

Ace diam tanpa menjawab. Di benaknya dia terkejut karena berita tentang hubungannya menyebar sangat cepat, bahkan murid laki-laki seperti Sabo pun bisa tahu.

"Bener, kan?"

Ace menggaruk pipinya, mendadak gatel. "Eh, iya sih, tahu dari siapa?"

"Ada deh. Lu nggak perlu tahu. Tapi yang jelas gue pengen bilang sesuatu."

Story of Us • AceSaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang