🐥 Jealous (2/2) 🐥

104 14 0
                                    

Awal mula Ace suka dengan Sabo? Karena apa, ya? Ace sudah lupa. Tahu-tahu waktu berjalan begitu cepat semenjak mereka bertemu di acara orientasi kampus. Secara kebetulan juga Ace dan Sabo mengikuti klub menggambar, yang mana membangkitkan kenangan saat awal mula mereka bertemu.

Ace yang tadinya hanya ikut-ikutan Zoro saja, tiba-tiba jadi rajin berangkat ke setiap sesi klub itu, karena dia tahu Sabo pasti akan ada di sana juga.

Perasaan Ace makin tumbuh, kedekatan mereka juga semakin kelihatan jelas. Semua anggota klub bahkan tahu kalau Ace dan Sabo sedang dekat dan mereka tidak ingin mengganggu.

Wajah malu-malu yang Sabo tunjukkan padanya juga membuat Ace jadi semakin yakin untuk menyatakan cinta.

"Sabo, apa aku boleh menyukaimu lebih dari sekedar teman?"

Ace masih ingat saat dia mengatakannya, dan Sabo yang langsung memeluknya saat itu juga, seolah sudah menunggu momen itu sejak lama.

"Boleh, Ace. Sangat boleh."

Kalau dipikir sekarang, mengapa ya Sabo suka padanya juga? Dia berprestasi begitu, temannya juga banyak. Ace kadang berpikir kalau dia tidak cocok untuk Sabo.

Tapi rasa cinta mengalahkan segalanya, hingga membuat Ace memutuskan untuk terus maju. Hanya dukungan yang bisa dia berikan untuk Sabo yang begitu ambisius akan pendidikannya.

Saat akan mengambil kunci rumah dari dalam saku celana, Ace justru dikagetkan dengan suara derit pintu yang dibuka dari dalam.

Ace pikir ada pencuri, karena yang tinggal di rumah ini hanya dia dan Luffy saja. Sementara Luffy sekarang ini masih ada di sekolah. Tapi ternyata wajah yang sedang Ace pikirkan berdiri di balik pintu.

"Hai, Ace."

Ace mengerjap beberapa kali, takut salah lihat. "Sabo? Kenapa kamu bisa muncul dari dalam?"

Sabo menggaruk tengkuknya. "Hehe, maaf aku masuk sembarangan ke rumahmu. Tapi Luffy memberiku kunci rumah ini tadi malam. Jadi, aku memutuskan untuk menunggumu pulang."

Ace melepaskan sepatunya dengan cepat dan masuk ke dalam rumah bersama Sabo. Pintu rumah ia tutup setelahnya.

Ace meraih bahu Sabo dan mengguncangnya pelan. "Sabo? Ini betul-betul kamu, kan? Aku tidak sedang bermimpi, kan?"

Sabo menahan tawa. "Iya ini betul-betul aku. Maaf, ya. Aku kesulitan membagi waktu untuk kita berdua, jadi membuatmu sedih."

Ace hampir menangis dibuatnya. "Aku memang sedih dari kemarin. Aku belum puas mengobrol denganmu. Kita juga belum jalan-jalan sejak kamu pulang. Aku kangen kamu, Sabo. Kangen sekali. Tidakkah kamu kangen aku juga?"

"Kangen, Ace. Tapi masih banyak berkas yang perlu diurus setelah pertukaran pelajar kemarin. Tapi sekarang sudah hampir selesai."

Ace memegangi wajah Sabo yang nampak lesu. "Ya ampun, kamu pasti kelelahan sekali."

Sabo menggeleng. "Karena aku sudah bertemu denganmu, aku sudah tidak lelah lagi."

Tangan Ace turun dari bahu ke pinggang Sabo, memaksanya untuk mendekat. Kini, keduanya saling merengkuh dan saling melemparkan senyuman ke satu sama lain.

Tiba-tiba saja perasaan yang sempat muncul itu kembali lagi. Saat kedua mata mereka saling bertabrakan, dan wajah yang saling berdekatan, Ace dan Sabo mengatupkan mata.

"Sabo, boleh ya?"

Ini adalah hal baru bagi Ace, mungkin juga bagi Sabo. Ace begitu takut akan membuat kesalahan di ciuman pertama mereka. Tapi ternyata tidak sama sekali.

Story of Us • AceSaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang