🫒 What If (1/2) 🫒

141 13 0
                                    

Dunia perkuliahan sungguh merepotkan bagi mahasiswa baru semacam Portgas D. Ace, karena baginya beban yang dia pikul berat sekali. Ace kira kuliah isinya senang-senang, pacaran, jalan ke sana-kemari, tapi semua itu bohong belaka.

Jangankan pacaran, bisa selamat dari tugas, laporan, presentasi untuk satu minggu ke depan saja sudah terasa sangat membantu. Di akhir pekan, dia membayar semua kesibukan itu dengan tidur panjang.

Akan tetapi sudah satu minggu ini Ace mendengar lagu We Can't be Friends diputar berulang dari kamar sebelah, tepatnya kamar Sabo. Ace sering terbangun dari istirahatnya karena terganggu.

Sabo, dia adalah sahabat Ace sejak duduk di bangku tk. Sebuah keajaiban mereka bisa terus bersama hingga kuliah, dan berakhir tinggal di kontrakan yang sama. Tentu saja, semua itu sudah dengan seizin orang tua masing-masing.

Seingat Ace, Sabo itu bukan tipe yang suka mendengarkan musik keras-keras. Ditambah, dia itu selalu lebih rajin belajar daripada Ace. Jadi, Ace bingung saat mendapati Sabo justru tiduran di atas ranjang sambil membaca sebuah novel.

Ace menyebut hobi baru Sabo ini tidak masuk akal.

"Sabo," Ace menggedor pelan pintu kamar sahabatnya.

"Ya, masuk saja."

Begitu dapat izin dari pemilik kamar, Ace segera membuka pintu itu. Terlihatlah pemandangan Sabo yang tengah serius sekali di meja belajarnya.

Ace terus berjalan masuk dan berdiri di samping Sabo. "Sedang baca apa, Sab?

Sabo sendiri terkejut karena tidak tahu bahwa Ace akan berdiri tepat di sampingnya, dia langsung buru-buru menutup bukunya.

Ace memicing curiga. "Ada apa? Kenapa kelihatan kaget begitu?"

Sabo berdiri, masih menatap tidak percaya. "Kamu sejak kapan berdiri di sini?"

"Kan kamu yang menyuruhku masuk tadi. Kenapa jadi sensitif begitu?"

Sabo gelagapan. "Ah, tidak. Kupikir biasanya kamu hanya akan berdiri di pintu saja. Oh, iya, ada apa ke sini? Musik, ya? Terlalu keras? Kamu jadi tidak bisa tidur?"

Ace mengangguk begitu saja. Masih jadi misteri apa yang berusaha Sabo sembunyikan darinya. Terlebih Sabo juga berusaha mengganti topik pembicaraan.

Ace jadi tidak terlalu memusingkan suara lagu yang diputar dari ponsel Sabo lagi.

"Ace," panggil Sabo saat Ace hendak kembali ke kamar sesudah lagu dimatikan.

"Apa?"

"Kamu bosan ya dengan lagu yang kuputar?"

Ace menggeleng. "Aku hanya minta kecilkan saja volumenya karena ingin istirahat."

Mata Sabo dipenuhi binar bahagia, nampak berbeda dari Sabo yang biasanya selalu berwajah datar.

"Benarkah? Jadi aku boleh memutar lagunya lagi nanti?"

Ace mengedip bingung. "Ah, ya, terserah kamu saja. Aku tidur dulu."

Sebelum Ace benar-benar keluar dari kamar, Sabo menggenggam lengan lelaki itu, menahannya agar tidak pergi.

"Ace,"

"Ya?"

Wajah Sabo berubah murung, entah apa yang terjadi pada suasanya hatinya saat ini. Sebenarnya Ace ingin bertanya, tapi rasa kantuk tidak mengizinkannya untuk basa-basi. Jadi, Ace diam saja, menunggu hingga Sabo mengutarakan keinginannya.

"Bagaimana kalau aku memutar lagu itu terlalu sering dan orang yang aku suka bosan mendengarnya? Bukankah perasaanku tidak akan sampai padanya nanti? Menurutmu bagaimana? Pasti kamu juga bosan kan kalau mendengar lagu yang sama berulang-ulang?"

Story of Us • AceSaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang