🌷 So Pretty (2/2) 🌷

54 11 5
                                    

Setelah drama hujan-hujanan sepulang sekolah, Ace demam. Dia tidak masuk sekolah hari ini, membuat Luffy jadi kerepotan untuk mengurusnya karena kakek Garp sibuk bekerja.

Luffy tidak mengerti apa yang terjadi. Ace juga tidak biasanya memendam masalahnya sendiri. Tapi yang dia tahu pasti adalah semua ini berkaitan dengan Sabo. Akhir-akhir ini saja Ace semakin menggila akan obsesinya pada seseorang yang katanya cinta pertamanya itu.

"Hnggg, kak Sabo, anggap aku laki-laki dewasa juga."

Luffy mendengar sayup-sayup Ace menggumam. Ia berjalan mendekat ke ranjang Ace, tapi orangnya masih terpejam.

Astaga, dia mengigau.

"Kak Sabo, aku suka, aku akan jadi suami yang baik untukmu."

Mata Luffy melotot, terlebih saat Ace entah sejak kapan sudah menggenggam tangannya, dan berusaha menciumnya.

"Kak, ayo menikah denganku."

Saat bibir Ace hampir menyentuh telapak tangannya, Luffy segera menampar wajah Ace tanpa belas kasihan.

"Aw, sakit!" Ace membuka mata, membelalak lebar saat melihat kembarannya yang kelihatan marah.

"Luffy, apa yang kamu lakukan?!"

Luffy mencebikkan mulutnya. "Kamu sendiri yang mencoba mencium tanganku. Dasar menjijikkan."

Ace berakhir memamerkan cengirannya. Ia menggaruk-garuk kepala. "Maaf, sepertinya aku baru saja memimpikan kak Sabo."

"Mimpi apa?"

Ace mengendikkan bahu. "Mimpi indah mungkin?"

Luffy memicingkan matanya. "Yakin mimpi indah? Bukan mimpi basah?"

"Sudah kubilang jangan bicara jorok tentang perasaanku untuk kak Sabo. Aku tidak sejahat itu!" Ace mendadak menangis dengan ingus yang mengalir tanpa henti dari hidungnya.

Luffy jadi merasa bersalah karena bercandaannya keterlaluan. Dia lupa kalau kembarannya satu ini sangat sensitif kalau sudah menyangkut tentang cinta pertamanya.

"Baiklah, baiklah. Maafkan aku juga. Berhenti menangis sekarang, Ace."

Tangis Ace justru makin keras, ditambah kepalanya yang pusing dan teringat kejadian kemarin. Untuk apa ia masih membela mati-matian Sabo yang sudah menyakiti hatinya itu, ya? Harusnya Ace berhenti peduli.

Bahkan di saat sakit seperti ini pun, Sabo tidak menghubunginya sama sekali. Dia pasti lebih peduli pada perkataan temannya yang menyebalkan itu.

"Ace, sudah kubilang berhentilah menangis. Nanti hadiah dari kak Sabo tidak akan kuberikan padamu, loh."

"Eh? Hadiah?" Tangis Ace berhenti seketika, terutama saat ia melihat sekantong plastik di tangan Luffy yang disodorkan padanya.

"Ap-apa ini? I-ini benar-benar dari kak Sabo?"

Luffy mengangguk pelan. "Begitu tahu kamu sakit, kak Sabo langsung berlari keluar dari lapangan basket dan saat kembali, dia sudah membeli semua ini. Dia juga menitip salam untukmu. Katanya semoga cepat sembuh. Dia ingin melihatmu kembali ke lapangan."

Wajah Ace yang sudah merah karena demam, kini makin merah. Persetan dengan sakit hatinya, Ace langsung menyambar kantong plastik itu dan membukanya. Isinya ada vitamin, kompres demam, obat flu, permen pereda batuk, dan juga minuman herbal.

Hati Ace meletup-letup, membayangkan bagaimana kakak kelasnya itu berlari membeli semua ini dengan wajah khawatirnya, seperti dulu.

Mengapa Sabo masih mau melakukan ini padanya jika Ace hanya dianggap seperti anak kecil? Bukankah harusnya Sabo memiliki perasaan juga untuknya?

Story of Us • AceSaboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang