Abadi

292 19 8
                                    

TW//
Angst ❤️

*****

"Kamu mau makan apa? Biar aku beliin," ucap Farez pelan, ia mengelus tangan Barra.

Barra menatap datar, lalu menarik tangannya pelan, "Gue bukannya udah nyuruh lu pulang Rez?"

Farez tersenyum kecil, "Iya, habis ini aku pulang kok."

Barra masih menatap Farez, ia terdiam sejenak. "Rez, sampai kapan lu berharap sama gue? Gue udah bilang kan, stop berharap. Gue nggak akan bisa bales cinta lu, gue nggak akan pernah bisa cinta sama lu Rez."

"Barra, dengerin aku—"

"Mending lu pulang Rez!" Sentak Barra sambil berdiri. Membuat Farez ikut bangkit dan mencoba menenangkan Barra, "Tenang Bar, nanti dada kamu sakit lagi."

"See? Lu udah tau kan kalau gue ini penyakitan, ngapain juga lu masih ngeharepin gue terus?? Lu nggak capek? Apalagi—"

"Berhenti kalau kamu mau masih bahas kejadian itu lagi, aku nggak peduli Bar. Aku yang bakal tanggung jawab sama hidup kamu!" Sentak Farez membuat Barra terdiam.

Barra menggeleng, "Tapi gue nggak butuh tanggung jawab lu Rez," lirihnya. Ia kemudian mendorong tubuh Farez kencang, "Mending lu pulang."

"Barra..." Panggil Farez pelan. Ia mencoba tetap berdiri dari posisinya. Namun Barra masih terus mendorong tubuh Farez, "Barra tenang!"

"Pergi Rez—" ucapan Barra terhenti, ia memegangi dadanya pelan. Farez sontak terkejut, ia panik, "Barra, hey. Dada kamu sakit lagi!?"

Farez kemudian menuntun tubuh Barra dan mendudukkannya di ujung ranjang. Ia dengan segera mencari alat dan memberikannya pada Barra.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka. Terlihat orang tua Barra yang masuk dengan wajah panik, "Nak Farez! Kenapa Barra?"

"Dadanya sesak lagi Tante," ucap Farez lirih. "Ambil nafas pelan-pelan Bar," pintanya.

Setelah beberapa saat, Barra kembali menatap Farez, "Pulang Rez!" Desisnya.

"Barra, jangan seperti itu Nak," ucap Sang Ibu pelan.

"Tante, nggak papa. Biar Farez pulang, biar Barra bisa lebih tenang juga," ucap Farez sambil tersenyum.

"Maafin Barra ya Nak Farez," ucap Sang Ayah lirih.

Farez tersenyum dan menggeleng. Ia kemudian kembali menatap Barra yang sudah merebahkan tubuhnya, membelakangi Farez dan kedua orang tuanya.

"Bar, aku pulang dulu ya. Kamu istirahat," ucapnya tulus. Namun tidak ada sahutan apapun dari Barra.

Akhirnya ketiga orang tersebut memilih keluar.

"Tante, Farez pamit pulang dulu ya," ucap Farez.

"Nak Farez, Tante minta maaf sama sikap Barra. Tante sendiri bingung, gimana caranya biar Barra bisa balik kayak dulu lagi," ucap Ibu Barra pelan. Farez bisa melihat jika mata wanita paruh baya itu mulai mengembun. Sedangkan Sang Suami hanya bisa mengelus punggung istrinya itu.

"Tante yang sabar ya, Farez yakin Barra bisa cepet pulih," ucap Farez menenangkan. Sebelum akhirnya ia kembali pamit dan meninggalkan rumah itu.

*****

Sesampainya di rumah, Farez masuk dan ingin pergi ke lantai dua, tempat kamarnya berada.

"Dari mana kamu Rez!?" Tanya Sang Mama membuatnya menoleh.

Farez memejamkan matanya erat dan menghela nafas lelah. Ia sedang tidak ingin ribut, pikirannya sudah cukup lelah.

"Kamu habis ngedatengin laki-laki penyakitan itu lagi!!?" Sentak Sang Mama membuat Farez menoleh dan menatap tajam.

FAREZ-BARRA MINI ONESHOOT (ForceBook Versi Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang