*****
Farez tersenyum melihat ponselnya, ia mencoba menghubungi Barra beberapa hari terakhir. Ia lega jika Barra tidak memblokir nomornya, meskipun tidak pernah sekalipun membalas pesannya.
"Daddy..."
Farez menoleh, menatap Davichi yang berusaha menggaruk kakinya yang masih dibalut perban kecil. Farez terkejut dan menghentikan tangan putranya itu, "Jangan digaruk Davichi."
"Tapi gatel Daddy," rengek Davichi.
Farez tersenyum dan mengelus rambut Davichi pelan, "Udah mau sembuh itu, dielus pelan gini aja ya. Davichi bosen? Pengen apa?"
"Iya Davichi bosen, nggak pengen apa-apa, nggak enak nggak bisa main. Nggak bisa ketemu temen-temen, Davichi kangen Barra Sensei," rengeknya membuat Farez tertawa kecil.
Farez menatap jam dinding, "Hmmm, Barra Sensei belum pulang jam segini sayang. Nanti ya, kita telfon."
Davichi mengangguk cepat, lalu menyandarkan tubuhnya pada Farez dan kembali menatap televisi. "Mulai besok, berarti Davichi sekolah di rumah ya Daddy."
"Iya, cuma sementara aja. Sampai Davichi sembuh," lirih Farez.
"Davichi!!!"
Suara seseorang membuat Davichi terperanjat dan menegakkan tubuhnya, "Oma!!" Pekiknya senang melihat Sang Nenek berjalan mendekat.
"Uhhh cucu Oma, gimana kakinya hmmm?"
Davichi merengut, "Belum sembuh, belum bisa jalan lama-lama."
"Wah, nggak bisa main bola sama Opa dong," jawab seorang laki-laki yang ikut berjalan mendekat dengan membawa banyak paperbag.
"Opa!!"
"Halo, boy! Nih Opa bawain mainan sama cemilan," ucapnya sambil menyerahkan seluruh paperbag tadi.
"Makasiiiih!!!" Pekik Davichi.
"Kenapa bawa mainan banyak banget Pa," gerutu Farez.
"Nggak papa dong, buat cucu Papa. Kenapa? Kamu mau juga?" Ledek Sang Ayah membuat Farez mendengus.
"Ayo main sama Opa di bawah sini!" Ucapnya lagi lalu menggendong tubuh Davichi dan mendudukkannya di karpet bawah, keduanya lalu sibuk dengan mainan-mainan tadi. Sampai Davichi mengeluh mengantuk dan ingin tidur siang.
"Nanny!" Panggil Farez.
"Ya Tuan?"
"Davichi ngantuk, ajak ke kamar ya. Biar tidur siang," ucapnya yang diangguki oleh pengasuh Davichi, putranya itu bahkan sudah setengah terpejam.
Sepeninggal Davichi, Farez mengernyit merasakan Ibunya yang menatapnya intens, "Apa?"
Kirana, Sang Ibu terlihat tersenyum penuh arti pada Farez. "Mama kenapa sih?"
"Orang mana yang bikin kamu berbunga-bunga?" Tanyanya menggoda.
Farez gelagapan, ia membuang muka ke arah lain.
"Ehmmm, yang kamu ceritain dulu ya Rez?" Tanyanya sendu.
Farez menghela nafas pelan, ia memang pernah bercerita pada Sang Ibu tentang masa lalunya. Saat itu, ia belum bisa berbuat banyak karena permintaan Sang Kakek. Kirana sendiri sejujurnya sangat menolak perjodohan tersebut, dari awal ia tidak memiliki feeling yang bagus terhadap perempuan itu. Ternyata pemikirannya tidak meleset.
"Iya Ma..."
"Kamu beneran suka sama dia? Kamu udah pastiin ini bukan rasa bersalah kamu sama dia Rez?" Tanya Kirana memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAREZ-BARRA MINI ONESHOOT (ForceBook Versi Lokal)
Fanfiction‼️ WELCOME TO MINI ONESHOOT FAREZ-BARRA ‼️ 🦊🍡🍅 Masih tentang asmara antara tokoh Farez Aditya Jiraver dan Barra Adisty Kayavine, kali ini kisah mereka dalam banyak universe lain Ready for this??? NOTE: Buat yang baru pertama kali nemuin Oneshoot...