Sensei (5) End

155 16 4
                                    

******

Barra menatap ponselnya yang terus berdering dan menampilkan nama Farez. Ia mendengus lalu menolak panggilan tersebut, ia juga mematikan ponselnya.

"Diangkat aja kenapa sih Kak?" Tanya Nara sedikit sedih.

Barra menoleh, "Nggak, nanti aja."

"Mungkin tujuan Kak Farez baik, Kak. Makanya dia ngelakuin itu," ucap Nara berusaha membujuk.

"Baik apa?? Dia naruh GPS di kalung pemberian dia tanpa ngasih tau Kakak, buat tau gerak gerik Kakak ke manapun Kakak pergi. Kakak juga masih butuh privasi, Nara! Nggak kayak gini," kesal Barra.

Bagaimana Barra tidak marah, beberapa hari yang lalu, saat Barra bertemu dengan beberapa orang teman kuliahnya. Ia tak sengaja menemukan fakta jika kalungnya dipasangi GPS, itu karena salah satu temannya yang paham tentang hal seperti itu menyadari bentuk liontin hati di kalung yang ia pakai. Ia sempat cekcok dan bertengkar hebat dengan Farez.

"Ya tapi pas kemarin itu, Kak Barra aja bohong sama Kak Farez. Kenapa nggak jujur aja kalau emang lagi kumpul sama temen-temen Kakak?" Jawab Nara.

"Kamu mana paham sih Nara, kamu masih kecil. Farez bahkan sering larang Kakak keluar ke sana sini tanpa alasan!"

"Ya mungkin karena Kak Farez khawatir Kakak kenapa-napa, dengan GPS itu mungkin Kak Farez bisa lebih tenang karena bisa tau keberadaan Kakak di mana. Terus berhenti bilang aku anak kecil yang nggak tau apa-apa ya kak, aku juga berhak ngasih pendapat kalau di situasi macam ini," jawab Nara kesal.

Sedangkan Barra terdiam dan menatap Nara dengan perasaan bersalah, "Nara... Maaf..."

"Lagipula apa salahnya sih ngobrol baik-baik, daripada diem-dieman kayak gini!" Ucap Nara.

Ia sendiri sering mendengar tentang kalimat 'ujian sebelum pernikahan'. Apa Kakaknya dan Farez tengah mengalami ini? Bahkan Nara bisa merasakan jika belakangan emosi Barra sedang tidak stabil.

Ponsel Nara berdering, nampaknya Farez ganti menghubungi dirinya. Tangannya dicegah oleh Barra, "Nggak usah diangkat!"

"Tapi Kak..."

"Nggak usah Nara, atau matiin aja ponselnya!" Ucapnya sambil ingin merebut ponsel Nara.

Nara menolak, "Nggak ya kak! Aku lagi chat sama Kak Bella! Mending Kakak tenangin diri dulu deh, heran!" Jawab Nara yang mulai kesal.

Ponsel Nara kembali berdering, sebuah pesan suara dari Farez membuatnya mengernyit. Ia membukanya dan menaikkan volume agar Barra bisa mendengar.

"Nara, bilang sama Kakak kamu! Dari tadi aku hubungin nggak mau respon, sekarang ponselnya malah mati. Aku cuma mau ngomong, aku bakal percepat rencana pernikahan. Terserah dia mau setuju atau nggak! Kalau dia nggak mau, berarti bener dia yang nggak mau pernikahan ini terjadi!"

Barra sontak mendelik dan bangkit dari duduknya, "Kamu lihat sendiri kan! Lihat sikap dia yang suka ambil keputusan sepihak tanpa mau ngobrolin itu dulu sama Kakak!" Kesal Barra.

Nara memejamkan matanya erat, "Gimana mau ngobrol kalau Kakak dari tadi dihubungin nggak mau ngerespon."

"Terserah kamu lah Nara, kamu malah terus belain Farez!" Kesal Barra lalu segera melangkahkan kakinya ke arah kamar.

Nara mengusak rambutnya kasar dan mencak-mencak, merasa pusing dengan pertengkaran dua orang tua itu.

Barra memasuki kamar dengan nafas menderu, ia berjalan ke arah nakas dan menatap kalung yang ia simpan di dalam kotak itu nyalang.

"Terserah!! Mau batal nikahnya juga terserah!!" Pekiknya tertahan lalu membanting kalung itu ke lantai, ia memilih untuk segera merebah dan menutupi tubuhnya dengan selimut, air matanya turun pelan.

FAREZ-BARRA MINI ONESHOOT (ForceBook Versi Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang