natal dan tahun baru (3)

188 33 2
                                    

Begitu sampai, Veitch segera melompat turun dari mobil dan dengan langkah cepat ia menuju ruang tamu sebelum memanggil Yola dan Luna yang selesai bersiap untuk liburan tahun baru mereka.

Ia memberikan mereka masing-masing kalung dengan liontin permata berwarna kuning dan biru. Liontin kuning Veitch berikan pada Yola sedangkan Luna biru. Ia tersenyum puas kala melihat kalung itu di kenakan mereka berdua.

"Selamat natal dan tahun baru!" Ucap Veitch dengan bersemangat.

Yola menyentuh kalung miliknya dan tersenyum tulus pada Veitch, "terima kasih tuan"

Sedangkan Luna memandangi kalungnya dengan cukup lama sebelum ikut tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Veitch.

Setelah mengucapakan beberapa kata mereka pergi untuk untuk kembali ke rumah mereka mempersiapkan tahun baru bersama keluarga mereka.

Sebenarnya Jayde ingin memulangkan mereka disore hari. Namun, Veitch memberi Saran pada Jayde untuk memulangkan mereka di siang hari agar bisa lebih lama berkumpul dengan keluarga mereka. Maka dari itu Jayde setuju.

Beberapa saat kemudian, pohon natal pesanan mereka datang. Veitch meminta untuk meletakkannya di ruang keluarga agar ia bisa melihatnya ketika sedang bersantai.

Setelah pohon tertata rapi Jayde mengantar kurir itu ke depan pintu sedangkan Veitch kini sibuk dengan hiasan pohon natal mereka.

Veitch mengeluarkan Lampu natal panjang yang masih tergulung di dalam plastik, ia membongkar gulungan itu dengan penuh semangat. Begitu Jayde kembali Veitch telah dikelilingi lampu natal yang berserakan di lantai.

"Ayo hias pohonnya!" Ajak Veitch dengan penuh kebahagiaan hingga matanya melengkung bak bulan sabit.

Jayde tersenyum lembut kemudian mendekati Veitch untuk membantunya memasang lampu dah hiasan pohon natal mereka.

Jauh di lubuk hati Jayde ia merasa bersyukur bisa kembali ke masa lalu untuk menikmati momen ini. Kalau bukan kembali ke masa lalu ia tidak akan pernah merasakan natal bahagia bersama Veitch, senyum bahagianya, dan permintaan sederhananya untuk membantunya memasang bintang untuk puncak pohon natal mereka.

Kali ini, Jayde berharap dengan bersungguh-sungguh untuk bisa menikmati natal indah ini bersama Veitch hingga akhir.

Waktu berlalu begitu cepat dan malam tiba, Jayde masih agak takut dengan kondisi Veitch jadi ia sering meminta Veitch untuk meminum obatnya tepat di depan mata Jayde.

Begitu selesai Veitch meminum obat Jayde segera menghela nafas lega, tangannya terjulur untuk menggenggam tangan kanan Veitch.

"Ayo, nonton tv bersama" ajaknya.

Keduanya pergi ke ruang keluarga dan duduk di sana, sebelum itu Jayde mengambil cemilan yang Veitch buat dah seteko air putih, tak lupa ia membawa juga mug yang mereka beli di siang hari tadi. Mug milik Jayde di isi dengan kopi sedangkan milik Veitch kosong karena nanti akan digunakan untuk meminum air putih.

Begitu semua tersaji rapi di meja kopi Veitch dan Jayde duduk berdampingan di sofa menikmati acara tv keluarga spesial tahun baru.

Sesuatu pemikiran tiba-tiba terlintas di kepala Jayde, ia bangkit dan mengganti Chanel tv ke mode B-Tube untuk memutar musik.

"Tengah malam masih lama, bagaimana jika kita berdansa satu putaran?" Ajak Jayde ke Veitch.

Veitch kebingungan ia berfikir mungkin Jayde melakukan ini karena terinspirasi dari acara tv yang baru saja mereka tonton.

Pada akhirnya Veitch tetap menerima ajakan itu, mereka berdansa di ruang keluarga diiringi musik yang terdengar memenuhi ruangan.

Veitch mendongak menatap ke wajah Jayde yang tersenyum tipis. Namun, terasa penuh dengan kebahagiaan.

Wajah Veitch merona, rasanya baru kemarin suaminya itu menolaknya mentah-mentah dan sekarang pria galak itu menghilang bak di telan bumi.

"Ini menyenangkan, aku harap aku tidak melupakannya," bisik Veitch yang tentu terdengar jelas oleh Jayde.

Jayde memeluk pinggang Veitch hingga membuat mereka saling bersentuhan, tarian itu belum selesai. Mereka berdua saling memandang sembari bergerak dengan halus mengikuti irama.

"Jika kau melupakannya maka aku akan mengingatnya untukmu," Jayde berujar dengan penuh percaya diri di suaranya seolah ia sudah terbiasa dengan Veitch yang mudah melupakan sesuatu.

Lantunan musik terus menggiring gerakan mereka, waktu berlalu sudut tv menampilkan hitungan mundur tahun baru.

"3"

"2"

"1"

Kembang api menghiasi langit, keduanya yang masih berdansa lantas berhenti mereka berjalan menuju jendela dan melihat kembang api yang dengan meriah menghiasi langit.

Mengalihkan pandangannya ke Veitch Jayde melihat sosok cantik Veitch yang berbinar menatap ke langit-langit, matanya penuh kehidupan tampak sangat cantik.

Ia menarik pinggang Veitch lebih dekat dengannya, membuat Jayde kini memeluk Veitch dari belakang.

Veitch tentu terkejut dengan itu, tubuhnya seketika menjadi kaku dan canggung, wajahnya memerah membuatnya menunduk karena malu.

Jayde mengabaikan hal itu, ia mendekatkan wajahnya ke leher Veitch membuat sang empu tersentak di pelukannya, Jayde terpejam kala menghirup aroma feromon manis Veitch.

"Ja-jayde?" Panggil Veitch dengan gugup.

Jayde membuka matanya dan berbisik pada Veitch, "bolehkah aku melakukannya malam ini?"

Mengerti apa yang Jayde katakan wajah Veitch seketika memerah, ia tidak sanggup untuk berkata-kata sehingga hanya mengangguk sebagai jawaban.

Jayde tersenyum, ia kembali mendekatkan wajahnya pada leher Veitch. Namun, kini ia membuka mulutnya dan menggigit kelenjar Veitch hingga berdarah membuat sang empunya mengerang.

"Ahh! Ugh..."

Merasakan rasa besi darah di mulutnya Jayde terkejut, ia melepaskan gigitannya dan melihat ke bekas gigitan di leher Veitch yang tengah mengeluarkan darah, ia tiba-tiba menyesali perbuatannya.

"Maaf, apa itu menyakitkan?" Tanya Jayde dengan khawatir.

Veitch tidak menjawab, ia hanya menunduk dengan tubuh gemetar. Takut sesuatu terjadi pada Veitch, Jayde membalikan tubuh Veitch menghadap padanya, matanya terbelalak begitu melihat penampilan Veitch.

Wajahnya memerah, ada setitik ari mata di sudut matanya membuat tampilan lemah dan cantik. Tubuhnya gemetar dan kakinya menyilang tampah menyembunyikan sesuatu di sana, melihatnya tanpa sadar membuat Jayde bersemangat.

Saat itu juga Veitch membuka mulutnya dan berkata, "i-ini... Ra-rasanya aneh ketika kau melakukannya dengan lembut."

Ah, rasanya Jayde ingin terus menggoda Veitch. Di dalam lubuk hatinya ia meneriakan rasa terima kasih pada siapa saja yang mengirim Nya kembali ke masa lalu sehingga ia bisa melihat pemandangan cantik seperti ini.

Jayde menyeringai, ia mengangkat dagu Veitch sehingga kedua matanya saling bertatapan, "apa kau lebih suka yang kasar?"

Wajah Veitch seketika menjadi panik, ia menggeleng dengan ribut dan refleks memekik, "tidak! Aku tidak mau!"

Melihat kepanikannya Jayde segera memeluk Veitch dengan lembut, ia mengelus punggung Veitch untuk menenangkannya.

"Tenanglah, aku tidak akan kasar padamu, my love"












_________________

Catatan penulis:

Hahaha, garing, cringe banget kaloku baca ulang (⁠ ⁠⚈̥̥̥̥̥́⁠⌢⁠⚈̥̥̥̥̥̀⁠)

Maaf ya (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

See you next chapter (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Ten Failed Lives Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang