fifteen

613 63 12
                                    

...

Mobil Irsyad berhenti di depan rumah sakit,

Mereka turun dan memasuki gedung untuk mengetahui keadaan Rakha tentunya.

Setelah bertanya dengan resepsionis, mereka berjalan menuju tempat Rakha di tangani.

"Papa!" Panggil Adara ketika melihat Lio yang mondar mandir di depan ruang IGD.

"Sayang" Lio memeluk erat tubuh Adara.

Sang ayah terlihat sangat kacau dengan air mata yang sesekali menetes.

Rasa takut kemudian menggerogoti hati Adara, ia takut akan kenyataan yang bakal Lio katakan.

"Adikmu sekarat, papa takut dia memilih pergi sebelum papa sempat memperlakukannya layaknya manusia" ujar Lio.

Adara mengangkat tangannya dan menepuk pelan bahu kokoh sang ayah yang entah kenapa terlihat rapuh.

"Adik kuat pah, buktinya dia bisa hidup sendiri selama bertahun tahun, dia lebih kuat dari apa yang kita pikirkan" ujar Adara.

Ckelek!

Dev keluar dari ruangan dan di suguhi oleh pemandangan yang menyentuh hati.

Mendengar suara pintu di buka, semua atensi sontak menoleh ke arahnya.

"Bagaimana Rakha dev?" Tanya Lio setelah melepas pelukan Adara.

"Rakha telah melewati masa kritisnya, hanya tinggal menunggu siuman, sementara itu kami akan memindahkan Rakha ke ruang rawat, setelah itu kalian bisa menjenguknya" jelas Dev membuat semua orang yang berada di sana bernafas lega.

Satu brankar keluar ruangan membawa Rakha yang tidak sadarkan  diri di atasnya.

Mala menatap Rakha sebelum menghentikan sejenak brankar itu.

"Bangun, dan ceritakan padaku seperti apa rasanya sakit yang membuatmu tertidur" lirihnya di depan Rakha yang tentu saja di dengar oleh semua orang yang berada di sana.

_____________________________________________

Gema berdiri dengan kedua tangannya  yang ia masukkan kedalam saku celananya di depan sebuah taman yang di penuhi oleh bunga tulip.

Mala meminta untuk  bertemu disini dua jam yang lalu,

"Kak" panggilan mala mengalun menyapa indra pendengaran gema, membuat sang empu menoleh.

"Menunggu lama?" Mala sadar, dia salah bertanya, seharusnya mala berkata maaf karena telah melewatkan waktu hampir dua jam untuk menemui sang kekasih.

"Waktuku tidak sebanyak itu untuk menunggumu sampai dua jam mala" kini atensi gema sepenuhnya Ter arah pada mala.

"Aku menemui Rakha terlebih dahulu di rumah sakit, maaf kak"

"Sekarang prioritas mu Rakha?"

Mala mengerutkan keningnya.

"Bukankah kita sudah membahasnya waktu itu?" Ujar mala.

"Ayolah mal, Rakha bukan anak kecil yang musti kau perhatikan setiap detik"

Mala memandang gema tak percaya.

"Kamu kenapa? Ada yang mengganggu pikiran mu?" Mala seseorang yang peka terhadap sekeliling nya, dia memahami situasi hanya dengan melihat raut wajah seseorang"

VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang