Sadam bergidik ketika merasakan sesuatu yang dingin menempel di tengkuknya. Membuat Raka terbahak mendapati reaksi dari temannya itu.
"Masih pagi udah ngelamun aja, Bwang." Raka kini duduk di samping temannya tersebut sambil menyerahkan air mineral dingin kemasan botol yang barusan ia tempelkan di tengkuk Sadam. "Kesambet jurig lagi liburan tau rasa lo."
Sadam tertawa pelan. "Sialan lo." Katanya menerima air minum tersebut. "Ka."
Jeda sesaat karena Raka sedang sibuk menghabiskan setengah dari isi botol miliknya. "Apaan?"
"Thanks ya udah nolongin Sherina tadi."
Raka mengangkat sebelah alisnya sambil menatap jenaka. "Tumben." Godanya. "Lo beneran kesambet jurig liburan apa gimana nih?"
Sadam sekali lagi tertawa kecil. "Ya daripada gue tiba-tiba meluk lo sambil gue cium-cium." Godanya kemudian menikmati airnya.
Raka menatap waspada. "Gue patahin tangan lo ya kalau berani macem-macem."
"Galak amat si bapak." Sadam menanggapi sambil iseng mencolek dagu Raka. Membuat temannya itu menepis tangan Sadam lalu mengusap jijik pada dagunya sendiri.
"Lo berani kayak gitu lagi beneran gue patahin ya tangan lo." Raka terdengar serius dengan ancamannya. Tapi bukannya takut, Sadam justru terbahak mendengarnya. Membuat Raka mau tak mau ikut tertawa.
"Lama juga ya kita nggak bonding kayak gini, Ka?"
"Bahasa lo pake bonding segala." Goda Raka. "Ya orang lo nya yang sibuk ngebucin begitu gimana ada waktu buat gue." Pria itu tampak berpikir sesaat setelah mengucapkan kalimat barusan. "Eh, kok kedengeran kayak kita pacaran ya barusan?"
"Najis!" Sadam memaki dengan penuh semangat membuat Raka terbahak. "Mau lo cewek sekalipun nggak mungkin gue pacaran sama lo. Bini gue secakep itu yakali gue doyan ama modelan sendal Fir'aun kayak lo."
"Sialan lo." Maki Raka secara main-main membuat keduanya sekali lagi tertawa bersama setelahnya. "Dam."
"Apaan?"
"Soal Sherina sama Reno tadi lo jangan.."
"Apaa." Sadam memotong seolah sudah tau apa yang akan diucapkan temannya itu selanjutnya. "Soal masa lalu Sherina sama si Reno?"
Raka menatap bingung." Lo udah tau?"
"Soal mereka?" Sadam terlihat tenang. Pria itu hanya mengangkat bahu acuh ketika ia menggunakan kedua telapak tangannya untuk menopang berat tubuhnya sendiri. "Ya sebenernya gue penasaran sih, Ka. Lagian bohong banget kalau bilang gue nggak cemburu. Apalagi pas dia diem-diem muji Sherina depan gue."
"Hah? Dia berani gitu depan lo?" Raka menatap kaget.
"Yang waktu barbeque-an kemaren."
"Kok lo nggak tantrum sih?" Raka terdengar kecewa mendapati respon temannya itu.
"Ya menurut lo aja. Tiba-tiba gue ngambek depan tuh orang. Hilang dong wibawa gue sebagai suami dan ayah dari anak-anaknya Sherina."
"Si anjir bisa-bisanya masih mikirin wibawa soal beginian."
Sadam tersenyum menerawang. "Ya lagian nggak enak juga kan sama Ammar sama Sascha. Nanti aja tantrumnya pas udah pulang. Biar cuma Sherina yang tau gimana imutnya lakinya ini kalau lagi cemburu."
"Dih imut." Raka menatap tak terima. "Perlu gue ingetin gimana ngeselinnya lo pas gue baru pertama kali dateng ke rumah Lembang dari Vietnam."
"Diih pendendam banget."
"Ulang tahun lo kayaknya gue mau ngadoin kaca segede gaban deh, Dam. Biar lo bisa ngaca."
"Maksud lo?" Sadam menatap bingung dengan arah pembicaraan Raka yang tiba-tiba berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU 2
FanfictionThe epitome of THEY FELL FIRST AND THEY FELL HARDEST DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless otherwise indicated, all the names, characters, businesses, places, events and incidents in this story are either the product of the author's imagina...