Sadam tersenyum ketika tangannya menyentuh salah satu foto prewedding milik Sascha dan suaminya yang dipajang di berbagai sudut tempat acara itu. Di foto itu Ammar, yang sekarang sudah resmi menjadi suami Sascha terlihat sangat bahagia. Sorot mata pria itu terlihat penuh cinta saat menatap Sascha yang tengah tertawa menatap kamera.
Membuat Sadam tersenyum getir ketika ia diam-diam membandingkan dengan foto preweddingnya dan Sherina.
FLASHBACK
Sherina tampak sibuk menggeser layar ponselnya ketika ia merasakan Sadam sudah duduk di balik kemudi. "Eh, Dam."
"Hm?" Sadam menjawab sambil memasang sabuk pengamannya.
"Coba liat deh. Menurut kamu bagus yang mana?" Tanya Sherina menyodorkan ponselnya. Memperlihatkan beberapa foto prewedding yang baru saja mereka selesaikan. "Buat dipakai di undangan kita nanti. Kata mami biar.."
"Sher." Sadam memotong kalimat calon istrinya itu. "Bisa nggak kita bahas ini nanti aja? Aku tuh capek banget. Yang aku mau sekarang cuma buru-buru pulang terus tidur. Yang kayak gitu-gitu terserah kamu deh maunya gimana. Aku ngikut aja."
"Sorry." Suara Sherina terdengar pelan ketika ia tersenyum pahit menyimpan ponselnya. Tapi sesaat kemudian perempuan itu tersenyum wajar saat kembali menataap Sadam. "Mau aku aja yang nyetirin? Biar kamu bisa istirahat?"
"Nggak usah." Sadam terdengar dingin ketika ia mulai menjalankan mobilnya.
Hanya keheningan menyesakkan yang menemani mereka sepanjang jalan. Tak ada satupun dari keduanya yang berniat membuka mulut memulai pembicaraan.
"Dam." Sherina akhirnya memberanikan diri bersuara. "Aku denger dari papi katanya mau ada investor baru dari luar ya? Yang mau kerjasama sama perkebunan?"
Diam. Pria itu bahkan tak mau repot-repot melirik Sherina yang nyatanya kini tengah tersenyum menatapnya.
Ada kecewa yang sekali lagi menggores yang berusaha diabaikan Sherina. "Kapan dia rencananya mau ke rumah Lembang? Nggak dalam waktu dekat kan?"
Sekali lagi Sadam hanya diam menatap jalanan yang masih sepi.
"Takutnya nanti kalau dia dateng pas barengan sama acara kita kan jadi nggak enak." Sherina bersedekap santai sambil kembali menatap jalanan. Berusaha menekan tangis saat Sadam tak juga memberinya respon, Sherina memperbaiki posisi duduknya lalu menghadap ke kaca samping. "Aku tidur dulu ya, Dam? Aku juga ngantuk banget ternyata."
***
"Eh, udah pulang." Bu Ardiwilaga menyapa anak-anaknya yang baru saja masuk. "Gimana foto-fotonya tadi? Seru? Udah ada hasilnya belum? Mami mau liat dong."
Sherina sudah akan menjawab ketika Sadam lebih dulu membuka mulutnya. "Mi, Sadam ke kamar dulu ya? Ngantuk banget ini." Tanpa menunggu jawaban maminya Sadam kemudian berlalu menuju kamarnya.
"Ih, kok gituu. Yayang."
"Mi, udah biarin dulu anaknya." Pak Ardiwilaga menghampiri. "Semalem dia sampai rumah malem banget kan. Terus tadi jam tiga udah harus bikin foto."
"Ya tapi kan, Pi. Nggak Sadam doang yang kurang tidur sama butuh istirahat. Ini Sherina juga sama tapi nggak kayak gitu."
"Ya kan beda, Mii." Sherina mencoba meyakinkan maminya Sadam. "Sherina kan nggak perlu bolak-balik Jakarta-Bandung buat kerja sama ngurusin pernikahan."
"Tapi kan.."
"Eh mami jadi bantuin Sherina milih foto buat undangan kan? Sekarang aja yuk, Mi?" Sherina akhirnya berhasil mengalihkan perhatian maminya Sadam ketika perempuan paruh baya itu tampak bersemangat dengan ajakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU 2
FanfictionThe epitome of THEY FELL FIRST AND THEY FELL HARDEST DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless otherwise indicated, all the names, characters, businesses, places, events and incidents in this story are either the product of the author's imagina...